Bab 8

35 3 2
                                    

"Kalau kamu mengusirnya seperti itu, aku bisa marah," kata Andri dengan ekspresi gentle-nya.

Hana sejenak melihat wajah suaminya itu. Makin dilihat, makin bersinar. Itu membuat endorphin-nya perlahan naik.

Hana akhirnya punya ide. "Begini saja. Alih-alih mengusirnya, kita tak perlu tidur di sana. Kita ke hotel saja. Nginap sehari saja."

Andri malah tak mengerti maksud Hana itu. "Jadi maksudnya, kita akan bersenang-senang di hotel?"

"Iya. Tapi, di mana kita harus ambil uang, ya? Masa kita harus mencuri?" ujar Hana memegang bibirnya.

Andri pun juga berpikir. "Hmm, kita naik ke atas apartemen dulu. Nanti kita minta uang ke Melisha. Dia itu punya banyak uang. Berharap saja dia masih ada di situ."

"Dasar. Minta padanya? Lebih baik aku mencuri uang orang lain saja daripada minta dengan si gadis SMA itu." Hana kesal ketika Andri mengungkit-ungkit nama Melisha.

"Kalau aku yang minta, dia pasti mau."

Kekesalan Hana menurun. Melihat wajah tampan suaminya saja membuat endorphin-nya malah bertambah naik.

Ingin rasanya memeluk tubuh kekar suamiku. Astaga. Harus aku tahan ini.

"Baiklah. Kita naik ke lantai 4, lalu kita minta uangnya," kata Hana dengan tempo terlalu cepat.

Andri tersenyum. Andri tidak memerhatikan ponselnya yang tadi berbunyi. Itu adalah SMS dari Melisha yang mengatakan kalau ia sudah menyiapkan makanan. Kemudian menyusul pergi ke tempat les. Mumpung ini sudah pukul 7 malam. Jadi ia harus les.

* * *

Sambil menunggu tentor, Melisha menyempatkan diri membaca buku novel romantis kesukaannya. Dan, bercampur adegan dewasa. Namun ia tidak peduli dengan adegan itu, yang penting ia membaca dan menikmati cerita itu.

Kemudian ia membaca salah satu narasi cerita yang membuatnya menggelikan.

"Raihan pun akhirnya melumat bibir istrinya, kemudian membuka baju mereka satu-persatu, kemudian mereka pun bergumul di ranjang mereka yang harum...!" Melisha membaca baik-baik narasi yang ia baca, dan mendesah karena merasa dialog yang ia baca agak menjijikan.

"Astaga, itu sangat menjijikan. Mana ada dialog yang seperti itu? Eurghh...," desah Melisha kembali.

Kemudian temannya menghampiri Melisha yang sedang membaca novel, dan sedikit geleng geleng kepala dengan tingkah Melisha.

"Kamu ini kenapa, sih, mendesah begitu?"

"Tidak, kok. Cuman membaca bagian ini terasa menjijikan. Coba lihat." Melisha memperlihatkan bagian novel itu pada temannya. Dan temannya tertawa melihat dialog novel itu, sampai terbahak-bahak.

"Kenapa tertawa begitu?" tanya Melisha bingung.

"Ya ampun, Melisha. Ini lucu, tau. Kok bisa ya dialognya selucu ini?" ucapnya sambil kembali tertawa terbahak-bahak.

"Porno banget kamu." Melisha meledek temannya yang tak henti-hentinya tertawa.

* * *

Sebelum mereka ke hotel, mereka menyempatkan waktu ke apartemen unit 407. Hana tak tahu kalau apartemen blok itu sedang kosong. Malah, ada makanan yang disiapkan di meja makan.

"Lha, si gadis SMA itu mana? Katanya ada di sini."

"Dia sedang ada les. Lagian, ini sudah jam 7 malam."

"Berarti, kita bisa nginap di sini." Nampaknya raut wajah Hana kelihatan bahagia. Melisha tak ada, mereka bisa leluasa melakukan apa saja.

"Kalau Melisha datang, gimana? Barangnya juga belum dia ambil di sini," ujar Andri was-was.

"Tak perlu pentingin dia. Lebih baik pentingin diri kita sendiri."

Hana menengok meja makan, sambil memegang perutnya. "Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan?"

"Boleh juga," kata Andri setuju.

* * *

Kini, Andri dan Hana duduk di meja makan yang tampilannya elegan. Sajian makanan kali ini adalah masakan pasta yang tadi Melisha beli.

"Gadis SMA itu, rupanya pintar masak juga," kata Hana agak sebal.

"Tentulah. Dia itu juga berbakat."

"Cih. Anak SMA jaman sekarang mah dituntut untuk belajar. Bukannya belajar masak."

"Oh iya. Aku penasaran. Apa segitu bencinya kamu pada Melisha?"

Pertanyaan Andri membuat istrinya jadi menghela napas. Kenapa pula Andri menanyakan hal seperti itu? Pikirnya seperti itu.

"Aku itu tidak berniat membenci Melisha, cuman... aku tidak suka kamu tinggal satu rumah dengan Melisha. Di sini tepatnya. Aku takut kamu mau berbuat apa-apa dengan Melisha."

Andri kembali membuka mulutnya dengan sangat berani. "Hei, aku tidak ada niat untuk menyentuh Melisha atau memeluknya. Aku hanya menganggap Melisha itu temanku. Lagipula, aku cuma ingin menyentuhmu." Andri meyakinkan dirinya dan menggoda istrinya.

"Iya, aku tahu, Mas. Kamu hanya ingin menyentuhku dan menciumku juga. Secara hukum, kita ini suami istri. Bahkan kita sudah punya seorang anak laki-laki."

"Tapi, kenapa kamu ungkit-ungkit Melisha?"

"Aku takut... kamu dekat dengan dia secara diam-diam."

"Hei, berapa kali harus kubilang? Aku tidak pernah mendekati dia. Lagian, dia telah menolongku dari kecelakaan tabrak lari beberapa waktu lalu. Aku harus terima kasih pada dia."

"Dengan cara apa?"

"Biarkan ia melindungiku selama aku di sini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa tanpanya. Aku harus membutuhkan bantuannya."

"Hoho. Jadi, itu berarti kamu suka padanya?" gerutu Hana pada Andri.

"Tidak, sudah kubilang tidak! Berapa kali harus kubilang padamu?" Andri langsung berteriak pada Hana yang terus menanyakan hal tidak jelas pada dirinya.

Andri pun mencoba beranjak dari kursi, namun tiba-tiba ia ditahan istrinya dan ingin membicarakan sesuatu.

"Kalau kamu seperti ini... bisakah kita 'main' sekarang?"

Andri terdiam. "Apa maksudnya?"

"Bolehkah, kita 'main' malam ini? Sudah lama kita tidak begini dan menikmati malam-malam kita. Mumpung ada aku. Aku sudah datang, dan... kita harus melakukannya. Aku ingin menciptakan malam romantis."

Andri sedikit tercengang mendengar permintaan istrinya yang mendadak itu. Istrinya cuma bisa berharap jawaban dari suaminya.

* * *

Sementara Melisha sedang menunggu bis kloter 2. Ia sedang menuju pulang ke rumahnya setelah les tadi. Les yang singkat membuatnya harus cepat pulang. Lalu, ia jadi teringat dengan kelakuan istri Andri tersebut.

"Cih, padahal dia bisa sopan padaku. Kenapa baru pertama bertemu, dia langsung nyewot?" gerutu Melisha.

Saat ia menunggu bis, tiba-tiba ia melihat mobil hitam yang berhenti di depan halte. Melisha kebingungan, sementara ia duduk sendirian di halte.

"Siapa ya kira-kira?"

* * *

The Future Magic Bell #UCJKCOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang