Jilid 1

4.5K 51 0
                                    

Setiap orang tentu pernah bermimpi.

Mimpi memang sesuatu yang aneh. Banyak peristiwa yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata sering kali dapat dialami dalam mimpi. Angan-angan yang sukar terwujud dalam kehidupan nyata dapat dialami dalam mimpi.

Macam ragam pula orang bermimpi. Ada mimpi yang seram, mimpi yang sedih, mimpi gembira, yang menakutkan dan menggusarkan.

Akan tetapi, siapapun pasti tidak pernah mengalami "mimpi aneh" yang akan kita ceritakan seperti berikut ini.

oo000oo

Malam kelam, kabut tebal menyelimuti bumi.

Berjalan di tengah kabut yang mengambang itu, Ho Leng-hong merasa bagaikan sedang berjalan di tengah awan. Tubuh terasa enteng dan seakan-akan hendak melayang-layang sehingga dia kelihatan lebih cakap dan bergairah. Bila dalam sakunya waktu itu tidak diganduli dengan lima puluh tahil perak, bisa jadi dia akan benar-benar melayang-layang terbawa kabut.

Orang kuno bilang: Kalau rejeki sudah nomplok, gunung pun tak dapat mengalanginya. Dan malam ini Ho Leng-hong benar-benar telah meresapi kebenaran pepatah tersebut.

Ambil contoh seperti apa yang baru saja dialaminya di rumah perjudian keluarga Him sana, dia bermain Pay-kiu. Kartu yang dipegang selalu bagus dan mengherankan.

Bila orang lain menjadi "Ceng" (bandar), kartu yang dipegangnya selalu mati dan pasti tombok. Sebaliknya jika giliran Ho Leng-hong yang menjadi bandar, maka kartu yang dipegangnya pasti bagus, andaikan tidak menang, paling sedikit juga seri.

Bila pemain atau pemasang mendapat kartu "Te kiu", maka dia mendapat kartu "Thian-kiu". Jika pemain memegang kartu "Thian-tui" dan "Te tui", dia mendapat kartu "Ci-cun" yang merupakan kartu yang tak terkalahkan. Maklum, Ci-cun sendiri berarti yang maha besar.

Begitu bagus kartu yang dipegangnya sehingga membikin lawan-lawannya sama mendelik dan kheki setengah mati, berulang-ulang mengusap keringat dan susul menyusul merogoh saku...akhirnya, semua isi saku lawan-lawannya berpindah tempat ke saku Ho Leng-hong.

Rumah perjudian keluarga Him itu berformat kecil, tapi uang "tong" cukup besar. Bukanlah pekerjaan gampang jika ingin menang lima puluh tahil perak di sini.

Demi merayakan "panen" yang baru saja terjadi, Ho Leng-hong tidak mau menyiksa dirinya sendiri, maka begitu meninggalkan rumah judi itu, segera ia masuk ke restoran Lau-muacu (si burik Lau) di penggaulan jalan sana.

Keluar dari restoran Lau si burik, sedikitnya delapan bagian di terpengaruh oleh minuman keras. Tapi, biarpun mabuk, dia tak lupa daratan sama sekali. Sedikitnya dia masih ingat ke mana dia harus "mendarat".

Dia masih ingat janjinya dengan Siau Cui yang lagi menunggu kedatangannya. Ia pun tidak lupa di mana letak "Go-tong-kang" (Gang Waru), maka ke arah gang itulah dia menuju.

Waktu masuk ke lorong yang sudah apal baginya itu, tiba-tiba timbul semacam rangsangan yang sukar dijelaskan. "Uang adalah nyali", atau uang sama dengan keberanian.

50 tahil perak memang bukan suatu jumlah yang terlalu besar, tapi kalau digunakan mengiming-iming di depan hidung kawanan budak germo itu, sedikitnya dapat membuat mata anjing mereka melotot.

Maklum, biasanya Ho Leng-hong dianggap langganan "kurus", bersaku kosong, sehingga kurang mendapat pelayanan yang layak. Sekarang sakunya berisi 50 tahil perak, ia ingin berlagak "Cukong" supaya kawanan budak itu tidak lagi menghinanya.

Begitulah, sambil menepuk sakunya yang berisi itu, ia berdehem sekali, lalu membusungkan dada dengan lagak "dunia ini aku punya". Lalu dengan langkah berlenggang, ia masuk ke rumah pelacuran "Hong-hong-wan" atau Villa burung Hong, di mana Siau Cui sedang menanti kedatangannya.

Golok Yanci Pedang Pelangi (Hong Xiu Dao Jiu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang