2. siapa?

52 1 0
                                    


Esok paginya, Ziera duduk di meja makan dengan wajah tak berselera. Membayangkan bakal melihat wajah Alza dalam satu jam lagi, benar-benar membuat selera makannya hilang.

"Aduh.... adikku sayang, kenapa sih kok tampangnya suntuk banget?"

Ziera mendongak sedikit lalu tersenyum. Kedatangan Zion, kakaknya, membuat sedikit moodnya berkurang.

"Ada masalah apa? Cerita dong sama gue. Pasti gara-gara cowo yang kemarin gue kerjain kan?"

"Dih so-tau banget jadi orang."

"Ohhhh.... gue tau, pasti lo lagi marahan ya, sama cowo yg kemarin nganterin lo?"

"He-eh" Ziera manyun, kemarin, adalah hari sialnya Ziera, karna gara gara Zion tidak bisa menjemputnya, dan memberitahukannya ngedadak, terpaksa dia harus naik angkot, berhubung sudah gelap, Ziera tidak tau, bahwa tidak ada angkot yg lewat sekolahannya pada malam hari. Lalu tanpa disangka, Alza, laki laki itu lewat dengan motor besarnya, dan menawarkan tumpangan pada Ziera. Dan hal itu membuat Ziera, tidak menyianyiakan kesempatan emas itu.

***

Ziera melangkah menuju koridor sekolah yang sudah mulai ramai dengan murid murid. Dia mampir sebentar di lokernya untuk mengambil bahan bahan, yang akan di pakai untuk tugasnya dalam presentasi hari ini. Lalu berjalan lagi menuju kelasnya.

"Pagi Zieeee," sapa Ela pada Ziera, saat Ziera baru menginjakan kakinya di pintu kelas.

"Ia pagi," jawab Ziera.
Ziera duduk di kursinya, dan melirik jam di layar hp-nya. Masih jam setengah tujuh, lima menit lagi bel masuk baru akan berbunyi, pantas kelas ini baru setengah terisi.

Mau ngapain ya, masa gue cuma duduk disini diem aja kaya orang bego? Oh, belajar aja kali ya.

Ziera mumbuka lembar demi lembar, buku yang ada di genggamannya itu, tapi Ziera benar benar bosan, sama buku yang dia bawa dalam tasnya hari ini.

"Kalo bosen ya jangan di paksain, yang ada malah makin gak nyaman," kata sebuah suara, persis di sebelah telinga Ziera. Cewe itu kontan terlonjak, dan langsung merutuk dalam hati, ketika begitu melihat siapa yang baru saja mengeluarkan komentar sok puitis itu.

"Ngga usah gangguin gue deh," gumam Ziera sinis. "Yang bosen siapa?"

"Lo," jawab Alza sambil tertawa. "Kan lo yang baca buku di sini."

Ziera menggretakan giginya. "Terus kalo emang gue bosen, lo mau apa?"

"Kalo gue jawab, lo mau nurutin gak ?"

"Nah, kenapa jadi gue harus nurutin lo?" Kata Ziera jengkel, lalu bangun dari kursi yang di dudukinya. Tepat ketika itu, bel masuk berbunyi.

"Sudah bel, silahkan lo keluar terus balik ke kelas lo."

"Kalo gue gak mau, lo bakal apa?" Tantang Alza.

Ziera ngga bisa pura pura tuli. "Kenapa sih nentang terus? Gue punya salah apa sama lo, jangan mentang mentang kemarin abis nolong gue, lo jadi makin nyebelin, dan gangguin gue terus."

Alza mengangkat bahu. "Oke, oke... sory gue selalu gangguin lo ra, abis lo lucu sih, bikin gue greget sendiri, tapi gue mau diem di kelas lo ah, dan itu hak gue ya, lo gak bisa ngatur atau marahin gue, selagi gue gak gangguin lo," Alza berjalan duduk di samping kursi Ziera. Dan dengan mudahnya teman sebangku Ziera menyerahkan bangkunya untuk di duduki Alza.

Ziera baru saja mau melanjutkan aktivitas membacanya, yang tertunda kemarin. Tapi kata katanya menghilang dalam perjalanan menuju bibir sewaktu dia melihat, siapa yang sudah berdiri di pintu kelas.
Gerald.

"Zie, aku mau bicara sama kamu," katanya cukup keras. Ziera yakin anak-anak kelas, semuanya bisa mendengar.

"Gue gak mau." Ziera mengalihkan tatapannya dari Gerald.

Ya, Ziera dan Gerald itu pernah menjalin hubungan lebih dari sekedar teman dekat, pacar, tapi siapa sangka, Ziera salah milih dan menilai Gerald secara luar dan dalamnya. Sampai suatu saat, Ziera melihat Gerald yang sedang nonton bioskop dengan wanita lain, padahal Gerald bilang, dia sedang mengantar ibunya ke rumah sakit. Dan sejak itu Ziera esoknya meminta putus, dan yang lebih mengejutkan lagi, Gerald dengan muka tanpa dosa, hanya menjawab, ya, tanpa penjelasan dan permohonan maafnya yang sudah seharusnya dia lakukan ke Ziera.
Lalu di saat Ziera merasa kecewa, ada Alza yang entah dari mana, sejak saat Ziera putus, Alza semakin dekat dengan Ziera.

"Ayolah sebentar aja."

"Gue bilang, gue gak mau!"

"Ziera...." Gerald sekarang sudah mulai memasuki kelas, dan berdiri tepat di samping Ziera.

"Lo keluar deh, Ger, gak denger bel apa, tadi."
Ziera membuka buka tasnya, dan pura pura mencari sesuatu di dalam tas itu.

"Ziera, ayo!" Gerald mencengkram tangan Ziera dan menariknya keluar kelas. Percuma Ziera melawan. Soalnya cengkraman Gerald kuat banget, dan kali ini Ziera berpikir, lebih baik mereka bicara di luar kelas, dari pada ribut di depan seluruh murid kelas, bisa malu Ziera.

"Apasih mau lo?" Desis Ziera emosi begitu mereka sudah di luar kelas.

"Kok kamu ngomongnya pake gue-lo sih?"

"Emangnya kenapa, biasanya gue juga ngomongnya kaya gitu kok, ke temen temen gue yang lain, kecuali lo punya saran, sebutan apa yang bisa gue pakai, untuk memanggil orang yang gak tau cara minta maaf."

"Ya tapi kan, waktu itu aku khilaf, Zie.."

"Oh! Iya! Lo memang khilaf, gue tanya sekarang sama lo, berapa kali lo khilaf? Dan berapa kali juga gue selalu maafin lo, dan gue harus selalu maafin lo, iya kan?" Jerit Ziera emosi.

"Zie, kamu..."

"Kalau lo mau ngaca, Ger, lo harusnya tau, kenapa gue minta putus sama lo! Itu emang udah seharusnya Ger, udahlah lupain Ger! Ini masa lalu, sekarang ya sekarang, lagian yang lalu udahlah biar berlalu, gue juga udah maafin lo." Ziera menatap Gerald, lemes.

"Tapi, gue udah berubah... buat lo"

"Jangan ngomong soal berubah deh," potong Ziera. "Yang namanya penyesalan itu emang di akhir Ger, dan sekarang coba lo perlahan lupain gue, kita masih bisa berteman, dan lo gak sendiri Ger, dan gue mohon sama lo, tolong jangan buat orang lain ngeliat lo menyedihkan di mata mereka, dan gue masih di sini, tapi bukan lagi milik lo."

"Ziera!" Gerald mencengkram kedua tangan Ziera.

"Apa lagi?"

"Maafin gue buat semuanya, lo bener soal itu semua, tapi lo mau-kan janji buat gue?"

"Apa?"

"Janji buat gue, kalo lo gak akan pernah ninggalin gue, apapun keadaannya, walaupun lo bukan pacar gue lagi." Gerald menatap lekat mata Ziera.

"Iya" jawab Ziera dengan anggukan kepalanya. Lalu Gerald menarik tangan Ziera, tubuh Ziera tertarik kedepan tepat di depan Gerald, lalu langsung di tangkap Gerald, dan di peluknya Ziera sangat erat.

Sementara di samping itu, seseorang melihat mereka berdua, dari awal mereka keluar kelas.



_________________________________________

Maaf masih banyak kesalahan 😁

Never Give Up!...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang