Chapter 3

42 8 0
                                    

"Bila memang harus berpisah... Aku akan tetap setia... Bila memang ini ujungnya... Kau kan tetap ada di dalam jiwa..." terdengar senandung seorang gadis.

Koto mendengarnya, lalu berusaha mencari asal suara itu. Dia mencari dan mencari. Lalu akhirnya menemukannya. Seorang gadis yang bersenandung itu. Tidak lain adalah Kana.

Kana menyadari kedatangan Koto. Lalu menutup muka dengan tangannya agar Koto tidak menyadari bahwa mukanya sudah memerah sekarang. Dia masih menahan malu. Tetapi Koto menyadarinya, lalu menepuk pundak Kana pelan.

"Hey tenang saja, suaramu bagus kok. Dari mana kau belajar bernyanyi?" tanya Koto lembut.

"Emm emmm aku diajari oleh seorang teman lama. Tapi kurasa sekarang dia sudah tiada..." jawab Kana sambil terisak.

"Hey jangan menangis. Bilang saja kalau kau tidak mau bercerita. Aku tidak memaksa." ucap Koto merasa bersalah.

"Tidak... Kamu gak salah apa-apa kok. Aku saja yang terlalu lemah." jawab Kana lembut.

"Lagi pula, kamu pasti kenal orang itu." lanjut Kana.

"Hah? Benarkah? Siapa dia?" jawab Koto penuh pertanyaan.

"Hmm kau tidak ingat apa-apa ya... Nichi-san aku ingin kau ingat. Aku ingin kau ingat siapa aku!" ucap Kana dalam hati.

Koto melihat bahwa Kana tidak memberikan jawaban. Jadi dia berpikir untuk tidak memaksanya bercerita.

Saat Koto berniat untuk pergi, sesuatu mengagetkannya. Kana mendadak pingsan. Koto panik melihat kejadian itu. Jadi dia langsung menggendong Kana menuju UKS Sekolah.

Saat sampai di UKS, Kana diperiksa dokter untuk mengetahui penyebab dia pingsan. Koto masih panik duduk di depan ruang UKS. Dia berkeringat dingin. Kejadian itu sungguh membuat dia syok. Gadis yang baru dia dekati mendadak pingsan dihadapannya, bagaimana tidak syok.

Satu jam kemudian dokter keluar dari UKS dan memberi kabar gembira bahwa Kana telah sadar. Dokter bilang dia hanya kelelahan sekaligus stres saja.

Koto sangat senang mendengarnya. Dia masuk ke ruang UKS dan menghampiri Kana yang kini sedang tiduran diatas kasur.

"Kana apa kau baik-baik saja? Kau membuatku panik seketika tau!" tanya Koto sambil bersemangat.

"Dia... Dia menghubungiku lagi... Di-dia mencari orang itu lagi... Dia... Di-a..." ucap Kana terbata-bata. Dia terlihat sangat ketakutan. Meski begitu tatapannya kosong.

Koto yang melihat hal itu sungguh khawatir. Lalu dia bertanya pada perawat sekaligus pengurus UKS disitu, "Permisi, apa yang terjadi? Apa dia dari tadi terlihat seperti itu?"

"Saya tidak tau tuan (sopan), dia sejak sadar terlihat aneh. Dia terus mengatakan 'Jangan bunuh dia! Jangan bunuh sang penghianat!' sambil ketakutan terus menerus. Saya tadi bertanya padanya apa maksud hal itu. Dia hanya menjawab 'Ni-chi ti-dak bo-leh ma-ti' sambil terus gemetaran." jelas si perawat.

Koto bertambah bingung. Apa yang terjadi dengan Kana. Siapa Nichi ini sebenarnya?

-Sejam yang lalu-

Sang Ratu menghubungi Kana lewat telepati dari dunia Edelweiss.

"Putri... Kau harus menepati janjimu. Bunuh sang Penghianat atau kau harus kembali kesini"

"Tidak... Tidak mungkin aku bisa membunuhnya. Dia adalah temanku... Tidak mungkin aku membunuhnya"

"Putri! Laksanakan tugasmu atau aku yang akan membunuhnya sekarang juga!"

"Tidak... Jangan Kyoko-sama! Aku... baiklah aku akan mencoba..."

"Huh jangan sampai kau lupa akan tugasmu itu!"

-

Alone in The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang