Langit hitam yang bergejolak dengan cepat membentuk sebuah pusaran besar dan gelap. Angin berhembus dengan sangat kencang. Hampir menerbangkan segala benda yang ada di sekitar halaman rumah Douglas. Eager yang bertubuh lebih besar daripada kebanyakan spesiesnya membuatnya masih cukup kuat untuk menahan pijakannya. Sementara itu, Mickey menelungkup panik di atas punggung Eager. Memejamkan matanya dan meremas beberapa jumput bulu lebat Eager dengan lebih erat.
“Apakah yang seperti ini pernah dijelaskan di National Geographic?” Mickey berteriak keras melawan gemuruh suara angin yang besar.
“Tentu saja tidak!” Eager menimpali.
Angin berhembus semakin kencang. Sebuah kotak pos di bagian depan pekarangan rumah Douglas terpental dan melayang terbawa oleh angin.
“Ini tidak bagus!” Mickey panik. Kaki-kaki kecilnya meremas bulu Eager lebih kuat.
“Memang!” Eager berteriak. Kini cakarnya telah keluar dari sela-sela jemari kakinya yang gemuk untuk mencengkeram erat rerumputan di bawahnya.
“Sekarang bagaimana? Bukankah kita harus berlindung?”
“Tentu saja, jika aku bisa melangkah,” Eager berteriak. Suaranya bergetar. “Aku tak bisa menggerakkan kakiku, bergerak sedikit saja habislah kita terbawa angin.”
Mickey menelan ludah.
Eager berhenti berbicara. Dia memandangi keadaan sekitarnya yang sedikit demi sedikit mulai porak-poranda. Sebuah benda aneh dan berkilau terlihat di bagian depan halaman rumah Douglas berjarak kurang lebih lima meter dari tempatnya berpijak. Eager mengenali itu sebagai gagang pintu ruangan bawah tanah.
“Mickey! Kita harus bisa meraih itu!”
“A-apa? Ah! Ruang bawah tanah! Jenius!” Mickey berteriak kesal. “Cepatlah kita ke sana dan kita akan diterbangkan angin!”
“Tenanglah, Mick! Aku sedang berpikir,” teriak Eager. Mickey mencibir.
Sementara wilayah langit yang bergejolak semakin luas. Seolah pusaran hitam pekat itu menyedot masuk awan-awan putih disekitarnya. Angin berhembus semakin kencang. Kali ini disertai dengan air hujan yang mendadak turun disertai gemuruh petir.
“Merangkak! Perlahan tapi pasti,” ujar Eager. Dia pun mengubah posisinya seperti sedang tiarap. “Sebaiknya kau bersiap, Mickey! Kita akan merasakan tarikan dan hembusan angin yang sangat kuat.”
Mickey membetulkan posisinya dengan susah payah, dan kemudian menyatakan kesiapan dirinya.
“Apapun yang terjadi, lakukan dengan cepat, Eagey!” kata Mickey yang tengah panik.
“Serahkan padaku, Mick! Lima meter adalah jalan yang cukup panjang bagiku.”
“Mulai bermimpi jadi manusia?”
“Langkah-langkah mereka memang lebih lebar,” Eager menimpali sekenanya. “Kita mulai!”
Mickey menyandarkan dirinya begitu erat ke punggung Eager. Dia memejamkan matanya. Sementara Eager berjuang keras melawan hembusan angin yang bisa kapan saja membuatnya terpental jauh. Diangkatnya satu kaki depan untuk meraih rerumputan yang ada di depannya. Berpegang erat dengan cara menusukkan cakar-cakarnya ke sela-sela akar rumput yang kokoh. Setidaknya cukup kokoh untuk menahan berat badan seekor kucing besar dengan hamster di punggungnya.
“Sudah sampai, Eagey?” teriak Mickey.
“Sedikit lagi, bertahanlah,” Eager menimpali. Dilihatnya gagang pintu bawah tanah yang berkilau sudah semakin dekat. Satu meter lagi.
Eager berusaha keras memanjangkan kaki depannya sejauh mungkin, meraih rumput yang letaknya lebih jauh agar bisa berpindah lebih cepat.
“Oh, tidak! Kita akan mati, kita akan mti, kita akan mati—“ Mickey bergumam dengan kerasnya di punggung Eager. Merasakan hembusan angin yang semakin kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pets Save the World
AdventurePets Save the World adalah sebuah kisah petualangan yang dialami oleh Eager Woodwicky (kucing Persia), dan Mickey (hamster), dua binatang peliharaan berbeda species milik seorang profesor astronomi, Douglas Fletcher. Kejadian misterius mendadak terj...