Bab 7

195 6 1
                                    

Alena POV

Setelah pertemuan ku dengan Arya seminggu yang lalu. Tak ada lagi hari tenang untuk ku. Setiap hari dia mengirimi ku pesan singkat yang menanyakan kabarku, sedang apa, dan bla... bla...

Tapi ada kabar baik, lebih baik dari kabar si pengganggu Arya itu.

Belakangan ini aku mulai bisa melupakan Abra. Sedikit demi sedikit perhatianku teralihkan. Ryan pun membantu ku melepaskan ikatan kasat mata antara aku dengan Abra.

Acara makan malam keluarga tadipun terasa menyenangkan, tidak terasa canggung lagi. Bahagia sekali rasanya terimakasih Tuhan, usahaku berbuah manis.

Author POV

Kediaman Rajasa begitu ramai penuh tawa oleh anak - anak dan calon menantunya. Setiap Sabtu malam memang menjadi kewajiban kumpul bersama keluarga ini, jadi tidak ada istilah satnight kecuali yang berani datang ke rumah minta ijin pada orang tuanya.

Ryan, Alena, Silvia dan Abra kini sedang duduk menatap langit penuh bintang. Bincang sana bincang sini, di mulai hal penting sampai bener - bener gak penting.

Via yang menyadari meja tempat mereka kosong, membawanya pergi ke dapur. Namun saat akan meninggalkan halaman belakang tangannya di cekal oleh seseorang.

"Dek, mau kemana?" Tanya kaka perempuannya. "Dapur ka ambil cemilan, gak asik nongkrong gak ada temennya," jawab Via pada Alena. "HeHe bener juga, yuk kaka bantuin." Alenapun beranjak dari duduknya lalu menggandeng tangan Via. "Gak usah ka, biar aku aja yaa." Alena pun duduk kembali karena dia tahu adiknya ini kelewat rajin soal cemilan.

Alena merasa seperti masa kuliah duduk bertiga dengan Ryan dan Abra disini. Masa paling indah dengan lika likunya kehidupan. Ryan menepuk bahu kiri Abra sedangkan tangan kirinya merangkul ku.

"Kangen gue duduk gini bertiga," kata Ryan memecah keheningan. "Berasa muda kaya jaman kuliah," tambah Alena. Abra menarik nafasnya dalam dan merangkul bahu Ryan dan sesekali mengusap rambut Alena "kalian emang sahabat yang gue sayang," ucapnya. "Kalo sayang kenapa nolak gue dodol!" Alena  mencubit tangan Abra gemas. "Lah itu mah beda, gue cintanya Ama adek lo via seorang." Balas Abra tak mau kalah, tak lupa kedipan mata ia berikan pada sahabatnya itu. "Yang penting sekarang kalian udah baikan kaya dulu lagi, gak kaya kemaren. Ada yang cemburu berat, ada yang takut doinya marah ga enak. Tapi sekarang kita bakal jadi keluarga yang kompak, saling sayang dan gue punya pengawal tambahan buat jagain bidadari-bidadari gue." Ryan terkekeh atas ucapannya itu seperti wanita.

Tanpa sadar dibelakang mereka bertiga ada seseorang yang mendengar aksi curhatan mereka. Hatinya merasa sedih dan bahagia di waktu yang bersamaan.

TBC~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jalan TerbaikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang