Jilid 2

2.3K 32 0
                                    

Kejadian baik tak nanti keluar pintu, kejadian "busuk" justru tersiar sampai ke mana-mana, pepatah ini memang terbukti.

Sekeping uang perak yang dikorbankan Ho Leng-hong semalam tidak berhasil menutup mulut Thi-tau Tan, sebab keesokan harinya, pagi-pagi sekali, si telinga panjang Siau Thian sudah mendapat kabar dan muncul di Thian-po-hu.

Bagaimanapun Thian Pek-tat bersumpah bahwa ia tidak akan membocorkan rahasia itu kepada orang lain, akhirnya toh peristiwa ini diketahui juga oleh Pang Wan-kun.

Kalau menuruti adat Ho Leng-hong, bila ketahuan ya sudahlah, mau apa lagi. Yang sulit justru pada saat ini ia berstatus sebagai Nyo Cu-wi. Dan justru pula Nyo Cu-wi terkenal sebagai laki-laki takut bini.

Jika Ho Leng-hong sudah mengakui dirinya ialah Nyo Cu-wi, mau-tak-mau dia harus mewarisi tabiat Nyo Cu-wi itu. Apa boleh buat, terpaksa ia harus tabahkan hati untuk menerima dampratan ....

—–

Air muka Pang Wan-kun tampak sedingin es. Cuma bagaimanapun juga dia adalah wanita yang berasal dari keluarga terhormat, jadi tak sampai terjadi pertengkaran sengit yang mengakibatkan piring terbang dan bakiak naik kepala.
Ia hanya bertanya dengan suara dingin, "Kudengar semalam kau mencari kesenangan di luar hem, mau jadi pemuda romantis lagi?"

Ho Leng-hong tak dapat mengatakan apa-apa ia hanya menyengir saja.

Kembali Wan-kun berkata, "Kukira nona-nona di sana pasti pandai, menyenangkan hati kaum pria, kenapa tidak sekalian menginap saja? Nikmatilah surga dunia sepuasnya, buat apa pulang ke rumah?"

"Wan-kun, dengarkan dulu penjelasanku..." pinta Hong Leng-hong sambil tertawa getir.

"Apa lagi yang hendak kau jelaskan?" suara Pang Wan-kun lebih dingin daripada air mukanya, tapi nada bicaranya penuh rasa sedih seperti minta dikasihani.

Ia berkata lagi, "Jangan kau artikan aku cemburu, kutahu setiap lelaki sekali tempo suka iseng, kejadian semacam itu sudah lumrah, tapi tidak sepantasnya kau pergi seorang diri, lebih-lebih tak pantas pergi secara sembunyi-sembunyi, bukankah caramu itu justru menunjukkan kau berbuat karena mempunyai maksud tertentu? Kalau sampai tersiar di dunia persilatan, tidaklah nama baik Thian-po-hu akan tercemar?"

Leng-hong manggut-manggut, "Ya, aku tahu perkataanmu memang benar, tapi tahukah kau apa yang hendak kulakukan di sana?"

"Huh, memangnya perbuatan apa yang kau lakukan di tempat rendah dan kotor semacam itu?"

"Wan-kun, kau salah menuduhku, kudatang ke Hong-hong-wan bukan untuk mencari kepuasan, aku ke situ untuk mengenang seseorang, atau anggaplah sebagai suatu tanda simpatiku terhadap seseorang."

"Siapa orang itu?" tanya Wan-kun dengan melengak.

"Kau masih ingat ketika sedang sakit tempo hari, bukankah aku mengaku she Ho?"

"Ya, betul, kau terus menerus mengaku dirimu bukan she Nyo, tapi she Ho...Ho apa begitu!..."

"Tepat sekali...Nah, kedatanganku ke Hong-hong-wan semalam justru demi orang she Ho itu."

"Bukankah orang she Ho itu sudah mati?"

"Justru karena dia sudah mati, maka secara diam-diam aku datang ke sana untuk menyatakan belasungkawa atas kematiannya. Wan-kun, tahukah kau sewaktu aku tidak sadar tempo hari, aku telah mendapat impian yang aneh sekali..."

"Impian aneh apa?" tanya Pang Wan-kun keheranan.

"Belum pernah aku berkunjung ke tempat semacam Hong-hong-wan, tapi dalam impian tersebut seakan-akan aku telah berubah menjadi orang she Ho, bukan saja sering berkunjung ke sana, bahkan apal benar keadaan tempat itu, malah beberapa nama dari orang-orang yang ada di situ dapat kupanggil secara tepat, semua perabot, letak pintu dan sebagainya dapat kuingat semua dengan jelas. Maka setelah sadar, makin kupikir makin heran, akhirnya kuputuskan untuk secara diam-diam menyelidiki tempat itu."

Golok Yanci Pedang Pelangi (Hong Xiu Dao Jiu) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang