"Kita akan bercerai."
Segalanya telah berubah setelah kata itu keluar dari mulut Jungkook. Mengalir lancar seperti aliran sungai yang panjang dan Taehyung hanya bisa mengangguk pasrah. Dalam hati sedang memikirkan cara cepat mengemasi barang-barangnya yang tak sedikit kemudian langsung angkat kaki dari rumah besar ini.
"Baiklah..." desah Taehyung pasrah. Lelaki berumur duapuluh tujuh itu menunduk dalam hanya untuk memperhatikan kepala sepatu ketsnya yang saling berdempetan.
"Sidang perceraiannya akan dilaksanakan dua minggu lagi."
Taehyung mengangguk lagi, kali ini ia berani menatap Jungkook lalu maju selangkah untuk memperpendek jaraknya dengan Jungkook.
"Boleh aku memelukmu? Untuk terakhir kalinya..." suaranya kecil seperti cicitan kucing sekarat.
Jungkook tak melakukan apapun selain menatap Taehyung di depannya, tampak memikirkan sesuatu dan tak berapa lama anggukan persetujuanpun ia layangkan pada Taehyung.
"Silahkan." ucapnya singkat. Tangannya sedikit merentang, tanda kalau ia siap menerima pelukan Taehyung.
Tanpa pikir panjangpun Taehyung langsung menubruk tubuh Jungkook, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jungkook dan melingkarkan tangannya erat di pinggang keras lelaki itu.
"Terima kasih untuk segalanya." Kemudian kata itu terucap begitu saja. Tanpa getaran, tanpa lirihan dan tanpa tangis, berbanding terbalik dengan apa yang ia bayangkan sebelumnya.
Jungkook membalas pelukan itu, senyum tipispun tersungging di bibirnya dan tangannya tak berhenti mengusap punggung kurus yang dulu pernah jadi kesayangannya itu.
Mereka saling menatap, dua manik sehitam arang bertemu dengan sepasang netra cokelat yang tampak berkilauan karena lapisan tipis air mata. Tatapan itu berlangsung lumayan lama sampai hidung mancung Jungkook semakin menghapus jarak antara wajahnya dengan wajah Taehyung. Dan tak sampai dua detik untuk bibir mereka saling bersentuhan, mencecap rasa manis yang menguar alami.
Jungkook menangkup tengkuk Taehyung dengan lembut, ia mencoba memperdalam ciumannya yang terasa menyesakkan hatinya.
Ciuman ini akan menjadi ciuman terakhirnya bersama Taehyung sebelum mereka resmi bercerai dan ia harus menciptakan kenangan terakhir yang indah bersamanya.
Taehyung mendesah pelan ketika Jungkook mulai melilit lidahnya. Dan Taehyung berusaha sebaik mungkin mengimbangi permainan Jungkook meski ia sudah tahu siapa yang akan jadi pemenangnya.
Jungkook mebaringkan Taehyung dengan lembut di atas ranjang, membiarkan lelaki itu terbaring pasrah sementara dirinya mengerjai bibir yang sudah bengkak itu dengan semangat.
"Angh..."
.
.
.
.
.
Dokter bilang ia sedang hamil enam minggu. Taehyung tidak mengerti bagaimana hal seperti itu bisa terjadi pada seorang lelaki, tapi hal yang paling membuatnya sedih adalah bahwa anak ini tidak akan punya ayah karena ia akan segera resmi bercerai dengan Jungkook.
Apa aku beritahu Jungkook saja, ya?
Taehyung menggeleng, sekalipun ia memberitahukan tentang kehamilannya pada Jungkook lelaki itu pasti akan tetap menceraikanya dan menganggapnya berbohong.
Lagipula sekarang ia bukan lagi seseorang yang berharga bagi Jungkook. Mungkin membesarkan bayi ini sendirian adalah ide yang bagus untuk saat ini.
Hari selasa besok adalah sidang terakhirnya, dan mungkin juga itu adalah kesempatan terakhir bagi Taehyung untuk bertemu dengan Jungkook, untuk menatap matanya barang sebentar dan untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia pasti bisa hidup sendiran tanpa lelaki itu.
Park Jimin memangku dagunya dengan tatapan yang dibuat sedatar mungkin. Tatapannya mengarah lurus pada Kim Taehyung yang tengah menyesap capuccino dinginnya.
"Kau yakin, Tae?" Tanya Jimin sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Taehyung mengangguk kecil, ia lama-lama muak juga kalau terus diberi tatapan seperti itu dari sahabatnya ini.
"Jungkook akan pergi ke luar negeri dan mungkin juga tidak akan kembali lagi ke Korea. Kau benar-benar tidak berniat memberitahunya? Setidaknya kau harus membuatnya membiayai kehidupanmu dan juga anakmu."
"Kami sudah berbeda, Jim. Lagipula, kalau hanya untuk membiayai hidupku dan hidup anakku, aku pasti bisa melakukannya."
Jimin mendesah kasar, lagi-lagi merasa tak habis pikir pada kekeraskepalaan Taehyung yang tidak pernah tahu situasi.
"Setidaknya pikirkan jabang bayi itu." Ia menunjuk perut Taehyung yang terbalut kemeja kotak-kotak lalu menunjuk wajah Taehyung dengan ekspresi garang. "Dia butuh figur seorang ayah." Ucapnya.
Taehyung melepas sedotan dari bibirnya lalu tertawa kecil. Kedua matanya tampak menyipit dan Jimin bisa melihat kepedihan dari ekspresi itu.
"Aku juga ayahnya, Jim." Ujar Taehyung.
Jimin memutar bola matanya dan mendengus. "Terserahlah."
.
.
.
.Mencoba peruntungan dengan ff berchapter.
Bila berminat, jangan lupa menyempatkan waktu untuk voting dan komen. Karena aku butuh dukungan kalian😊😊
![](https://img.wattpad.com/cover/85144913-288-k986701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Back Together
FanfictionJungkook menceraikan Taehyung tanpa alasan yang jelas dan pergi tanpa menoleh. Membuat Taehyung merana dan setengah mati mencoba melupakan pria itu. Tapi ternyata usahanya tidak pernah berhasil dan malah membuat Taehyung luar biasa merindu. . . -Koo...