Setelah weekend tentunya akan hadir hari pertama dalam minggu atau yang mungkin bisa saja disebut weekfirst atau weekbegin, tapi yang pasti itu bukan hal yang penting untuk dibahas. Senin selain berarti awal pekan, ia juga diartikan sebagai awal kembalinya aktivitas setelah beristirahat di akhir pekan. Dan karena aku adalah mahasiswa tentunya di hari Senin ini aku kembali beraktivitas di kampus.
Pagi ini sedikit gerimis, aku harus mengenakan mantel ketika berangkat tadi. Tapi yang namanya kampus mau gerimis, hujan besar pun pasti tetap ramai. Setelah memarkir motor dan melipat mantel, aku segera berjalan menuju ruang kelas.
Di sela gerimis ada juga ternyata mahasiswa yang duduk tenang membaca buku, namanya Budi, mahasiswa jurusanku tapi satu angkatan lebih muda dibawahku, dan sejak semester 1 dia sudah dikenal sebagai si kutu buku. Kalau aku tebak di masa depannya kelak dia akan memiliki profesi yang berkutat pada buku, mungkin Dosen, Guru atau penulis buku.
Dan hanya berjarak 5 meter darinya berkumpul sekelompok mahasiswa gaul, metal dan selalu menganggap dirinya keren. Mereka adalah mahasiswa jurusan Manajemen seangkatan denganku. Aktivitas mereka sehari-hari hanya kuliah, nongkrong, nge-band, dan aktivitas menyenangkan duniawi lainnya. Kalau aku tebak di masa depannya kelak dia akan berusaha keras agar mendapat warisan sehingga tidak perlu bekerja atau paling tidak menjadi model dengan modal wajah tampan dan kerennya.
Dan disekelilingku lainnya adalah mahasiswa normal yang menjalani hidup secara wajar sebagai seorang mahasiswa, yaitu kuliah, mengerjakan tugas, belajar jika ada ujian dan selebihnya mereka akan menjadi follower atau justru mungkin apatis. Dan aku rasa aku masuk kelompok yang terakhir ini dan aku adalah orang yang apatis.
“Azzam.......”teriak seseorang dari arah belakang badanku. Seketika aku membalikkan badan aku temukan dia, Dirga.
“Ini Zam, baca,” Dirga menunjukan selembar leaflet padaku. “AaaaaaBbbbbbCccccDdddddEeeeeeeeeFfffffffXxxxxxxxYyyyyyZzzzzzzzzOooooPppppppppQqqqqqqRrrrrrSssssssTttttttUuuuuuuu...............” jelasnya panjang lebar menjelaskan tentang kegiatan Seminar yang tercantum di leaflet itu.
Untung Dirga datang, aku lupa masih ada 1 jenis mahasiswa lagi selain 3 jenis mahasiswa yang tadi kujelaskan, yaitu mahasiswa Aktif. Dan Dirga termasuk didalamnya. Seperti yang kita tahu mahasiswa itu selalu identik dengan kekritisannya, sikap kritis yang terbangun dari diskusi antar mahasiswa yang membahas permasalahan sosial, ekonomi dan selalu berujung pada politik. Beberapa dari mereka bahkan juga menggunakan organisasi sebagai wadah mereka menyalurkan aspirasi. Bagi mereka mungkin itu adalah aktivitas utama mereka di kampus, bukan lagi perkuliahan. Dan aku hanya punya 2 gambaran tentang mereka, pertama mahasiswa yang membuang waktu luangnya untuk aktivitas yang mengurangi tenaga, pikiran bahkan mungkin uang untuk suatu hasil yang nihil, kedua mahasiswa yang berupaya mencari koneksi untuk menjamin masa depan mereka nanti.
Aku hanya mengangguk dan sesekali berkata “Iya..” atas luncuran kata demi kata promosi yang Dirga sampaikan karena aku tahu jika aku mengelak pasti aku akan lebih lama di posisi pendengar setia seperti ini. Dan setelah yakin aku telah terbujuk rayunya, dia pun beranjak dariku dan kembali membujuk orang lain yang berdiri tak jauh dari posisiku sekarang berdiri.
Sambil tersenyum tipis dan sedikit menggeleng melihat tingkah teman sekelasku itu, aku pun kembali melangkah menuju kelas.
“Sepertinya Dirga baru saja salah sasaran...”ucap lirih seorang wanita dari arah belakang tubuhku yang kembali menghentikan langkahku menuju kelas.
Dia Reina, mahasiswa jurusan Manajemen satu angkatan denganku. Dia sangat terkenal dari kalangan mahasiswa, dosen hingga masyarakat luar yang dia bantu dan tentunya juga dikenal di kalangan orang yang ia tentang. Selain keaktifannya di organisasi dan aksi sosial, dia juga sangat cantik, cerdas, dan memiliki wibawa. Sangat istimewa. Dia idola mahasiswa pria di kampus ini, termasuk aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Jadinya Indonesia Dengan Generasi Muda Apatis?
De TodoSeorang mahasiswa pintar yang sangat tidak mempercayai dunia politik dari tingkat nasional hingga tingkat organisasi kampus akhirnya memutuskan membantu seorang aktivis kampus dalam sebuah aksi sosial. Akankah keputusannya itu merubah pandangannya t...