BAD BOY[FRIEND] 2

24.4K 1.8K 42
                                    



-He's Ali Syarief and Alan-

Sudah pukul 06.15 Prilly sudah sampai di sekolah. Kawasan kelasnya masih sepi, hanya satu dua anak yang sudah datang. Prilly menyapu pandangannya keseluruh ruang kelas, dilihatnya meja Una yang masih kosong.

Sepasang headset ia selipkan dilubang telinganya. Setelah selesai menekan tombol play pada i-pod nya. Ia langsung mengalihkan pandangannya pada satu novel yang baru ia beli kemarin lalu mulai membaca lembar demi lembar buku itu.

"Prilly!" Una menatap Prilly malas, lagi-lagi sepasang headset itu terpasang di telinga sang sahabat.

Dengan gemas Una melepas headset itu kasar.

"Ish. Una apaan sih?" kesalnya. Ia menutup bukunya lalu menatap Una tajam.

"Lo bisa gak sih sehari aja gak usah pasang headset plus baca novel mulu? Gue berasa gak dianggap, Prill." ucapnya dramatis. Prilly menatap Una jengah, bisa-bisanya ia berkata seperti itu.

"Hidup gue, jangan ngatur hidup gue." tukas Prilly datar, sungguh ia memang sulit untuk meninggalkan dunianya sendiri hanya untuk seorang teman? Berarti kah?

Ini hidupnya, yang membuatnya nyaman dengan dunianya. Hidup yang ia atur untuk membuatnya betah. Ia hidup untuk dirinya, bukan untuk yang lain.

"Prill, yaelah. Baper amat, maaf deh." kata Una lalu menempatkan posisi duduk disamping Prilly.

"Lo tau titik nyaman gue kan, Na? Dan itu resiko buat lo karena mau berteman sama gue." kata Prilly lagi. Una mengangguk paham, ia meminta maaf lagi pada Prilly.

"Okey, gue gak mau kita berantem. Karena, gue mau ngomong sama lo. Kalau gue tau siapa nama cogan yang kemarin itu!" pekik Una heboh.

Oh astaga!

"Una sayang, plis deh. Lo itu alay tau gak? Nama doang." Una mencabikkan bibirnya kesal. Diketuknya kepala Prilly pelan.

"Namanya Ali Syarief. Ish, bagus gak tuh? Yaiyalah keren gitu ya kan. Sayangnya.." Una nampak berpikir.

"Kenapa lagi?"

"Sayangnya dia nakal." jawab Una menopang dagunya.

"Gue gak perduli mau dia ganteng, atau nakal. Bahkan anak Presiden sekalipun gue sama sekali gak perduli." dingin Prilly menjawab ulasan Una.

Una mulai geram sendiri, ia berpikir keras untuk mencarikan pasangan untuk sahabatnya ini. Ia tak perduli walaupun nantinya Prilly akan melupakannya. Yang terpenting, kebahagiaan dunia sudah cukup dirasakan Prilly.

♦♦

Disisi lain, terdapat seorang pria yang tengah bersender di dinding kelasnya. Ia mengutak-atik ponsel yang sekarang berada di genggaman tangannya. Wajah tampan namun dingin itu sudah cukup puas ia perlihatkan sedari tadi.

"Ali, bimbingan konseling!" Ali menoleh, saat suara guru yang tadi mengusirnya dari kelas itu terdengar lagi.

"Untuk apa? Gue salah apa, coba." jawabnya tanpa melihat sosok tegap yang sudah jengah dengan sikapnya.

BAD BOY[FRIEND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang