Chapter 5

279 35 2
                                    

Kami pun segera pergi memeriksa ruang itu. Sesampainya di sana, Inoo mencoba membuka pintu kamar itu namun pintu kamar itu terkunci.

"Pintunya tidak bisa dibuka, biar aku ambil kuncinya dulu" Inoo pergi mengambil kunci kamar kosong itu, yang berada di dalam laci meja lalu kembali mencoba membuka pintu itu. Pintu kamar kosong itu pun akhirnya terbuka. Terlihat 2 gelas minuman di atas meja yang berada di tengah ruangan dan Keito yang terbaring di lantai. Kami pun langsung masuk ke dalam.

"Okamoto-san?" Inoo menggoyangkan badan Keito yang sedang terbaring di lantai.

Namun tak ada respon apapun dari Keito.

"Okamoto-san?" Inoo menggoyangkan sekali lagi badan Keito. Masih tak ada jawaban maupun gerakan dari Keito.

"Okamoto-san?" Lalu Inoo membalikkan badan Keito. Darah mengalir keluar dari sudut bibir Keito.

"O-okamoto-san? Daijoubu desuka??" Inoo kaget melihat darah yang keluar dari sudut bibir Keito.

Namun Keito hanya diam sambil memejamkan matanya.

Yamada mendekat lalu memeriksa denyut nadinya. "Dia telah meninggal". Yamada menatap wajah kami satu persatu.

"A-apa kau yakin?" Yabu sedikit mundur ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan Yamada.

"Ja-jangan-jangan ini perbuatan Takaki-san" Chinen terlihat sedikit ketakutan.

"Mana mungkin Takaki-san yang melakukan hal ini? Dia kan sedang dikurung" Daiki mencoba membuat yang lain berpikir realistis.

"Tapi kalau bukan dia, siapa lagi?" Chinen membalas dengan pertanyaan.

"Sudah!" Inoo mencoba menghentikan perdebatan yang ada.

"Sebaiknya kita periksa Takaki-san, apa dia masih ada di dalam ruangannya" Kata Misaki.

"Baiklah, ayo kita periksa" Chinen berjalan keluar disusul dengan lainnya.

Kami berjalan terus, melewati lorong-lorong hingga pada akhirnya kami sampai di depan ruangan tempat Yuya dikurung.

Inoo mengeluarkan kunci dari saku bajunya lalu membuka pintu itu.
Terlihat Yuya sedang memandang keluar jendela.

"Takaki-san..." Inoo memanggil Yuya yang sedang memandang keluar.

Yuya membalikan badannya. "Ada apa ini? Apa aku sudah bisa keluar?" Tanyanya.

"Kalian lihat kan? Dia masih ada di ruangannya" Kata Daiki.

Chinen hanya diam mendengar perkataan Daiki.

"Ja-jadi siapa yang membunuh Okamoto-san??" Yabu terlihat sangat ketakutan.

"Aku tidak mau mati juga disini!" Yabu langsung berlari meninggalkan tempat itu.

"Aku juga! Aku ingin pergi dari sini!" Kento juga ikut pergi meninggalkan kami.

"Lebih baik, kita laporkan saja ini ke polisi" Chinen tampak sedikit gelisah.

"Aku akan menghubungi polisi, kalian kembalilah bersama yang lain" Inoo menitipkan kuncinya kepada Yamada lalu pergi untuk menghubungi polisi.

"Takaki-san tunggulah disini, Inoo-san akan menghubungi polisi" Kata Yamada.

"Kami percaya, kalau bukan Takaki-san yang membunuh Yaotome-san"
Aku menatap Yuya sambil sedikit tersenyum.

"Arigatou na" Senyuman tipis terukir di wajah Yuya.

"Takaki-san, kalau pintunya kami kunci sebentar tidak apa-apa kan?" Tanya Daiki.

"Un, daijoubu"

Yamada mengunci pintu tempat Yuya dikurung, lalu kami pergi berkumpul bersama yang lain di ruang tengah.

Aku bisa melihat bahwa Inoo sedang menghubungi polisi. Terlihat juga Yabu dan Chinen yang terlihat gelisah.

Aku melihat ke arah jendela terlihat petir yang menyambar-nyambar dan langit yang tampak mendung menambah suasana mencekam di sekeliling kami.

Tak lama hujan turun begitu lebat.
Kemudian aku membalikkan wajahku ke arah Inoo. Terlihat wajahnya yang sedikit frustrasi.

Tak lama kemudian dia menutup telepon, lalu berbalik ke arah kami.

"Aku tidak bisa menghubungi polisi, kurasa karena petir tadi sambungan telepon keluar terputus" Inoo tampak ketakutan namun dia mencoba untuk tetap tenang karena dia adalah yang paling bertanggung jawab disini.

Terlihat Yabu dan Chinen semakin tertekan. Tampak sekali rasa gelisah dan waspada di wajah mereka.

"Sebaiknya malam ini tidak ada yang tidur sendirian"

"Iya, sebaiknya malam ini masing-masing dari kita tidur berdua" Yamada menyetujui pendapat Inoo.

"Sekarang kalian bisa kembali ke kamar masing-masing, aku harap kalian bisa bersabar hingga besok"

Kami pun kembali ke kamar. Malam ini aku tidur bersama Misaki. Yamada akan tidur bersama Daiki, Inoo dan Yabu lalu Kento dan Chinen.

Aku, Misaki, Yamada dan Daiki seperti biasa berkumpul di kamar Misaki.

Kami harus bisa memecahkan kode yang ditinggalkan Hikaru sebelum kapal menjemput kami.

Terlihat Yamada sedang berpikir keras begitu juga dengan Daiki dan Misaki.

Aku terus memandangi kode yang ditinggalkan oleh Hikaru, lalu melihat kolom yang ada dalam tabel itu satu persatu, hingga mataku terhenti pada nomor atom ketujuh.

"N, nitrogen" lalu aku terus melanjutkan melihat kolom yang lain, hingga mata terhenti lagi pada atom nomor 19.

"K, kalium". "Merah... merah..." gumamku. Yamada yang melihatku sedang melihat kolom-kolom dalam tabel, ikut melihatnya.

Tiba-tiba sesuatu terlintas dalam kepala Yamada. "Apakah dia yang dimaksud oleh Yaotome-san??" Batinnya dalam hati.

"Sepertinya aku berhasil memecahkan kode ini, teman-teman. Kode ini memberitahukan siapa pelakunya" Kami semua langsung memandangi Yamada.

"Hontou??" Tanya Misaki.
Yamada mengangguk cepat. Lalu menjelaskan bagaimana cara dia bisa memecahkan kode itu.

"Ayo, kita periksa ruang tempat Okamoto-san meninggal, siapa tahu kita bisa mendapatkan bukti yang lain" Yamada mengajak kami untuk memeriksa kamar tempat Keito terbunuh.

Sesampainya disana kami langsung mencari sesuatu yang berhubungan dengan si pelaku pembunuhan.

Daiki mencari di dalam lemari pakaian, Misaki mencari di dalam laci-laci meja, dan aku ikut mencari bersama Misaki. Yamada memerhatikan 2 buah gelas yang ada di atas meja, yang berada di tengah ruangan.

Yamada mengambil gelas yang berisi seperempat jus, mengaduknya dengan sendok lalu menuangkannya ke dalam aquarium yang berisi ikan-ikan.

Tidak ada yang terjadi pada ikan-ikan tersebut, lalu dia mengambil gelas satunya lagi, yang berisi setengah jus, lalu melakukan hal yang sama seperti gelas pertama dan menuangkannya ke dalam aquarium.

Tak lama setelah menuangkan isi jus, ikan-ikan yang berada di dalam aquarium itu pun mati. Tampaknya seseorang telah memberikan racun di gelas yang di minum Keito.

Aku, Misaki dan Daiki masih sibuk mencari sesuatu yang berhubungan dengan pelaku namun kami tak bisa menemukannya.

Kami lalu pergi ke ruangan sebelah yang merupakan kamar Keito. Aku, Misaki dan Daiki melanjutkan pencarian. Sedangkan Yamada mencoba telepon yang ada di atas meja dekat lemari pakaian. Yamada lalu menekan salah satu tombol.

Setelah dia menekan tombol itu, muncul sebuah nomor yang merupakan salah satu nomor telepon dari ruang kamar yang ada di vila. Tak salah lagi nomor kamar sang pelaku.

Yamada segera kembali lagi ke ruangan tempat Keito terbunuh dan memeriksa telepon di kamar itu, sama seperti yang dia lakukan di kamar Keito. Nomor yang sama muncul di layar telepon.
"Semua misteri telah terpecahkan" gumamnya dalam hati.

BERSAMBUNG....

Black RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang