Chapter 10: Salah Paham?

29.2K 5.7K 458
                                    



Chua turun dari motor, melepaskan helm dan menyampirkan rambut panjangnya ke bahu. Ia memandang Jay yang masih di atas motor.

"Makasih ya kak," ucap Chua tersenyum. "Selain Kak Jinwan nggak tahu lagi minta tolong siapa."

Jay tersenyum, "iya, Chua. Nggak papa kok," katanya ramah. "Sukses ya tugasnya."

Chua meringis, "makasih juga tadi sampe mau nemenin ke toko buku, hehe. Kak Jinwan mah jago ginian."

Jay tertawa, "ya iyalah. Demi masa depan bisnis nih!" katanya penuh percaya diri. "Pokoknya sekarang udah tahu kan kalau mau beli bahan grosir murah dimana? Jadi nanti kalau ada tugas lagi bisa kesana ya."

Chua mengangguk, "aku juga minta maaf tadi si Juno harus pulang duluan jadi Kak Jay yang bawain belanjaan sama nganter aku pulang," katanya menyebutkan nama sang pacar.

Jay tertawa lagi, "iya santai aja. Yang penting dia dah mesen tiga baju couple di gue!" katanya dengan puas membuat Chua jadi menertawai itu. "Eh, udah ya. Gue harus pergi nih," katanya pamit.

"Eh? Mau kemana? Kirain langsung pulang," tanya Chua mengernyit.

Jay meringis, "mau beli Martabak Mang Didin. Dah janji sama seseorang," ucap pemuda itu tersenyum.

"Oh..." Chua mengangguk-ngangguk, "sekali lagi makasih ya kak udah nganterin aku sama Juno tadi."

Jay mengacungkan jempol, "inget nanti jangan lupa repost akun os gue," celetuknya mengerling becanda.

"Iya kak," sahut Chua tertawa. "Hati-hati," ucapnya melambai mengiring Jay yang mulai membawa motornya pergi.



**



Jay memelankan tarikan gas, lalu menepi. Ia berhenti di seberang rumah putih itu. Kaca helmnya terbuka, mendongak memandang teras rumah Mauryn yang ramai beberapa orang baru keluar. Jay bisa menangkap sosok yang ia kenali seperti Faili, Yera, ataupun Cakra.

Cowok itu menegak. Matanya melebar melihat Cakra berdiri di samping Mauryn, tertawa bersama. Ia tertegun ketika Cakra mengacak puncak kepala Mauryn, yang dibalas Mauryn dengan tonjokan kecil di perutnya.

Jay merapatkan bibir. Ia menghela nafas, mencoba menenangkan diri sendiri.

Cowok itu merunduk, memandang plastik putih berisi kotak yang menggantung di motornya. Ia merutuki diri sendiri.


Emang ya. Biar gimanapun, cowok tinggi tetap jadi pilihan pertama.



**



Mauryn menghela nafas, duduk di atas ranjang dan termenung lagi. Ia melirik pada hape yang tergeletak tak jauh darinya. Cewek itu diam sejenak.

Mauryn meraih hapenya, menjatuhkan diri tertidur di atas ranjang. Ia menggigiti bibir dan membuka chat room.


Line!

Mauryn: hai kak [delete]

Mauryn: kak Jay [delete]

Mauryn: kak kenapa tadi batal janjinya? [delete]

Flutter ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang