Keadaan yang gelap gulita di sebuah lorong bawah tanah hasil galian Digger tidak menghalangi pandangan Eager. Dia menatap tajam Digger yang sedang menjilati bulu-bulu cokelat pendeknya yang basah karena air hujan, sedangkan titik-titik tanah kering menghiasi bagian bawah tubuhnya yang tadi sempat dibenamkan ke dalam tanah padat untuk menahan berat badan Eager dan Mickey.
Eager tak percaya. Ia baru saja diselamatkan oleh seeokor tikus tanah yang beberapa bulan belakangan ini selalu menjadi musuh bebuyutannya.
“Ada apa?” tanya Digger yang akhirnya sadar akan tatapan Eager.
“Ah, tidak apa-apa,” jawab Eager. Dia masih memandang Digger yang kini melanjutkan kegiatannya menjilati bulu-bulu pendek dan berkilatnya.
Suara dengkuran Mickey—sebenarnya lebih terdengar seperti cicitan kecil—terdengar dari bagian pojok lorong bawah tanah yang gelap ini. Dia pasti tertidur pulas karena kelelahan.
“Er… Digger, aku tak tahu apa yang membuatmu datang menolongku, tapi… trims,” kata Eager pelan.
“Tidak masalah,” Digger berkata sambil terus menjilati bulu-bulu tubuhnya. “Lagipula aku hanya kebetulan lewat.”
“Oh, aku beruntung kalau begitu.”
“Memang.”
Suasana menjadi sepi untuk beberapa saat. Walaupun suara gemuruh angin di permukaan masih terdengar cukup jelas dan mengerikan. Entah bagaimana keadaan di atas sana. Mungkin sudah sangat hancur. Mungkin rumah Douglas juga hancur berantakan. Eager tidak mau membayangkannya.
“Kalau boleh, er… aku ingin beristirahat sejenak di pojok sana,” kata Eager memecah kebisuan di antara mereka.
“Ya, silakan saja,” kata Digger yang kini sedang menelentangkan sedikit tubuhnya untuk menjilati bulu-bulu di bagian perutnya.
“Argh! Baiklah, ini bukan sifatku! Jelaskan padaku apa yang membuatmu datang menolongku! Aku ini kan JAHAT padamu!” bentak Eager.
Digger berhenti menjilati bulu-bulunya dan menatap Eager.
“Tadi sudah kukatakan, kan?”
“Jadi memang hanya suatu kebetulan? Bukankah bisa saja kau membiarkan aku dan Mickey terbang terbawa angin? Kau akan bebas, tak ada lagi yang akan menyiksamu dengan pengejaran-pengejaran tolol itu.”
“Hei, memangnya siapa yang ingin menyelamatkanmu?” Digger mulai menanggapi dengan intonasi yang tinggi. “Kau mungkin memang selalu membuatku sebal, tapi Mickey tidak begitu, kan? Kebetulan saja Mickey berada di punggungmu, jadi sekalian saja aku tarik kalian berdua.”
Eager terdiam. Dia tidak sanggup berkata-kata.
“Aku akan membawa Mickey keluar dari sini!” Eager berkata marah dan berjalan menghampiri tempat di mana Mickey tertidur pulas.
“Kurasa itu ide yang buruk, membangunkan temanmu yang sedang menikmati tidurnya,” ujar Digger.
“Baiklah, aku keluar sendiri!” Eager kembali berjalan ke arah yang berlawanan. Dilihatnya dua buah lubang berdiameter cukup besar di hadapannya. Belum sempat Eager berjalan memasuki lubang sebelah kanan, Digger sudah berbicara lagi.
“Jika aku menjadi kau, aku akan menghindari lorong sebelah kanan.”
Eager memandang Digger kesal. “Memangnya kenapa?”
“Er… di sana tempat aku mengubur beberapa persediaan makananku, dan kau tahu di sana, er… sedikit bau.”
Digger bangkit berdiri.
“Ah, sudahlah, maafkan aku, aku berbohong Eager. Aku berbohong.”
“Eh?”
“Sejujurnya, aku menolong kalian karena aku memang INGIN menolong. Kau tau, kita mungkin musuh, tapi, er… itu kan hanya dilihat dari sudut pandangmu, aku tidak pernah menganggap kau musuh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Pets Save the World
AdventurePets Save the World adalah sebuah kisah petualangan yang dialami oleh Eager Woodwicky (kucing Persia), dan Mickey (hamster), dua binatang peliharaan berbeda species milik seorang profesor astronomi, Douglas Fletcher. Kejadian misterius mendadak terj...