Scissors 3

69 5 0
                                    

Gue dan Bebhita berjalan di koridor sekolah. Kami tertawa terbahak-bahak, seperti ada yang sedang stand-up di depan kami.

"Eh, resleting lo belom ditutup tuh." ucap gue santai kepada salah satu cowok yang lagi asik ngobrol sama temennya.

Pertanyaan gue sontak langsung bikin hening koridor. Pertanyaan bodoh memang.

"Gila lo ya run! Udah berapa cowok yang lo gituin? Kalo gue jadi mereka, gue jitak lo." Tanya Bebhita yang heran lihat keusilan gue.

"Entah, gak pernah gue itung"

"Run, itu Dipta lagi main futsal" ucap Bebhita sambil nunjuk ke lapangan.

"Biarin, gue lagi males cari ribut sama dia. Gak ada ide ju..."

Duukkkk.............

Tendangan Dipta mendarat di kepala gue.

"Run, lempar sini bola gue!" Suruh Dipta tanpa rasa bersalah.

Gue menghampiri Dipta di lapangan. Bebhita seolah tau apa yang akan terjadi, dia hanya melihat dari kejauhan.

"Lo tu ya, cari ribut terus sama gue. Liat ni jidat gue benjol." Tunjuk gue

"Ini bukan benjol nyet, jidat lo aja yang kelewat maju" Ucap Dipta sambil meletakkan tangannya di jidat gue

Wajah Dipta tepat di depan gue. "Njiiirr... ganteng banget lo Dip. Sumpah". Jantung gue berdetak gak wajar, gue bergumam dalam hati. Setelah 16 tahun bareng Dipta. Baru kali ini gue lihat dia seganteng ini.

"Heh!! Nyet. Lo naksir sama gue?" Pertanyaan Dipta bikin gue mati kutu.

"Eh. Upil lo tu segede gajah. Nih bola lo" Gue mengelak dari pandangan Dipta dan berlalu menuju koridor.

"Run, kok Cuma gitu doang?" Tanya Bebhita heran.

"Kan gue udah bilang gak mau cari ribut sama dia." Jawab gue santai, namun sebernarnya ada kebohongan.

~~~

"Lo pulang duluan aja ya, gue ada urusan" Dipta melangkah pergi gitu aja ninggalin gue.

"Lah gue pulang sama siapa dong?Bebhita udah pulang duluan. Lo mau kemana sih" Protes gue

"Naik angkot atau nebeng yang lain gitu" teriak Dipta dari kejauhan.

Ini pertama kalinya Dipta gak nganter gue pulang dan dia gak jawab pertanyaan gue. Ada yang aneh.

Gue melebarkan pandangan gue, mencari sosok yang gue kenal. Gue menajamkan mata dan yap!dapat.

"Woy Ndu!" Seru gue kepada Pandu yang sedang mengotak-atik motornya.

Pandu cuma noleh dan menatap gue curiga.

"Ndu, motor lo mulus bodynya, pinter ya lo pelihara motor." Puji gue biar dia mau kasih tebengan.

"Apa?Punya urusan apa?" Tanya Pandu dengan pandangan curiga.

"Gue mau nebeng lo." Jawab gue sambil mengacungkan dua jari "peace".

"Ogah! Ogah amat."

"Pelit banget sih Ndu, Lo gak inget dulu pas SMP yang bantuin lo,gimana kalo waktu itu satu sekolah tau bahwa seorang Pandu Wijaya Ketua OSIS SMP Guna Bangsa lompat pager gara-gara telat upacara?" ucap gue sambil muter-muter diantara Pandu dan motornya.

"Yaudah ayok!"

Yey berhasil. Ceramah masa lalu gue berhasil membawa gue pulang kerumah. Langsung deh gue nangkring di motornya Pandu. Pandu ini emang temen gue waktu SMP, awalnya gak kenal, tapi karena insiden lompat pager itu, gue sama Pandu jadi kenal. Siang itu untuk pertama kalinya Pandu nganter gue pulang. Dan di tengah perjalanan...

Where you can always find me
And we'll have Halloween on Christmas.
And in the night we'll wish this never ends,
We'll wish this never ends.

Karena familiar dengan suara itu, gue merogoh saku baju. Tapi ternyata ponsel gua hening, gak ada panggilan atau notification lainnya.

"Ndu, itu HP lo yang bunyi?" Tanya gue ragu-ragu.

"Iya, biarin aja. Paling ibu gue nyariin, biasanya jam segini gue udah dirumah."

"Oh, gitu. Maaf ya Ndu lo jadi telat pulang gara-gara nganterin gue pulang."

"Gak papa Runa"

"Eh Ndu, itu tadi nada dering lo lagunya Blink-182 ya?"

"Iya, kok lo tau Run?"

"Gue kira tadi HP gue yang bunyi, soalnya lagu I Miss You itu juga jadi nada dering gue."

"Oh, lo juga suka Blink-182 Run?"

"Gak sih, gue gak sengaja denger di radio, dan gue enak aja dengernya. Jadinya gue download deh. Tapi lagunya Blink-182 yang lain juga enak kok"

"Kalo lo mau, gue punya semua lagunya"

"Oh iya makasih ya, kapan-kapan gue minta"

Gak tau kenapa waktu gue ngobrol sama Pandu di atas motor gini, gue rasanya nyambung dan nyaman. Beda kayak ngobrol sama Dipta. Padahal sejak SMA gue jarang banget ngobrol sama Pandu, jangankan ngobrol, ketemu aja jarang. Anak IPS kayak gue nongkrongnya tentu aja beda sama anak IPA yang suka duduk di pojokan perpus sambil baca buku tebel.

"Pandu makasih ya udah nganterin gue, salam buat Ibu lo. Gue minta maaf ya."

"Iya gak papa Run, gue pamit ya."

"Iya hati-hati Ndu." Gue melambaikan tangan ke arah Pandu

Seperti biasanya, Blowie yang nyambut kedatangan gue.

ScissorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang