Maura ✘ Mario

1.2K 402 266
                                    

Hailee Steinfeld ft. Zedd - Starving ♪

Cewek berambut panjang duduk terpaku pada kursi belajarnya, dengan beberapa buku tebal yang sudah ia baca beberapa menit yang lalu. Kini ia sedang sibuk dengan pekerjaan rumah yang gurunya berikan siang tadi di sekolah.

Di saat dirinya sedang sibuk dengan soal-soal biologi di hadapannya. Adiknya masuk ke dalam kamarnya dengan berlarian.

Dia membuka pintu kamar dengan cepat lalu menutupnya hingga membentur sisi sebelahnya dan menciptakan bunyi 'brak' yang sangat membuat cewek itu kaget setengah mati.

Dia menatap adiknya yang berambut agak kecokelatan itu bingung.

"Kenapa sih, dek?" Tanyanya sedikit kesal karena telah dibuat kaget.

Adiknya justru menempelkan telunjuknya pada bibir dan membuat bunyi 'sssst'. Cewek yang merasa terganggu karena tingkah adiknya itu hanya bisa memutar kedua bola matanya kesal.

Dia lalu memilih untuk kembali mengerjakan tugasnya. Hanya detak dari jam dinding di kamarnya yang terdengar. Hingga sosok anak kecil laki-laki melompat ke dalam kamar cewek itu dan sukses membuat dirinya jantungan karena teriakan memekakkan telinganya.

"Kena!" anak lelaki berambut hitam itu menunjuk adiknya dengan wajah riangnya.

Cewek itu menatap kedua bocah di hadapannya dengan geram. "Dek? Bisa nggak main petak umpetnya di luar? Kakak lagi belajar," katanya sambil berusaha tersenyum dengan wajah yang sudah memerah. Dia tak boleh memarahi adiknya saat ibunya sedang sibuk merawat tanaman di halaman belakang.

Bisa gawat jika tiba-tiba adiknya itu berlari menghampiri ibunya dengan pipi yang basah oleh air mata dan hidung yang ingusan.

Adiknya mendengus kasar, "Dasar pelit. Ayo Raka, kita main di rumahmu aja," adiknya itu berjalan keluar dari kamar cewek itu bersama temannya, Raka.

Cewek itu menggelengkan kepalanya pelan. Lantas dia pun memilih untuk segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Dia menghela napas dan menutup buku biologinya saat dia selesai mengerjakan semua soal.

"Maura! Turun Nak, ada temanmu datang!" teriak ibunya dari halaman belakang.

Cewek yang bernama Maura mengerutkan dahinya bingung. Bagaimana mungkin temannya bisa berada di halaman belakang? Kenapa tidak ketuk pintu rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari kamarnya? Aneh.

Tapi Maura tak diam saja di kursi belajarnya. Dihampirinya temannya yang berada di halaman belakang bersama ibunya. Dan dia melihat sosok cowok berkulit sawo matang setinggi dirinya sedang duduk dengan teh hangat di meja sebelahnya.

"Kan latihan dance-nya sejam lagi, Keanu," kata Maura.

Cowok yang baru saja dia sebut menoleh dan nyengir ke arahnya. "Numpang ngadem bentar lah, Ra."

Maura hanya memutar kedua bola matanya. Dia lalu duduk di sebelah Keanu yang membawa tas gendong berwarna abu-abu.

***

"Kenapa harus pindah sih Pa?" tanya cowok berperawakan tinggi itu. Dia saat ini sedang sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam kardus.

"Cuman pindah rumah aja, lagian kamu kalo sekolah di sana bakalan makan waktu buat berangkat sekolah," papanya mengangkat kardus besar berisi pigura foto dan buku-buku tebal kesukaannya.

Cowok itu mendengus sebal. Dimasukkannya hiasan ring bola basket kecil ke dalam kardus. "Ribet. Emang Mario mau sekolah di mana?"

Papanya itu terkekeh pelan sembari membawa kardus untuk ia masukkan ke dalam bagasi mobil. Memutar tumitnya dan mengusap puncak kepala anak keduanya itu.

"Di SMA Dwi Nugraha. Sama kan namanya kayak kamu," ucapnya dengan seulas senyum.

Mario mencibir.

"Sama Kakak juga. Kenapa Mario nggak sekolah juga di Aussie?" Mario ikut memasukkan kardus terakhirnya ke dalam bagasi. Lalu papanya menutup pintu bagasi mobil dengan sekali hentakan.

"Terus tinggal sama siapa di sana?" papanya berjalan ke bagian depan mobil dengan kunci mobil yang ia genggam.
"Sama Mamah lah," Mario menarik pintu mobil saat papanya sudah masuk ke dalam.

Papanya cemberut. "Terus ngebiarin Papah sendirian di sini?"

"Iyalah. Suruh siapa main pindah-pindah gitu aja," Mario menangkup kedua tangannya di dada.

"Lagian Anak Papa o'on banget kalo sekolah di sini,"

"Pah!"

Papanya hanya tertawa lalu melajukan mobil mereka. Menuju rumah baru dan juga sekolah baru untuk Mario. Bagi Mario mungkin mudah baginya untuk berbaur dengan lingkungan sekitar. Tapi, tidak untuk pelajarannya. Mario berharap di sekolah barunya tak ada guru killer, guru yang ngasih banyak tugas dan juga guru yang nggak pernah absen. Juga, pelajaran fisika yang tak ia mengerti semoga saja tidak ada.

Yah, yang namanya berharap bebas 'kan?

Ehehe

New tf :'3 wdyt? Semoga yang ini banyak yang suka ya:3

Makasi yang udah nyempetin baca:)

Luv ya<3

The Girl Who Can't Be LaughedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang