"Apa yang kalian lakukan?"
Suho berdiri di ambang pintu kamar, menatap dengan ekspresi terpukul, menyaksikan Lay dan Sara sedang bergelut di tempat tidur.Lay bangkit, tak menunjukkan rasa kaget ataupun bersalah. Sara juga buru-buru bangkit.
"Apa yang kami lakukan?" bibir Lay berdecih. "Aku menciumnya," Ia menjawab santai sambil memungut kaos di atas tempat tidur lalu mengenakannya.
"Dan bibirnya manis sekali," lanjutnya, seraya menjilat bibirnya sendiri dengan sinis. Kemudian ia bergerak, melangkah melewati Suho tanpa menatap ke arahnya, ataupun ke arah Sara yang nampak bingung.
"Mau kemana kau?" Suho bertanya dan berjalan mengikuti lelaki itu.
"Bukan urusanmu," Lay berjengit.
Kembali ia melangkah, membuka pintu dengan kasar, dan membantingnya.Suho mematung menatap kepergian adiknya.
"Suho,"
Lelaki itu berbalik dan mendapati Sara berdiri dengan bimbang di hadapannya.Sara bisa melihat rahang lelaki itu kaku dan tangannya terkepal. Seolah ia tengah menahan amarah, atau tengah mempertimbangkan hendak mengejar Lay atau tidak.
"Suho, ini ...," Sara mencoba untuk tidak bersikap dramatis. Tapi gagal.
"Aku dan Lay ...,"
Dan kalimatnya terhenti ketika Suho melengos, membuang muka, seolah tak butuh penjelasan dari dirinya.
"Pulanglah," desisnya.Sara menelan ludah, merasa dicampakkan.
"Jadi kau tak ingin tahu apa yang terjadi antara aku dan Lay?" gumamnya satir.
Suho menggigit bibir.
"Pulanglah, Sara. Tinggalkan aku. Aku butuh sendiri," jawabnya parau.Sara merasakan wajahnya panas. Merasa dihakimi, tak dipercaya. Air matanya nyaris meluap.
"Baiklah, aku pergi,"
dan tanpa menoleh kembali, perempuan itu mengambil tas di meja lalu bergerak ke pintu dan meninggalkan lelaki itu sendirian.Sesaat setelah perempuan itu pergi, Suho merasa hampa.
Ruang tamu yang luas tiba-tiba terasa begitu sesak menghimpit dirinya. Ingin ia berlari menyeruak keluar dan mengejar Sara untuk meminta penjelasan pada wanita itu tentang apa yang terjadi antara dia dan adiknya.
Tapi entah kenapa ia tak sanggup.
Ia tak sanggup mendengar penjelasan darinya, apapun bentuknya.Lelaki itu mengeram dan menekan pangkal hidungnya dengan lelah. Ia ingin marah dan berteriak, tapi tak tahu ingin melakukan yang mana dulu. Merasa putus asa, ia memutuskan melakukan keduanya. Bergerak, meraih vas di atas meja lalu melemparkannya ke dinding.
Vas itu hancur berkeping-keping.
Merasa belum puas, ia meraih apa saja di atas meja, lalu melemparnya kasar hingga berserakan di lantai.
Merasa hal itu tak cukup membantu meredam kemarahannya, ia juga meraih kursi di samping jendela kemudian melemparkannya ke meja kaca.Praannkkk!!!
Meja kaca itu hancur berkeping-keping.
Mengesampingkan beberapa serpihan kaca yang mengenai lengan tangannya yang terbuka, ia terus saja membuat ruangan itu porak poranda.Pikirannya berkecamuk, campur aduk. Marah melihat Lay bermesraan dengan kekasihnya, sekaligus merasa takut jika ternyata ia dan adiknya punya perasaan yang sama pada Sara.
Yang terakhir, itu yang paling ia takutkan.
Suho kembali menjerit frustasi.
Tobohnya melorot ke lantai. Dan dengan bersandar pada bahu kursi, di samping meja kaca yang hancur berkeping-keping, lelaki itu meratap.Ku mohon, jangan seperti ini. Bisiknya lirih.
***
Sara mondar-mandir di apartemennya. Ini sudah semalaman berlalu, dan Suho tak juga berusaha menghubunginya.
Apa lelaki itu masih marah?
Apa ia mengira dirinya sengaja bermesraan dengan Lay?
Bermain api dengannya?
Ini konyol sekali.
Lelaki itu bahkan tak berusaha mendengarkan penjelasannya.Menggerutu, perempuan itu meraih ponsel dan berusaha menghubungi Suho lagi.
Ini untuk ke sekian kalinya ia berusaha menghubungi kekasihnya tersebut, dan tak direspon.
YOU ARE READING
Backstage || NC || EXO Vers.
FanfictionKim Sara memang artis yang cantik. Tak ada yang mampu membantah kenyataan itu. Bahkan para haters pun harus bertekuk lutut jika sudah membicarakan tentang kelebihan fisiknya. Dianugerahi wajah rupawan sejak kecil, tanpa operasi plastik, ditambah...