makam

276 3 0
                                    

MAKAM

Oleh : Fatatik Maulidiyah

Diusia berapakah manusia mulai berfikir tentang kematian ?

Sebuah keniscayaan yang tak terelak

Dimana semua orang akan menyebrang ke sana

Sebuah tempat antara dunia dan akhirat

Sebuah penghubung antara kehidupan dan kematian

Sebuah keadaan dimana keduniaan tak ada lagi guna

Maka kapankah manusia menyadari adanya kematian

Ia bisa jatuh tiba tiba dari atas

Menyergap dari dalam

Menyerbu dari segala arah

Atau

Ia laksana desir angin sejuk yg dirindukan ...?

KUNJUNGAN I

Sore itu pelataran makam yang tak begitu luas tampak sepi. Daun kamboja yang gugur di punguti satu - satu oleh ibu Separuh baya dengan tas kresek hitam menatap ramah padaku.

" Makamnya yang mana , mbak ? "

"Yang sebelah sini, bu.tolong deretan ini jenengan sapu, kalian di siram , nggih buu". Suwun.

Kupilih tempat yang nyaman untuk duduk,meski bukan tempat yang nyaman,Tepian makam yang dibangun lebih tinggi dari yang lainnya ini cukup pas.

Mulai kudengungkan QS.Yasin,lalu tahlilan setelah sebelumnya ku kirim surah al fatihah ke beberapa nama pendahuluku dan utamanya kedua orangtuaku yang keduanya bersemayam disini.

Kubersihkan kedua nisan berliput debu tebal itu, meski aku tahu,bahwa ini makam kedua orangtuaku, aku ingin melihat bahwa nisan itu bertulis nama mereka agar ku pandang jelas nama , tahun lahir dan wafat mereka. Setelah tampak jelas ,aku merasa lega.

" assalamualaikum Abah, assalamualaikum Ibu." aku berbisik.alhamdulillah keadaan kami baik-baik. saya dan suami rukun.anak-anak kami sehat. pekerjaan kami lancar.

Aku tak peduli, meski monologku ini tampak sia-sia karena hanya hening yang membalas.

Kami semua yang engkau lahirkan di dunia ini juga rukun, senantiasa saling bertemu, berkomunikasi dan saling menolong. .

"Abah, ibuk, doakan kami semua anak anakmu agar selalu menteladani kebaikanmu, agar kuat menghadapi cobaan, agar telaten mendidik anak,agar selalu mengingat perintah Allah, agar lancar meraih rezeki......

Walau hanya gumanan, kali ini airmata tak kuat lagi ku bendung dan tak ada lagi kata kata, kecuali tertegun menyadari sikapku sendiri.

Bisakah orang mati mendoakan? Dan bukankah meminta pada orang mati itu syirik? Bagaimana jika orangtuaku ini belum kuanggap mati? Karena toh sejatinya hanya jasad mereka yang hancur.sedangkan ruh dan kesadaran masih ada?. Aku masih ingat dalam sebuah kitab bahwa orang mati bisa melihat orang yang hidup. ruh orang yg baru mati akan dikunjungi oleh ruh yang lebih dulu mati.Mereka akan menanyakan kabar keluarganya, anak anaknya dan sanak saudaranya.apa saja yg mereka lakukan dan apa yg terjadi pada mereka.

Dari situ dapat dipahami siapapun yg kita kenali dalam kehidupan ini akan kita kenali pula di akhirat. Dan alam barzah adalah episode pertama alam akhirat.

Kembali ku renungi sikapku yang meminta doa tadi. Tak ada maksud lain hanya aku menganggap mereka tidak mati.mereka mendengar kami, melihat kami, tingkah laku kami merasakan pula kebahagiaan kami, mendengar doa kami dan menjawab salam kami. maka mengunjungi makam mereka adalah seperti berkunjung ke rumah mereka.seperti dulu waktu mereka masih hidup.

Namun ku sadari saat mereka hidup kita masih bisa meminta mereka,meminta doa,nasehat bantuan bahkan materi!. Kami usik orang tua kami tak henti-henti sampai mati.

Dan saat kematian mereka adalah saatnya kami mengirim doa. Doa sebagai wujud birrul al walidaini yang tak putus- putus.

Lalu kusadari pula, kematian orangtua adalah " matinya doa doa mereka untuk kita" .hingga betapa nikmatnya yang masih memiliki orangtua , sebagai jimat - pusaka maha keramat dalam hidup yang patut diagungkan . doa- doa sakti mandraguna yang setia menemani saat saat sedih dan bahagia.. Allaahummaghfirlahumaa..

KUNJUNGAN II

Kali ini aku memilih waktu pagi di hari jumat , sebelum jam mengajar tiba. Tak lain untuk memburu fadhilah mengunjungi makam di hari jumat. Pagi itu lalu lintas di jalan utama cukup padat. Kesibukan rutin di setiap hari . kantor,pasar,Sekolah , berbagai tujuan, sungguh kontras dengan lahan makam ini.sepi.hanya beberapa ekor ayam berkeliaran dan seperti biasa ibu - ibu paruh baya yang menunguti bunga kamboja yang berguguran . dan seperti biasa pula " menawarkan jasa , "sebelah ini sudah saya cabuti rumputnya, kemarin sore ada yang ngunjungi mbak kados jenengan " .kulihat Ada bekas taburan bunga yang sudah mengering.ini pasti kalo tidak kakak ya adik perempuanku. Batinku selalu berharap tidak sepi dari doa dan kunjungan dari anak - anaknya disini, makam kedua orangtuaku.Amin.

" suwun bu ,sudah di siram dan di sapu ." dan masih saja Ibu itu memunguti bunga kamboja sambil membawa kresek hitam . iseng-iseng ku tanya " damel nopo bu kambojae..

" oh niki di sade buu..pesenan sangking salon .Alhamdulillah . saget di raosaken hasile mbak."nnggeh bu, Alhamdulillah.

Ternyata, tempat menikmati hidup untuk sekedar facial,spa dan berendam setelah massage , Tak lepas dari aroma kuburan.

...

Kenangan masa mondok dan kuliah tiba- tiba terlintas . dulu , kalo lagi pulang, si abah dan ibuk senyam senyum...alhamdulillah buuuk. Wingi sore mbake balik nang malang, saiki adike...iinsyaallah tak dolek-dolekno onok sangune. Amin...isok koyok terminal buk. Omah anak riwa riwi...."

Ya ,Allah . semoga di makam mu kini juga laksana terminal.anak anak yang kalian lahirkan Tak henti hilir mudik menziarahi makam mu. Tak henti henti pula mendoakan kalian .


KUNJUNGAN III

Kali ini aku berkunjung ke rumah Ibuku.Sejak meninggalnya Ibu, rumah tempat aku lahir dan dibesarkan tampak sepi. Karena rumah ini berdampingan dengan rumah budeku, ia tidak pernah di kunci. Bukan apa - apa , agar anak-anaknya kapan saja bisa memasuki rumah ini.

Penataan rumah masih sama.ruang tamu, ruang keluarga dan terutama...kamar ibuku. Aku langsung menuju kesana. Aku rindu aroma ibuku.aroma khusyuknya beliau mendoakan anak-anaknya. Aroma buku-buku yang sering beliau baca, berjajar di tepi tempat tidur. Mengingatkanku betapa senangnya ibu dengan buku. Ibu selalu berpesan. Daripada banyak bicara, lebih baik kamu membaca buku. Buku itu teman dikala sendiri. Teman yang tidak akan mengganggumu.menyita waktumu. Buku bahkan memberimu ilmu .

Ku buka lemari kecil ditepi tempat tidur. Buku-buku kisah Para Wali, Biografi Syekh Abdul Qadir Jaelany, Imam Ghazali, Kisah Abu Nawas, buku - buku yang menggetarkan karena sarat dengan kerinduan akan kehidupan yang indah di Akhirat.

Ku ambil dua buku agenda harian Ibu. Airmataku menetes satu-satu.

Ibu menulis dengan urut dan sistematis berdasarkan waktu peristiwa penting di keluarga kami. Saat kami, anak-anaknya sekolah, wisuda, menikah, sakit dan saat melahirkan.

Oh ibuu....aku rindu. Aku tidur, ditempat tidurnya, memeluk bantal yang pernah di tidurinya. Memegang tasbih yang pernah digenggamnya, memutarnya terus tanpa henti mengirim fatihah padanya. Ku biarkan aku tertidur dalam larutan airmata rindu. Ibu, kami rindu. Abah kami rindu. Sejak kematian Abah 8 tahun lalu, tinggal Ibu yang menjadi kekuatan kami, tinggal ibu yang menjadi pengayom kegelisahan kami. Tinggal Ibu yang menjadi nyawa kami.

Ya, Allah. Begitu cepat Engkau memanggil Indung kehidupan kami. Bukankah kami masih membutuhkan doa-doa beliau, nasehat-nasehat beliau.

Kami ingin memahami taqdirmu melalui kematian kedua orangtua kami. Kami hanya memohon padaMu, duhai Zat yang memegang jiwa-jiwa, agar mengabadikan kedua orang tua kami dalam ingatan, teladan dan do'a kami.

"Ya Allah sayangi dan kasihilah kedua orangtua kami, sebagaimana mereka mengasihi kami sejak kecil ".*)

Mojokerto, Mei 2015.

Kumpulan Cerpen Where stories live. Discover now