Bab 4

226 13 2
                                    

Malam minggu kali ini aku akan pergi bersama Ryan. Dia bilang akan ada acara reunian kampus, kenapa aku gak tau? karena kita sengaja gak masuk perguruan tinggi yang sama. Alasannya terlalu banyak teman yang sama dan biar punya koneksi banyak gitu doang.

Kami memakai dresscode merah hitam sesuai tulisan yang ada di dalam undangan. Bagi yang tak mengenalku dan Ryan mungkin mereka akan menyangka aku adalah kekasihnya. Kembar yang tidak terlalu identik, hanya pada beberapa bagian dan sifat kami yang begitu mirip.

Jam tujuh tadi kami berangkat dari rumah dan sekarang kami sudah di depan hotel tempat reunian Ryan. Aku dan Ryan berjalan bergandengan ke ballroom, letaknya di lantai 10 gedung ini.

Ku perhatikan banyak orang melihat ke arahku dan Ryan. Wow... aku baru sadar ternyata kembaranku ini sangatlah tampan dengan kemeja merah marun yang sama seperti dressku dan jas hitam yang mempertegas. Jangan lupakan hidung mancung, alis tebal, bibir yang merah ranum, garis rahang yang sangat tegas itu. Pantas saja teman wanitanya, tak henti-hentinya melihat ke arah kami dan sedikit sinis melihatku.

Aku hanya tertawa kecil sampai yang di sebelah ku mengangkat alisnya. Aku hanya tersenyum, kamipun menghampiri meja di tengah ruangan. Yang ku tahu di sana ada Ardan, Johan, Agus, Tomi, Melly dan Oktav teman dekat kembaranku.

''Huaaaa... akhirnya lo Dateng juga Yan, gue kira lo lebih milih diem di kantor." mendengar ucapan Agus semua tertawa. "Lo terlalu berharap gue semedi di kantor sayang..." balas Ryan dengan melirik Agus malas. "Udahan sih berisik lo pada, sini Len duduk deket gue" ujar Melly dengan menepuk kursi di sebelahnya karena semua meja disini berbentuk bundar.

Akhirnya aku duduk di sebelah Melly dan Ryan samping Agus, entahlah kami seperti membuat kubu wanita dan laki-laki. Kami semua larut dalam acara sambutan dan hiburan. Tapi yang ku lihat mereka Ryan, Ardan, Tomi, Agus dan Johan mengobrolkan bisnis mereka sedangkan aku, melly dan Oktav all about fashion biasalah gak jauh dari Gucci, Chanel, dan kawanannya.

Aku pamit sebentar pada semuanya, ingin berjalan - jalan melihat ballroom dan berakhir disebuah balkon yang menghadap langsung ke sebuah taman. Ku pejamkan mataku merasakan semilir angin sangat menenangkan dan sejuk.

"Pas gue tunangan lo berakhir di balkon gedung dan sekarang gue liat lo disini juga" dia terkekeh melihatku dalam keadaan de javu, satu hal yang aku lupakan Abra teman seangkatan Ryan yang pasti di undang juga.

"Gue di sini cuma mau kasih tau lo..." ku dengar dia menghela nafas sebentar "gue tau sebenernya lo suka sama gue na tapi maaf gue gak punya perasaan lebih selain kata sahabat. Gue cinta sama via, dia wanita yang gue butuh dan cari selama ini." Lanjutnya yang begitu menyayat hati.

DEG.

Aku tersenyum miris melihatnya yang begitu santai mengatakan sesuatu hal yang melukaiku.
"Gak perlu lo kasih tau, gue udah tau."
"Maka dari itu, gue minta lo jangan pernah ngehindar dari gue ataupun via. Maaf gue gak bisa bales perasaan lo karena di sini juga gue sahabat lo, gue minta lo kejar kebahagiaan lo sendiri jangan siksa hati lo dengan mencintai gue.."

Perih haha lelaki yang kamu sukai mengetahui perasaanmu tapi ia abaikan.
"Gue emang cinta sama lo tapi gue juga pasti bakal cari dan tetep lanjutin kehidupan gue." Cairan bening yang ku tahan kini meluncur bebas di pipiku, bagaimana persaanku? Lebih baik? Maybe.. setidaknya ada penjelasan.

Sebuah tangan mengusap air mataku yang ku tau pasti itu milik Abra. "Udahan yaa nangisnya gue gak seneng liat lo cengeng gini" sambil mengacak rambutku. "Gue harap masalah kita udah clear ya nana, lo tetep jadi bagian terpenting dalam hidup gue. Masih punya porsi spesial pokoknya kaya martabak pinggir jalan" ucapnya aku mengerucutkan bibirku. "Udah sih ngeledeknya, kesel gue salah apa gue bisa cinta dan punya sahabat kaya lo Abra.. ini mah mimpi buruk gue jadinya" ucapku dengan menginjak kakinya dan memepetkan lidahku lalu pergi ke tempat Ryan.

Entahlah sedikit ada rasa lega walau tetap menyakitkan. Berusaha melakukan yang terbaik baik untuk hidupmu sendiri itu tidak salahkan? Perjalanan hidup masih panjang. 'Aku sayang kamu via dan demi kamu aku rela buat lepasin Abra' batinku.

TBC...
Aiiih aku jadi rada ngaco yaaaa? 😅

Jalan TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang