Bab 6

51 7 12
                                    

"Ada apa memandangi hujan seperti itu?" ujar Melisha yang ikut memandangi hujan bersama Andri.

"Ah, bukan apa-apa. Cuman... aku mau nunggu hujan reda saja."

"Katanya mau minta bantuan aku masakin makanan. Mau dimasakin apa? Asal jangan yang berat-berat ya."

"Hmm... apa ya?"

Andri masih berpikir. Sementara Melisha masih menunggu. Kira-kira apa yang mau Andri makan?

"Pasta instan saja. Yang murah dikitlah."

"Pasta? Yang harga 6 ribuan itu?" Melisha tercengang.

"Kenapa sih? Memangnya salah minta pasta murah?"

"Bukan salah atau bagaimana. Hanya saja, pasta murah bisa bikin kita cepat lapar."

"Lalu beli yang mana?"

"Beli yang porsi besar dong. Supaya bisa kita makan berdua."

Andri bermanggut mengerti.

"Ya sudahlah. Tapi, bagaimana caranya kita menembus hujan ini, ya?"

"Ahh. Benar juga. Bagaimana caranya? Padahal petang sudah menyelimuti."

Andri sejenak berpikir. Kemudian mengutarakan pendapatnya setelah mendapat ide. "Bagaimana kalau kita lari saja? Aku akan melindungimu dari hujan dengan kemeja yang kupakai."

"Memangnya bisa?" Melisha tidak percaya.

"Pasti bisa. Semua ada caranya kok. Ayo, gih."

Akhirnya Andri dan Melisha pun lebih memilih untuk menembus derasnya hujan Andri rela basah-basahan demi melindungi Melisha dari rintik hujan, sekalipun Melisha juga sudah sangat basah. Melisha tersenyum ketika Andri mencoba melindunginya dari hujan. Dia berpikir bahwa Andri orang yang baik.

* * *

Mereka sampai di apartemen setelah mereka sempat singgah membeli sesuatu. Mereka jadi basah kuyub gara-gara hujan.

"Mau menginap di sini, Melisha?" tawar Andri.

Melisha terdiam begitu Andri menawar menginap di apartemennya.

"Kenapa? Kamu itu basah kuyub."

"Oh? Bukannya aku menolak, cuma aku tidak terbiasa tinggal bersama pria asing."

"Hei. Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Aku akan bersikap seperti orang lain saja. Dan anggaplah ini rumahmu sendiri. Toh, kau juga yang membayar angsuran apartemenku."

Benar juga. Melisha 'kan sedang membantu Andri untuk hidup. Buat apa harus mengabaikan dia yang sedang hidup di dunia lain?

"Ba... baiklah. Aku bisa menginap satu hari saja. Aku akan beri tahu orang tuaku kalau aku menginap di rumah teman."

Andri mengangguk. Tanpa basa-basi Melisha melepaskan sepatunya dan masuk dalam apartemen Andri yang cukup mewah tersebut.

"Oh ya, katanya kamu mau masak, 'kan? Yang pasta besar itu," tawar Andri lagi.

"Pasta instan besar itu? Boleh. Setelah aku membersihkan diri."

"Baiklah."

Melisha bergegas mengambil handuk dari ruang pakaian, dan langsung masuk dalam kamar mandi. Sembari Andri menyiapkan makanan untuk mereka makan.

* * *

Makanan jadi, Melisha sudah bersih, dan mereka pun berkumpul di meja makan untuk menyantap hidangan pasta buatan Melisha. Meski masih amatiran, tapi ia tetap mengajari Andri untuk memasak.

"Apa pula garnish ini? Buang-buang, tau." Andri meledek.

"Tidak, supaya cantik kelihatannya."

"Idih."

"Makan, gih. Keburu dingin."

Andri melilit pasta di garpunya lalu memakannya dengan lahap.

"Bagaimana rasanya?"

"Hmm, yah. Seperti biasanya," jawab Andri polos.

"Ya sudah, cepat makan."

Mereka makan dengan tenang, bahkan Andri sudah lima kali pasta masuk dalam mulutnya. Sampai saat itu, Melisha membuka obrolan.

"Oh ya, Andri."

"Ada apa?"

"Tentang bel biru itu..."

Andri juga mulai berhenti makan dan fokus mendengar yang diucapkan Melisha.

"Dari mana kamu mendapatkannya?"

Andri mulai kebingungan. Pertanyaan seperti itu tidak seharusnya ia tanyakan.

"Hah? Di mana kamu mendapatkannya? Sampai kamu tersesat di sini?" Melisha penasaran setengah mati.

"Bi... bisakah jangan mengajukan pertanyaan semacam itu?" Andri melarang.

"Kenapa memangnya? Itu harus menjawab rasa penasaranku." Melisha bersikeras. Namun, Andri tetap tidak ingin memberitahunya.

"Kalau memang tidak bisa kasih tahu, berarti bisa kusimpulkan bahwa bel biru itu memiliki kekuatan magis. Benar?"

Andri hanya terdiam. Tidak peduli ia mendengar perkataan Melisha.

"Apakah setelah kamu, ada orang lain lagi yang akan teleportasi?"

"Apa maksudmu itu?"

"Siapa tahu saja. Ada orang lain yang mencarimu dari dunia masa depan. Misalnya siapa kek gitu. Apa mereka juga pakai bel untuk bepergian?"

Andri mengela napas berat. Mengeluh, tidak bisa menjawab apa pun.

"Sudah kubilang jangan bertanya hal semacam itu."

* * *

The Future Magic Bell #UCJKCOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang