Bab 2

332 19 8
                                    

Semenjak malam itu, aku berusaha untuk menghindar dari adik dan calon adik iparku. Tentu dengan perlahan ku menjauhi mereka dengan menyibukan diri di kantor dan mengambil job ekstra. Berat memang mengalihkan perhatian hidup ini, karena hanya ada dua pilihan. Sibuk cape dikantor dan melupakan perasaan itu atau santai ngga cape tapi sakit hati terus iya.

Mama dan Papa gak pernah mempermasalahkan aku sibuk dengan urusan kantorku yang belakangan ini lebih menguras waktuku. Tapi mereka memintaku meluangkan waktu untuk acara keluarga persiapan Via adik kecilku. Usaha apapun untuk menghidar memang akan selalu gagal sekeras apapun itu, toh masalah bakal kelar kalo kita hadapi juga.

Suasana rumah masih nyaman hangat dan penuh keharmonisan. Kebiasaan keluarga Rajasa di pagi hari memang begini sarapan bersama itu wajib. Kata papa sih untuk lebih meningkatkan rasa kekeluargaan dan ikatan batin. Di meja makan sudah lengkap roti tawar beserta selainya, ada nasi goreng, susu, kopi, air putih, dan buah – buahan. Papa duduk di ujung meja makan dikanannya ada mama dan dikirinya ada Ryan, aku memilih duduk di sebelah Ryan dan Via disebelah mama.
“Len kamu tumben rapih banget jam segini, mau kemana?” Tanya mama setelah mengambilkan nasi goreng untuk papa. “Alen mau ke kantor ma, mau lanjut ngerjain rancangan disana sama karyawan yang alin” jawabku setelah meminum susu coklat. “sibuk banget belakangan ini len, mama sih minta kamu jaga kesehatan inget makan yah sayang”,”iyaa mama sayang”.

Acara makanpun akhirnya selesai, aku sekarang sedang mengecek bawaanku di ruang keluarga tiba – tiba via datang dan… “Ka, Via boleh ikut kaka ke kantor? Soalnya aku mau jalan keluar sama Abra ntar biar deket jadi di jemput di kantor kaka aja gmana? Boleh yaa” dengan nada manjanya yang khas, aku tersenyum getir “boleh aja via, tapinanti kaka mau ada meeting jadi kaka tinggal diruangan sendiri gak apa?”, kulihat dia sedang menimbang ucapanku “gapapa kali ka, aku sih oke aja hehe yaudah kaka tunggu aku mau ambil tas dulu” diapun berlali ke kamarnya akupun pergi memasuki mobil.

Setelah via memasuki mobil, kunyalakan mesin dan melaju membelah jalanan. Tak ada percakapan antara aku dan via karena via sedang bertelepon ria dengan seseorang diujung sana. Perasaan di cabik – cabik yang tak pernah orang tahu, membuat moodku sedikt down.

Setelah memakirkan mobil aku menyuruh via keruanganku langsung. Sekarang aku sedang memasuki ruangan para perancang. “Wiiih pagi banget mbak datengnya, biasanya juga siang” celetuk Anjas pegawai sekaligus sahabatku “Apaan sih itu muji apa nyidir mas!” tanyaku sedikit nyolot, yaa beginilah cara kami berkomunikasi gak lembut.

“lagian jarang gue liat lo datang sepagi ini, oh iyaa gimana proyek kita buat Resort Anugrah konsepnya gmana?”,”duh kepo banget deh luu, gue sih dah bikin sketsanya tapi kayanya perlu rombakan lagi” jawabku seadanya. “Oca tadi dapet telepon mbak dari pihak Anugrah tentang konsep yang mereka mau”, Anjas dan aku hanya mengangguk dan menyimak apa yang oca bicarakan. “Mereka mau suasananya hommy tapi tetep kerasa glamour dan berkelas gituu”, “yaudah sketsa lu mana len, kita liat mana yang mesti dirombak”, ku serahkan sketsaku pada Anjas “sebelumnya gue ngambil konsep glamour disini dari hasil analisa gue ngobrol sama mereka, mau dibikin hommy juga bisa tinggal ganti beberapa unsur ajakan?”,”oca sih suka mbak cuma kita bakal ambil konsepnya lebih ke hommy apa glamour sih??". Dan setelah dua jam larut menganalisa sketsa dan perombakan aku oca Anjas dan timku yang lain, aku kembali keruanganku.

Jalan TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang