Salju di luar tembok.

126 8 0
                                    

"Kita sudah hampir sampai." Riyan berujar pelan saat mulai memasuki area hutan yang gelap. "Ini ambil bagian masing-masing." Ia kembali berkata, mengambil tas kumal miliknya dan membagikan beberapa potion kwalitas buruk.

"Pertarungan sudah di depan mata," Rudofl dengan semangat menghentakkan kakinya menimbulkan jejak dalam di salju namun sepertinya dia tidak peduli. Riyan diam namun ia dapat menangkap kilatan semangat di mata teman pertynya itu. "Jika kau takut dengan hidupmu Riyan, kau bisa bersembunyi di belakang punggung Ayahmu ini."

Sialan ini, Riyan mencoba tidak termakan pancingan. Ia harus mencoba tetap tenang, kegagalan tidak boleh harus ada lagi. Tatapannya menatap kesamping berusaha menembus kegelapan hutan walau itu tidak mungkin, ia berfikir tidak akan mungkin untuk membayar kembali kompensasi apabila mereka kembali gagal

"Jin pergi dan mulai mengintai daerah sekitar." Adam mengangkat tangannya sebagai tanda untuk berhenti sejenak, dan sebuah perintah sebelum Jin mulai menghilang di antara mereka.

Riyan tidak tau apa yang akan terjadi, tangannya mulai bergetar dingin dan ia yakin teman-temannya juga merasakan hal yang sama. Ia memejamkan mata dan mulai mencoba untuk berkonsentrasi setelah mereka berhenti sejenak, merasakan aliran energi di dalam tubuhnya ia mulai membaca mantra support sederhana. "Di bawah cahaya, dengarkan doa ku untuk langit. Singkirkan rasa gelap, singkirkan rasa dingin. [Alzza min albadr]

Tongkatnya bercahayakan sebuah sinar hangat, bersamaan tubuh setiap anggota party mulai bersinar dan menghangat. Ia kembali duduk di atas salju tanpa merasa dingin yang menusuk, anggota partynya mulai mengikuti apa yang dia lakukan.

Dan diskusi sederhana kemudian berlansung.

"Kita tidak tau apa yang akan menanti," Riyan memulai pembicaraan, meski tidak jelas siapa pemimpin di kelompok ini... namun dia hanya ingin menyampaikan pendapat. "Aku telah membuat peta dan mengingat setiap rute yang telah kita lalui"

Ia membuka sebuah kertas kusut dan membentangkannya di hadapan yang lain, harga kertas itu sangat mahal dan ini yang termurah saja seharga sepertiga uang di kantongnya.

Mengingat itu dia jadi ingin menangis.

Ok, mari lupakan.

"Ini informasi yang cukup lengkap, dari mana kau mendapatkannya Riyan?" Elizabeth berkata degan kagum, dia tidak menyangka Riyan punya informasi seperti ini.

"Setelah kegagalan yang kita alami, aku mulai mencari segala informasi tentang reruntuhan Kota Toronto dan beberapa jalur yang kemungkinan aman dari para senior dan kesatria berpengalaman." Riyan kembali berkata sebelum menghentakkan tongkatnya dan menyebarkan cahaya hangat kembali, durasi skill ini sangat rendah di level-level awal. "ada beberapa jalur aman..."

Dia menunjuk beberapa garis-garis kecil di peta.

Semua anggota mulai sibuk memperhatikan, salah satu diantara garis-garis itu adalah rute yang mereka lalui saat ini.

"Berarti kita berada di rute yang lumayan aman?" Adam melihat peta, dia terlihat tenang setelahnya.

"Ini tidak terlihat menyenangkan mengetahui perjalanan kita aman," Rudofl mendesah, memandang peta itu.

"Apa maksud mu?" Elizabeth menatap Rudofl, kurang suka "Kamu ingin agar kita mati di sini begitu?"

Riyan diam menyimak, namun dia setuju dengan penuturan Elizabeth.

"Tentu saja tidak, maksud ku di mana tantangannya, di mana keseruannya jika kita hanya melewati rute aman."

"Maksudmu, kamu ingin kami mengikutimu untuk mati? Tidak terimakasih!" Elizabeth, gadis itu mendengus kasar dan melipat tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Game Of Dragons Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang