Chapter 02: The Best Day Ever?

50.7K 7.6K 671
                                    


"Pokoknya aku tiga potong sisanya baru kakak," kata Mauryn tiduran nyaman di sofa ruang tengah rumahnya. Bicara pada pemuda kurus bermata sipit yang sibuk bermain games Harvest Land di hapenya.

"Sekotak aja sekalian," balas si kakak sarkas dengan fokus tetap pada layar hape.

Mauryn langsung bangkit duduk, "eh beneran?!" pekiknya menyambut riang, lalu tertawa. "Gini dong. Sadar diri jadi kakak. Ah, harus dicatat nih tanggal ini Candra Alvenzi jadi pengertian," ucapnya dengan girang.

Candra si kakak mencibir, masih sibuk dengan kebun virtualnya.

Suara motor di depan membuat Mauryn makin riang. Gadis itu langsung meloncat, berlari keluar. Mata kecilnya makin menipis dengan wajah riang, membuat kedua pipi bulatnya seakan naik ingin meledak. Moodnya sangat bagus hari ini.

Mauryn menerima pesanan mereka dari ojek online yang mengantar, masuk ke rumah sambil membuka layar hape untuk memberi bintang ke si ojek.

"Browniesnya Kak Hanbin emang enak ya, sayang promonya udah abis," keluh Mauryn memasuki ruang tengah. "Kemaren si Faili nggak ngasih tau sih, padahal kan pertama Kak Hanbin jualannya di OSIS. Emang ketua keluas yang nggak mau berbagi," sungutnya duduk di sofa dan menaruh kotak brownies di meja.

Candra tak mendengarkan, hanya melirik kotak sesaat dan kembali bermain. Sementara Mauryn yang ingin membuka aplikasi ojek online jadi mengernyit melihat notification baru dari line.

Jantungnya merasa mencelos seketika. Mata kecilnya terbuka lebar. Ia menegak, dengan agak gemetar membuka poto profil akun yang baru saja mengiriminya pesan.

Benar.

Nama itu. Wajah itu.






"WAAAAAA!!!!"

"APA WOI APA?!" Candra mencelat, sampai lompat ke atas sofa dan menjatuhkan hape sangking kagetnya.

Tak menerima jawaban, Mauryn kembali menjerit memeluk hape langsung loncat dan berlari pergi begitu saja.

"WOI LIN! MALIN!!!!" pekik Candra masih panik. Ia menoleh kanan kiri, mencari-cari kali saja ada kecoa atau cicak jatuh.



Tak menghiraukan teriakan itu, Mauryn langsung berlari ke kamar. Menutup pintu rapat sampai menguncinya. Gadis kecil itu langsung loncat-loncat, dengan kedua lengan terbuka lebar mengepak-ngepak riang.

Mauryn mencoba menenangkan diri. Ia meraih hape, membuka grup chatnya. Seakan telepati, tepat ada pesan masuk.



Group 'Yoo Sijin Never Die'

Faili: gue baru aja ngasih id line mauryn ke anak 2a3

Yera: HA

Yera: SIAPA

Shaeron: LAH KOK MAURYN GUE NGGAK?!

Jinny: kak teyo nih pasti

Mauryn: FAILI

Mauryn: FAILI DEWIKU IBU PERI KU RATU KU

Flutter ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang