Krrrieeet......
Terdengar suara decitan pintu terbuka, kate terbangun dari tidurnya dan melirik ke arah pintu.
Disana berdiri sosok yang sudah lama dirindukannya dengan senyum lembut terhias di wajahnya.
"Hai kate" sapa nya dan duduk tepat disebelah kate, kate terdiam ia terpaku ingin menjawab namun tak bisa, bibirnya bagai di pahat oleh paku, tegang tak bisa bergerak, orang itu mengelus kepala kate dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan aku kate" ucap nya tertunduk sambil menangis.
"U-unntuk?" Jawab kate terbata.
"Karna aku kau menderita di dunia" gadis itu mulai terisak dan memeluk kate dengan erat.
"Kyle tatap aku, aku yang bersalah atas kematianmu, aku pantas menerima semuanya" jawab kate lirih dan menghapus air mata kyle.
"Bukan kau kate, ini takdir tuhan, bukan salah mu, tapi kate tolong jangan memyimpan dendam pada mereka, dilubuk hati paling dalam mereka pasti menyayangimu kate" ucapnya dengan lembut.
Kate merunduk terdiam seribu bahasa tak tau harus menjawab apa, ia hanya memerhatikan wajah cantik kakaknya yang mirip sekali dengannya.
"Berjanjilah padaku" ucap kyle dan memegang erat kedua bahu kembarannya.
Kate tak mau menjawab, semakin lama genggaman di bahunya semakin erat, sehingga menimbulkan rasa sakit.
"Berjanjilah kate berjanjilah" ucap kyle memaksa, seketika iris matanya berubah menjadi merah menyala.
"Maaf" jawab kate singkat tanpa melihat matanya.
Genggaman itu mereda, kyle melihat nya dengan tatapan kecewa.
"Aku kecewa padamu kate" ucapnya lalu menghilang entah kemana.
-----------------
Kate terbangun dengan posisi meringkuk seperti tadi, ia menghembuskan nafas kasar karna lega ternyata yang tadi hanya mimpi, lalu ia bangkit menuju ranjang king size nya.
Mengambil sesuatu di atas nakas, sebuah foto berbingkai kecil, yang menggambarkan kebahagiaan keluarganya, dulu.
Hanya foto itulah satu satunya bukti yang menunjukkan bahwa ia pernah bahagia bersama keluarga kecilnya.
Namun lama kelamaan senyum smirk nya mengembang, lalu melempar foto itu ke sembarang arah.
Yang mengakibakan kaca-kaca bingkai berceceran di ambilnya kembali foto itu.
Lalu tangannya bergerak mengambil pena yang tersimpan di dalam laci.
Ia menusuk nusukkan pena tersebut ke muka muka mereka yang sering menyakitinya.
"Kalian semua tunggu pembalasanku" batinnya.
"Kalian tak tau siapa aku sebenarnya, sudah cukup kalian menyiksaku, cukup, sekarang saatnya aku membalaskan dendamku kepada kaliab, membuat kalian tidak berdaya sama seperti aku ketika kalian menyiksa batinku, aku akan menjait bibir kalian, menggunting kemaluan kalian, mencucuk mata kalian menggunakan garpu, dan memotong usus kalian, serta menginjak hati kalian yang mungkin sudah menghitam" ucapnya sambil membolong bolongi foto tersebut.
Lalu ia tersenyum miring dan membuang foto itu.
------------------------------------------
Tengah malam, matanya menyalang tajam memberikan kesan menyeramkan lalu ia bangkit dan mengambil hoodie hitam kesayangannya dan keluar dari apartmen.
Para pegawai hotel menatap heran ke arahnya, namun ia hanya menatap balik mereka dengan datar.
Ia memutuskan untuk mengunjungi toko senjata terlebih dahulu.
Sesampainya disana ia melihat barang barang yang mungkin cocok untuk bermain nanti.
Lalu ia mengambil sebuah pisau lipat serta sebuah pisau dapur, paku, kapak, jarum, serta gergaji.
Setelah ia rasa cukup ia menuju kasir untuk membayar semuanya.
"Untuk apa kau membeli semua ini nak?" Ucap seorang pria paruh baya yang menjaga kasir.
"Tadi aku berjalan jalan di sekitar sini dan teringat bahwa dirumah ku ada beberapa daging namun pisau ku sudah tumpul, dan paku itu untuk meletakkan beberapa bingkai foto, gergaji dan kapak hanya ingin membeli mengingat di rumahku tak ada barang itu." Jawabnya sembari tersenyum dan bapak pauh baya itu mengangguk.
Setelah selesai ia pun menuju ke neraka masa kecilnya.
-----------------------------------
Tak banyak yang berubah selama sebulan kepergiannya di rumah ini, tanpa memperpanjang waktu ia langsung mengendap endap menuju jendela kamar seseorang yang sangat ia benci.Vano.
Tak sulit baginya untuk sampai di kamar vano, terimakasih kepada bapak bapak tentara yang dulu pernah memgajarinya, ya dulu ia pernah mengikuti pelatihan militer selama 3 bulan.
Vano yang mendengar suara jendela terbuka pun terbangun dan matanya melebar ketika melihat jendela kamarnya terbuka, padahal ia sangat ingat telah menutupnya tadi.
Dengan sigap kate melangkah dan memukulkan balok kayu ke leher vano dan ia langsung pingsan.
-----------------------------------------
Setelah menunggu selama 1 jam lebih, akhirnya vano terbangun dari pingsannya dan terkejut ketika melihat dirinya duduk dengan posisi di ikat di sebuah rumah tua yang reyot."Prok, prok, prok" kate datang dengan tepukan tangan yang bertempo lamban.
"Siapa kau?" Ucap vano ketika melihat seorang yang menggunakan masker berwarna hitam yang menutupi separuh wajahnya.
Lalu kate membuka masker tersebut dan melihat ekspresi vano yang terkejut.
"K-kate?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK LIFE
TienerfictieWARNING ⚠️ Mengandung unsur pembunuhan "Jangan salahkan aku,kalian yang mengajakku bermain" K.R full typo 10 juni 2016 -Edelweiss