8

3.6K 239 2
                                    


"Aku gamau tau pah. Pokoknya Kinal mau ini semua diusut tuntas." lirih Kinal

"Kinal, jangan gitu dong sayang, Papa kamu masih koma." kata Tante Anya berusaha menenangkan Kinal

"Pah, cepet sadar ya pah, Kinal masih mau ngebahagiain papa."


"Aku gamau tau, kalo Tante Anya, atau Om Rey gamau bantuin Kinal, Biar Kinal sendiri aja yang nyari tau siapa dalang dibalik semua ini."

"Tapi aku bingung, harus minta tolong sama siapa?"

"Pak Polisi. Iya!"


"Permisi, Pak?"

"Iya?"

"Saya Devi Kinal Putri.  Saya ingin tanya, Plat mobil yang menabrak mobil Papa saya, Bapa ada catatannya?"

"Tentu. Kami sudah tahu siapa yang memiliki dan mengendarai mobil itu, tapi masih buron."

"Boleh saya tahu, Plat mobilnya?"

"B 1908 JVT , Yang mengendarainya, Bapak Stefanus Tanumihardja."

"Apa? Bapa nggak salah?"

"Nggak, saya ada rekaman CCTV dari Tol. Adek mau lihat?"

"Boleh pak."


Akhirnya, Kinal melihat semua kenyataan yang tidak ia percayai sebelumnya.

Dan ia makin membenci Veranda.




Veranda


"Bi, Papa dimana?"

"Papa? Ada diluar kota non." kata bibiku gugup

"Bibi kenapa mukannya gugup gitu?"

"Ngg.. Ngga papa kok non. Lagi sakit kepala nih bibi."

"Yaudah, anterin aku ke sekolah dulu ya, baru bibi istirahat, ok?"

"Oke non. Siap!"


Akhirnya aku sampai di sekolah dan turun dari mobil tersebut.

Setelah dua hari, akhirnya aku bisa melihat Kinal kembali.


"Kinal!"

*Kinal is not responding*

Aku langsung menghampirinya dan memukul pundaknya.

"Kinal!"

"Apa? Ngapain kamu deket deket saya?"

"Nal? Kok kamu..?"

"Apa? Udah ya. Gausah deketin aku lagi, Veranda. Anggep ini terakhir pertemuan kita."

"Maksud kamu apa?"

"Anggep aja kita gapernah ketemu. Dan aku nggak akan pernah mau ketemu kamu lagi."

"Kamu masih tersinggung kata - kata aku waktu itu?"

"Nggak. Udah ya, nggak usah buang buang waktuku."

"Kinal.. tapi!"


Argh. Sialan!


Ada apa ini?


Akhirnya seharian ini, Kinal sama sekali nggak mau ngomong. Hanya beberapakali ber interaksi dengan Ghazali, terus udah. Ada apa sih, Nal? Aku bingung.

Tolong jelasin sama aku ada apa?

Aku gamau.. kaya gini.


Akhirnya, pas pulang sekolah pokoknya aku harus pergokin dia. Mau ditampar, tendang, tojok terserah deh. Aku cuman butuh alasan.


Bell berbunyi. Mari kita laksanikan! Eh, Laksanakan!


"Kinal, stop!"

"Apa lagi, Veranda?!"

"Ada apa sebenernya. Explain me, please."

"KAMU, AYAH KAMU, PEMBUNUH! AYAH KAMU BUNUH ORANG TUA SAYA. PUAS?!"

"Apa?"

"YA! KAMU NGGAK TAU? AYAH KAMU YANG BUNUH IBU SAYA, BAPA SAYA JUGA. B 1908 JVT. STEFANUS TANUMIHARDJA! UDAH PUAS?!"


"Ap..a?"

"Papa lagi keluar kota, Nal, nggak mungkin.."

"Nggak percaya? Liat aja, Ntar juga papa kamu bakal masuk penjara. Dan aku, nggak mau temenan sama anak pembunuh 2 orang tuaku!"

Handphone Kinal berbunyi.


"Hallo, tante Anya?, Oh, Iya Kinal masih disekolah, mau pulang, kenapa, tan?"

"Kinal, Papa.. meninggal."

"APA?!"

Kinal langsung menitihkan airmata dan pergi.

"Kinal!!"

Kinal pergi begitu saja.

Sebuah pukulan yang paling sakit dan membekas.

Nggak pernah nyangka bakal begini akhirnya.

Kinal, mohon, maafin aku.


TBC


I'm In Love With My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang