Jilid 4

2K 30 3
                                    

Tidak menunggu jawaban Leng-hong dia lantas berteriak dengan nyaring, "Peng-ji!"

Seorang genduk cilik bermuka bulat lari masuk ke kamar, "Hujin memanggil hamba?" tanyanya.

"Beri tahukan kepada Kuloya, katakan Tuan sudah sadar dan mengundang beliau kemari, jangan menggali terus menerus!"

Ho Leng-hong kenal genduk yang bernama Peng-ji itu adalah babu pekerja kasar di situ, orangnya rada bodoh dan cara bekerjanya agak lambat, mungkin lantaran Bwe-ji dan Siau Lan mati secara beruntun, maka ia ditaruh di sana untuk melayani segala keperluan.

Kini Leng-hong tak berani memandang rendah seorang babu bodoh lagi, sebab kalau Pang Wan-kun memilihnya sebagai orang kepercayaan, sudah tentu orang itu merupakan pembantu yang telah dipersiapkan.

Siapapun tak tahu ada berapa banyak orang yang telah ia siapkan dalam Thian-po-hu? kalau ditinjau dari keadaannya, jelas jumlahnya tidak sedikit, sebab kalau tidak demikian tak mungkin ia bisa membinasakan Bwe-ji dan Siau Lan sementara ia sendiri masih berani tinggal di situ.
Tiba-tiba Leng-hong merasa kekuatannya terlalu kecil dan menyendiri, kecuali Pang Goan rasanya tak seorangpun yang bisa dipercaya lagi, sebaliknya Pang Goan baru dikenalnya belum lama, mungkinkah ia akan percaya pada perkataannya?

Makin dipikir, rasa percaya pada diri sendiri makin hilang, akhirnya ia berbaring dengan lemas.

Tak lama kemudian, Pang Goan masuk dengan langkah lebar, begitu bertemu ia lantar berkata dengan menyesal, "Akulah yang salah dan akulah yang teledor, yang kuperhatikan waktu itu cuma mengejar si pembunuh, mimpipun tak kuduga di dalam taman telah bersembunyi pula seorang musuh. Jit-long, cepat beri tahukan padaku, macam apakah tampang orang itu?"

Baru saja Leng-hong hendak menjawab, Wan-kun yang berada di sampingnya segera mendahului, "Waktu itu dia terluka, mana bisa memperhatikan tampang lawannya? Tapi beruntung aku dapat melihatnya, Cuma orang itu mengenakan kerudung hitam, jadi sukar untuk mengenalinya."

"Walaupun tampangnya sukar dikenali, paling sedikit kan bisa membedakan lelakikah dia atau perempuan? Bagaimana pula dandanannya?"

"Toako, bukankah sudah kukatakan padamu, seorang laki-laki, berperawakan tinggi besar dan memakai pakaian malam berwarna hitam..."

"Bisa jadi kau tidak jelas melihatnya, aku perlu tanya sendiri kepada Jit-long. Sudahlah, kau jangan menimbrung saja," kata Pang Goan.

Wan-kun tidak menghiraukan, katanya pula sambil tersenyum, "Baiklah, tanyalah sendiri kepadanya. Cuma jangan lupa, lukanya tidak enteng, banyak bicara bisa mengganggu kesehatannya."

"Aku mengerti, bila laki-laki sedang membicarakan soal yang serius, lebih baik kaum wanita jangan banyak menimbrung!"

Senang hati Leng-hong demi mendengar perkataan itu, meski ucapan itu hanya merupakan omelan seorang kakak terhadap adiknya, tapi bagi pendengaran Leng-hong pada saat ini justru terasa cocok.

Akan tetapi, waktu sinar matanya berbentur dengan senyum yang menghiasi ujung bibir Pang Wan-kun, hatinya kembali menjadi dingin.

Sepintas lalu senyuman itu kelihatan seperti lembut dan penurut, padahal justru melambangkan kebanggaan serta keyakinan pada diri sendiri.

Ya, jika ia tidak penuh keyakinan, mungkinkah Pang Goan diizinkan bertemu dengannya?

Ho Leng-hong merasa dirinya ibarat binatang buas dalam rombongan sirkus, meskipun punya taring dan cakar yang tajam, tapi harus tunduk pada cambuk sang pawang, ia harus bermain di depan penonton menurut kehendak pawang.

Dan perempuan yang menyaru sebagai Pang Wan-kun ini tak lain adalah seorang pawang yang lihai.
Jelas Pang Goan bukan seorang penonton yang cermat, dengan tak sabar ia lantas bertanya, "Jit-long, coba bayangkan kembali kejadian waktu itu, kemudian beritahu padaku dengan saksama, manusia macam apakah dia itu? Apa yang kalian alami? Dan cara bagaimana ia melukai dirimu?"
Leng-hong tarik napas panjang-panjang, lalu tertawa getir, "Apa yang dikatakan Wan-kun memang benar, orang itu memakai baju warna hitam, berperawakan tinggi besar dan mengenakan cadar hitam, jadi tampangnya tidak kelihatan."

Golok Yanci Pedang Pelangi (Hong Xiu Dao Jiu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang