Hitam

3 1 2
                                    

Saat kubuka mataku semuanya sama. Gelap. Kucoba untuk bangun walau kakiku terasa sakit. Aku yakin kakiku terkena cedera yang parah karena rasanya sakit sekali. Aku pun tak ingin tinggal diam dan berusaha untuk berjalan. Berjalan tertatih tanpa alas kaki dan dengan kaki yang berdarah di tengah hutan bukanlah hal yang baik. Tapi tak ada cara lain. Apabila aku tetap menunggu seseorang datang,mungkin saja yang datang bukan penolong melainkan hewan buas. Sebenarnya aku tidak tega meninggalkan keluargaku yang bahkan aku tidak tau masih hidup atau tidak. Tapi Van itu terguling dengan keadaan terbalik,jadi aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku hanya dapat berdoa agar mereka bisa selamat dan suatu saat kita akan bertemu lagi dalam keadaan baik-baik saja. Walau aku tidak terlalu yakin dengan kemujuran doa yang kusampaikan.

<><><><><><><><><><><>

"Arghhh" Aku terjatuh karena kakiku yang sudah tak kuat karena kelelahan. Aku rasa luka dikakiku sudah menghabiskan banyak darah. Kulihat kebelakang dan dapat kulihat darahku berceceran disepanjang jalan. Untungnya aku sudah berjalan cukup jauh dari Van nenekku,jadi aku rasa aku akan aman untuk sementara.
Aku kembali melihat lukaku. Aku mendesah pelan, dengan terpaksa aku harus menggunakan sapu tangan milik ayahku untuk menutupinya atau luka itu akan mengaga semakin lebar. Luka itu sebenarnya tidaklah terlalu besar,hanya saja luka itu berupa robekan jadi ada kemungkinan luka itu bisa melebar. Itupun hanya luka luar yang terlihat. Ia yakin ada luka di bagian dalam kakinya tapi mungkin ia akan memeriksanya nanti. Yang ia harus lakukan sekarang adalah pergi.

Setelah menutupi luka itu,ia segera kembali berjalan. Entah kenapa ia merasakan ada hal buruk yang akan terjadi. Ia lalu menggeleng pelan. Ia pasti selamat. Itu hanya sebuah firasat tak penting.
Ia mempercepat langkahnya walau ia tau itu tak berguna karena hutan ini luas sekali. Tapi ia tak boleh putus asa.

<><><><><><><><><><><>

AUUUUUUUU

GERRRR GERRRR

Suara erangan serigala tiba-tiba terdengar. Suaranya cukup jauh.
Jadi ia rasa ia aman untuk sekarang. Hanya saja dengan kaki seperti ini ia rasa serigala itu dapat menemukan dirinya dengan cepat. Ditambah lagi darahnya akan terus bececeran dan akan menjadi petunjuk akan keberadaannya. Ia mencoba berdoa dan berharap serigala itu salah jalan atau mati seketika.

GRRRR GRRRR

Suara itu datang lagi dengan jarak yang cukup dekat. Ia rasa tuhan tidak mengabulkan doanya. Ia yang ketakutan mencoba untuk berlari. Ia tau tak ada harapan. Dengan berjalan pincang seperti ini sama saja seperti ia berjalan biasa dengan 2 kaki. Sangat lamban.

Grrrrr grrrr

Auuuuuuuuuu

Suara itu mendekat dan memelan. Disaat itu pula aku berlari lebih cepat. Ini bukan pertanda yang bagus.

"Duggggg"

Aku tersandung oleh batu karena tidak memperhatikan jalan. Dengan segera aku mencoba berdiri. Tapi aku tidak mampu. Kakiku terasa sangat lemas karena habis berlari tadi. Aku pun hanya dapat kembali berdoa. Walau aku tau itu percuma. Aku akhirnya menyerah dan pasrah atas apa yang nanti akan terjadi. Walau begitu aku tetap tidak ingin melihat kebelakang. Aku tidak tau apakah serigala itu yang akan membunuhku atau hewan lainnya. Yang pasti aku sudah tak peduli karena siapapun atau apapun yang berada dibelakangku pasti akan mengantarkanku menuju ayahku.

To Go HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang