Kitab Pertama

8.4K 75 3
                                    

Kwik Tay-Lok dan Ong Tiong

Seorang yang berjalan lebar dan seorang yang bergerak tapi tak bergerak...

Seperti namanya, Kwik Tay-lok adalah seorang yang berjalan lebar. Tay-lok atau jalan lebar ber­arti orangnya supel, berjiwa besar, acuh tak acuh bahkan sedikit rada tolol, apapun persoalan yang sedang diha­dapi, ia tak pernah ambil perduli.

Sebaliknya Ong Tiong (bergerak) justru seorang yang tak suka Tiong (bergerak). Orang yang berjiwa sosial biasanya miskin. Kwik Tay-lok orangnya miskin, kelewat miskin sampai miskinnya luar biasa.

Sesungguhnya tak seharusnya ia begitu miskin. Sebenarnya ia boleh dibilang se­orang yang kaya raya. Seorang yang kaya raya bila tiba-tiba menjadi miskin, maka hanya ada dua alasan, per­tama karena dia bodoh, kedua karena dia malas.
Kwik Tay-lok tidak bodoh, pekerjaan yang bisa dilakukan olehnya jauh lebih banyak daripada o­rang lain, lagi pula jauh lebih baik dari kebanyakan orang. Misalnya...... Menunggang kuda, ia bisa menunggang kuda yang tercepat, dapat pula menung­gang kuda yang terbinal.
Bermain pedang, dengan sebuah tusukan ia bisa menembusi baju perang dari besi yang dike­nakan seorang panglima perang, dapat pula me­nembusi daun liu yang sedang melambai terhem­bus angin.
Bila kau sahabatnya dan kebetulan ia se­dang gembira, mungkin dengan tangan te­lanjang ia akan mencebur ke sungai untuk menangkap dua ekor ikan leihi, lalu dari air melompat ke udara un­tuk menangkap dua ekor belibis guna membuat­kan sebuah hidangan ang-sio-hi dan itik panggang bagimu.
Bila kau mencicipi masakannya, tanggung selama hidup tak akan kau lupakan. Kepandaiannya memasak tidak kalah dari ke­pandaian koki yang paling tersohor pun di ibu kota .
Iapun bisa memetik harpa sambil mem­bawa­kan lagu Tay-kang-tang-kin, diapun bisa bermain Yang-kim sambil membawakan lagu ''Ditepi Yang­liu, di tengah malam yang sepi', membuat kau beranggapan bahwa sepanjang hidupnya ia bekerja sebagai penjual suara. Bahkan ada orang beranggapan, kecuali tak bisa melahirkan anak, pekerjaan apapun bisa ia lakukan.
Diapun tidak malas. Bukan tidak malas, bah­kan setiap saat selalu berharap bisa melakukan pe­kerjaan apapun, pekerjaan yang pernah dikerjakan tak sedikit jumlah­nya. Lalu, kenapa manusia semacam ini bisa miskin?

Ketika bekerja untuk pertama kalinya, ia men­jadi seorang piausu. Waktu itu dia baru terjun ke dunia persi­latan, baru selesai menjalankan masa ber­kabung karena kematian orang tuanya, rumah dan sawahnya ada yang dijual ada pula yang diberikan kepada orang lain, ia ingin mengandalkan kepandaian sendiri un­tuk berkelana dalam dunia persilatan. 

Tentu saja ia bukan seorang pedagang yang ulung, dia sama sekali tak berharap bisa menjadi seorang pedagang ulung, maka sawah se hektar yang seharusnya laku dijual tiga ratus tahil, hanya di­jual seharga seratus tujuh tahil, ditambah pula uang yang di­bagi-bagikan kepada sanak keluarganya yang miskin, sisa yang ada dalam sakunya tinggal tak seberapa. Tapi itu masih cukup untuk membeli se­ekor kuda jempolan, sebilah pedang mes­tika, membuat beberapa stel baju yang in­dah, tinggal di losmen kelas satu dan makan di rumah makan nomor wahid.

Waktu itu musim semi telah tiba. Orang bi­lang musim semi musim yang terindah, saat itu merupakan saat yang paling baik buat perusahaan ekspedisi untuk mengeruk untung. Saat perusahaan ekspedisi paling baik, berarti saat panen pula bagi para pembegal dan perampok. Congpiautau dari perusahaan Tiong­goan-piau­kiok, Lo Ceng-gi meski belum tua umurnya, pe­ngalamannya cukup matang, diapun tahu akan teori tersebut. Maka sepanjang jalan ia selalu ber­hati-hati, apalagi barang kawalannya kali ini tak sedikit jumlahnya. Untuk mengawal barang belum cukup hanya berhati-hati saja, orang harus berilmu tinggi dan bernasib mujur.

Ilmu silat Lo Ceng-gi tidak jelek, sayang na­sibnya kurang mujur, apa mau dikata ia telah berjumpa dengan Ouyang heng-te, seorang manusia golongan hitam dari dua tepi sungai besar yang paling memusingkan kepala. Ouyang hengte atau Ouyang bersaudara bukan terdiri dari dua orang, bukan pula tiga atau em­pat orang ...... Ouyang hengte cuma seorang diri. Orang ini memang bernama Ouyang Hengte! Meski cuma seorang, tapi justru lebih sulit dilayani daripada melayani empat puluh orang. Tangan kirinya memainkan golok pendek, tangan kanannya memainkan golok panjang, selain itu pada saat yang ber­samaan dapat pula melancarkan tu­juh-delapan macam senjata rahasia, jarang ada orang yang bisa melihat darimana sen­jata rahasia itu dilepaskan.

Pendekar Riang (Huan Le Ying Xiong) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang