Bagian 3

17 4 0
                                    

Vote and commet guys!
Jungkook's Side
BRAAKK!

Pintu terbanting secara tiba-tiba saat aku dan eomma baru saja mau memulai perdebatan, ternyata Wonwoo dia datang dengan wajah yang frustasi dan lelah, bagai tertimpa banyak masalah dipunggungnya, aku mulai aneh saat aku kehilangan dompetku dia seperti ini? Apa dia juga kehilangan sesuatu? Bersamaan sekali.

BRAAKK!

Sekarang dia membanting pintu kamarnya yang terletak di sebelah kamarku? What happened with my brother? Eomma yang panik langsung berlari ke pintu kamar Wonwoo, dia terakhir seperti ini sewaktu Appa meninggal, dan sekarang dia seperti itu lagi?

"Wonwoo-ah gwenchana?" tanya eomma lembut, yang aku tau Wonwoo adalah namja yang tidak suka dikasari namun akan sangat kasar jika sudah frustasi, jadi jangan sekali-sekali membuatnya frustasi.

"Nangwenchana eomma, jangan khawatir" heh curut! Bagaimana eomma tak khawatir kalau caramu seperti ini!

"Boleh eomma masuk?" 1menit, 2 menit, 5 menit tak ada balasan dari Wonwoo mungkin dia benar-benar butub sendiri, kasihan eomma terus menunggunya.

"Sudalah eomma, kita tunggu bersama, tapi eomma duduk dulu.. Oke?" ku tuntun tubuhnya yg sudah renta penuh khawatir pada keadaan Wonwoo di dalam.

7 jam setelah Wonwok bersikap aneh, kulihat eomma ketiduran di sofa, jam menunjukan pukul 24.30 malam, eomma pasti lelah..

"Eomma lelah nde? Maafkan Wonwoo karema telah membuatmu begini.. Eomma jangan seperti ini lagi nde?" kuelus surai hitamnya yg mulai memutih, tanda umur sudah mulai menggerogoti hidupnya. Untung saja aku tak membangunkan eomma saat menggendongnya tadi, kasihan eomma dia sudah lelah.
Aku berniat kembali ke kamarku, dan otomatis aku melewati kamar Wonwoo, aku heran apa yang sebenarnya dia lakukan di kamar, tak apakan seorang kakaknya mencoba masuk ke kamar adiknya sendiri tanpa sepengetahuan adiknya? Biarlah.

Kreeekkk

Ternyata tidak dikunci, aish dia memang suka bikin kesal berarti dari tadi memang tidak dikunci? Awas saja ini anak, nanti aku sembelih! Namun saatku coba masuk.

"Aku tidak membunuh dia, dia memangsudah kritis..." dia seperti meracau.
"Maaf..." kuhela nafasku, dia meracau tak jelas dalam tidurnya.
"Aku menghilangkan adikmu" benarkan! Dia kehilngan pasiennya.

Saat ku dekati, dia menggigil dan berkeringat dingin, saatku pegang dahinya, panas sekali! Langsung saja ku berlari kearah dapur dan menyiapkan kompresan untuk Wonwoo.. Adikku ini benar-benar merepotkan! Setelah kembali dari dapur,langsung saja ku kompres dahinya dan juga menyekanya, tubuhnya penuh peluh dingin yang membasahi sampai kasurnya.

"Mianhae hyung aku merepotkan.." dia bangun saat aku sedang menyekanya, suaranya lirih penuh rasa lelah, serak keluar dari kerongkongannya yang kering.

"sangat merepotkan! Tapi aku tak ingin melihatmu begini, malah membuatku sedih.." hehehe, disaat dia seperti inipun aku bisa bercanda.

"Kenapa tak biarkan aku sendiri saja? Biarkn aku begini sampai aku mati"

"Sekali lagi kau bicara seperti itu, aku benar-benar akan membunuhmu!" akhirnya Wonwoo diam, namun dia memalingkan wajahnya saat aku disebelahnya.

"Apa aku menghilangkan seseorang? Atau ini takdir?" nada frustasi dengan kelelahannya memulai kembali racauannya.

"Itu takdir.. Seseorang akan mendapatkan sesuatu tapi dia juga akan kehilangan sesuatu itu. Tegarlah Wonwoo, kalau appa tau dia sudah mencabik-cabikmu sekarang.." ucapku sambil menyeka badannya dan mengopres keningnya "Nah, selesai! Kau istirahatlah sekarang" akupun berdiri membawa air bekas menyeka wonwoo, namun dia mencegahku.

"Kembali lagi kemari nde" aku membalasnya dengan senyum termanis untuk adikku sayang ini, namun yang aku dapatkan darinya adalah gidikkan tanda dia jijik dengan yg ku lakukan.
"Adik durhaka!" umpatku.

Setelahku bereskan bekas kompresan Wonwoo, akupun kembali kekamarnya namun yg kudapatkan adalah Wonwoo yg tertidur dengan damai.

"Kau masih ingat saat kau umur 5 tahun dan aku berumur 7 tahun, hari pertama aku sekolah aku tidak bisa membaca, sampai setiap malam kau yang mengajarkan padahal kau tak pernah di ajari oleh siapapun, aku iri sekali, namun untuk apa? Pada suatu hari, aku bilang padamu kalau aku ada test membaca, dan sampai saat itu aku belum bisa membaca. Pagi harinya kau tak bangun-bangun sampai aku berangkat karena semalaman kau mengajariku, akhirnya aku berangkat saat kau tidur, entah kenapa saat aku dipanggil untuk bercerita kau tiba-tiba ada di jendela lorong kelasku, lalu kau bilang "hyung kau pasti bisa! Hwaiting!!" dan anehnya setelah melihatmu aku jadi bisa membaca, aneh tapi aku berterimakasih sangat berterimakasih sampai sekarang.." aku bercerita di depan tubuhnya yang sudah berbaring nyaman tanpa gangguan, jaljayo Jeon Wonwoo.



Serasa pengen punya kakak laki-laki kalau gini.
Adk kakak zone mah kebanyakan bullshit :v (yg tau rl gua pasti tau kenapa :v) avekan aja! Seeyou on next part

Vote and comment!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Like A Butterfly (Jeon Jungkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang