[Ficlet] They Never Know

28 8 0
                                    

A Ficlet by CASTORPOLLUX [taehyungirl] (Ex-Member)

Jungkook BTS and A man

Psycho, Life, PG-17 [ just for cursing word and content]

[812 words]

.

"Tahu apa mereka tentang dirinya?"

.

Jungkook paling benci direndahkan. Hanya karena dia seorang anak SMA yang kekurangan biaya dan harus menyambung hidup seorang diri sebagai pekerja cafė. Toh apa dia yang memilih hidup dengan ekonomi yang rendah, bukan dia 'kan?. Tidak seharusnya juga dirinya diperlakukan seperti barang rusak-yang bisa didorong-dorong,dibabanting atau pun dibuang.

Apalagi orang dewasa yang mengatakan itu (orang yang menganggap dirinya selalu benar) tidak ada gunanya menerima bimbingan dari orang-orang seperti mereka.Shit!

Well, siapa sih yang ingin diberi cap rusak oleh orang lain dengan sukarela? Dan lagi tahu apa mereka tentang dirinya?

Malam itu adalah hari paling melelahkan bagi Jungkook, terlebih ada orang dewasa yang membentaknya karena salah memberi pesanan. Jika secara langsung memang Jungkook yang salah, tapi jika ditelusuri lebih lanjut; manusia tidak ada yang sempurna 'kan?

"HEI! AKU MEMESAN AMERICANO DENGAN PANEKUK MADU, BUKAN LATTE DAN RED VELVET, APA KAU TAK BISA MEMBACA PESANAN HAH?"

"Maafkan aku Master" Sebenarnya Jungkook tidak benar-benar merasa bersalah, tapi demi kelangsungan hidupnya mau bagaimana lagi?

Sudah membentak, malah dipanggil Master. Jungkook pun bingung kenapa cafe ini memberi nama pelanggan laki-laki dengan sebutan itu.

"Aku akan menggantinya dengan cepat, tunggu sebentar Master"

Shit!

Mendengus nafas panjang, Jungkook dengan cepat mengganti pesanan orang gila itu.

"Ini Master pesanannya, silahkan dinikmati, dan maaf atas kecerobohan saya" Jungkook membungkukan badannya. See? Ia bisa lihat tatapan orang itu tentang dirinya. Merendahkan.

.

Tetap di malam yang kelam dan melelahkan. Jungkook pulang seorang diri.Pukul 10 malam, biasanya ia akan pulan tepat jam 9 malam. Tungkainya diarahkan ke jalan pulang menuju apartement kumuh nya.

"Kumohon Jangan mengambil tasku" Suara perempuan merintih di gang kecil, Jungkook tetap memandangi nya dari jauh. Melihat dengan langsung apa yang dilakukan orang itu, dengan intens Jungkook menilik. Laki-laki itu megeluarkan satu buah pisau dari jaket tebalnya. "Ku-moh-hon..," semakin dekat hingga sebelah tangan laki-laki itu menjambak rambut si perempuan, ditariknya dengan keras, pisaunya ia alihkan ke arah leher si perempuan dengan menyilet-nyiletkan secara perlahan, perempuan itu meringis menahan rasa sakit dari pisau yang telah melukai dirinya. Tidak hanya itu kini laki-laki itu sudah mengambil alih lengan si perempuan dengan menyayat tipis-tipis nadi perempuan itu, lama kelamaan hingga ritme menyayat dipercepat oleh laki-laki itu hingga darah mengalir deras darisan, Oh jangan lupakan daging perempuan itu. Dia mencekik perempuan itu sampai si 'korban' kehabisan nafas(lihat saja nafasnya sudah tercekat). Pisau itu sudah beralih lapak ke bagian wajah, menyayat dengan ritme sedang 'tersangka' mulai mendekatkan ke bagian mata. "Akkkhhh" si korban kini sudah tidak bisa bergeming pula dengan darang yang mengalir dari pergelangan tangan dan Wait! Apa Jungkook melewatkan sesuatu? Lihat telinga kanannya sudah tak ada, Omo!!! Itu jatuh tepat di sebelah tas korban. Jungkook? Sudah tidak bisa mengungkapkan apa-apa lagi, Speechless. Jika dirinya menolong dia bisa saja ikut terbunuh.Bukan maksud pengecut tapi Jungkook tidak mau hidupnya berakhir dengan tidak elit, Jungkook masih ingin tahu rasanya menikah.

Tanpa aba-aba laki-laki itu menebas kepala si perempuan. Dengan refleks Jungkook menutup mata dan mulutnya. Ingat umur Jungkook baru akan menginjak 17 pada satu September bulan depan. Kepala nya menggelinding tepat di tengah jalanan. Jungkook pun ketar-ketir, dia juga takut.Jungkook mulai mengendap dari tempat persembunyiannya dan berjalan hati-hati menuju apartemennya.

.

Masih ingat jika orang dewasa selalu menganggap dirinya benar. Masih ingat juga peristiwa kemarin? Kuharap kalian ingat.

Jungkook menjalani hari seperti biasanya ke sekolah,pulang,ke cafe, dan kerja. Matanya menatap seluruh penjuru cafe hari ini tak seperti biasanya, hari ini sedikit lebih ramai. Matanya menatap sesorang yang tidak asing. Orang yang kemarin membentaknya Pak Gila(Jungkook memberi sebutan itu kemarin saat sebelum tidur).

"Selamat datang di Flow de Memoire, silahakan mau pesan apa, menu hari ini Blue Velvet dengan minumannya Jus Shake ala FDM" memberikan senyuman dengan gigi kelinci itu Jungkook memang sangat terlihat manis. "Aku ingin Americano dengan Mini Pack Cheesee Bread" ucap Pak Gila itu sambil melemparkan 3 lembar uang won dari dompet tebalnya" Jungkook mengambil uangnya dan tersenyum "Silahkan ditunggu, ini kembaliannya, Terima Kasih."

.

Huffftt.....

Sudah jam setengah sembilan malam, kurang 30 menit lagi Cafe akan ditutup, tapi anehnya Pak Gila itu tak segera beranjak untuk meninggalkan Cafe. Jungkook yang penasara pun terus memandangi dari jauh,bila dia melakukan kejahatan kan Jungkook bisa saja langsung melaporkannya. Well,Jungkook masih menyimpan amarah pada laki-laki itu. Sungguh ia ingin melakukan apa yang kemarin dilihatnya.

" Seokjin Hyung aku ijin pulang duluan ya, tugasku banyak nih" Seokjin pun megangguk setuju apalagi keadaan cafe memang sudah sepi. Jungkook mengikuti laki-laki itu berjalan, dia memilih gang tikus yang setiap hari Jungkook lewati.

Laki-laki itu berhenti. Menatap Jungkook lekat, seakan tahu jika Jungkook daritadi mengikuti nya. Laki-laki itu mendekat. "Masih ingat aku?" Jungkook tercengang kaget, laki-laki ini, laki-laki yang kemarin-yap Voila! Laki-laki pembunuh itu. "Apa mau kau menjadi setelahnya," Jungkook mendengus plastik hitam itu, bau menyegat seperti tikus mati,menyengat. "Baru, saja kujual di Flow de Memoire sebagaian daging potong ini untuk daging hamburger. Menu baru FDM 'kan?"

Dan detik berikutnya ada daging fresh yang baru masuk kantung palstik itu.

Fin.

Main Course MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang