Pria Idaman Wanita

88 3 0
                                    

Ini bukan tentang apa dan siapa. Ini tentang mempertahankan dan dipertahankan. Hal apa yang semestinya harus kita pertahankan? Bagaimana cara mempertahankannya? Mengapa harus dipertahankan?

Semakin jauh saya melangkah, semakin dalam rasa ini ada. Tapi ternyata itu hanya sesaat saja. Tersentak saya dari lamunan panjang, saya pun tersadar, siapkah saya?

Dengan segala usaha, saya coba untuk menetralkan diri, membuka lembaran baru, merobohkan tembok-tembok, melupakan masa lalu yang pernah membuat saya takut untuk melangkah. Tadinya saya pikir ini berhasil, karena sudah jalan sejauh ini. Bahkan telah melewati beberapa kelokan dengan cara yang cukup mudah. Nah, cukup mudah? Sebenarnya tidak cukup mudah untuk dijalani, tapi pola pikir saya saja yang diubah untuk tidak membesar-besarkan masalah yang ada. Dengan cara memahami keadaan, memahami hati serta pikiran dan juga memahami dia.

Saya mengakui bahwa perasaan jatuh hati terhadap lawan jenis sangatlah indah. Rasa yang seharusnya patut untuk disyukuri. Sungguh besar kuasa Tuhan menciptakan manusia agar dapat merasakan perasaan yang sedemikian rupa. Bahagia rasanya saat bisa mendengar kabar darinya, berkeluh kesah dengannya, bertemu dengannya, merasakan genggaman tangannya, merasa rindu bila tak jumpa, diberi perhatian olehnya, akrab dengan lingkungannya, teman bahkan keluarganya.

Tapi harus dipahami bahwa roda pasti berputar, rasa bahagia itu bisa saja tiba-tiba berubah menjadi rasa rindu yang sangat menggebu-gebu, cemburu yang membabi buta, rasa kecewa saat perlakuannya tidak sesuai dengan expektasi kita dan masih banyak lagi yang lainnya.

Entahlah, kadang sempat terpikir untuk kembali seperti awal dan menetralkan perasaan yang ada. Bisa pasti bisa, tapi percayalah itu sulit, sangat sulit dan butuh waktu. Kadang juga sempat merasa lelah untuk memulainya kembali dari nol dengan orang baru. Karena saya akui membangun perasaan menjadi seperti sekarang sangatlah sulit. Bahkan butuh waktu yang cukup lama.

Kini keraguan saya bercampur aduk dengan bayangan masa lalu. Sehingga saya harus membuat jarak agar saya bisa menangani persoalan terhadap masa lalu sehingga ini tak lagi menjadi sebuah masalah (hanya) bagi saya. Sejujurnya saat sedang dalam posisi seperti ini saya berharap dia tetap di sini. Terus menggenggam tangan saya dan seraya berkata, "bertahanlah, karena aku ada dan selalu untukmu." HAHAHA, dialog itu mungkin hanya terjadi di FTV saja. Benar, saya berharap dia memberikan kekuatan kepada saya agar terus bertahan dengannya. Tapi, nyatanya dia pergi menghilang, seolah tidak ingin mempertahankan semua yang telah terjadi. Tenang, ini bukan kali pertama dia pergi, jadi saya tidak begitu sakit dan kecewa. Saya sudah terbiasa.

Saat saya membuat jarak dengannya, ternyata saya bertemu dengan seseorang wanita yang sedang merasa nyaman berada di sampingnya. Lucu, tapi saya bertahan untuk mendengar semua cerita wanita itu tentangnya. Bahkan wanita itu sudah sejak dulu kagum dengannya, sebelum saya. Wanita itupun pernah berusaha untuk tidak terlalu dalam dengannya. Tapi bagi wanita itu "saat ini dia selalu ada untuknya" sehingga perasaan wanita itu terhadapnya semakin tumbuh. Saya cemburu??? Ya, pasti saya cemburu dan itu adalah sifat alamiah manusia. Namun di depan wanita itu saya berusaha untuk terlihat biasa saja, karena yang saya tahu wanita itu tidak tahu tentang saya dan dia. Yah tidak ada seorangpun yang tahu tentang kami. Itu adalah kesepakatan saya dan dia. Kini saya pun semakin membuat jarak dengannya, alasan saya karena tak ingin berlarut dalam kecemburuan. Saya paham kami saling sayang, namun kami tak punya ikatan sehingga logikanya saya tak patut untuk cemburu. Lagi pula saya hanya tak ingin menjadi beda di depan wanita itu saat bersamanya. Saya tak ingin wanita itu juga merasakan cemburu. Percayalah, cemburu itu sakit.

Saya pun semakin menjaga jarak dengannya, dan bertahan menjadi pendengar sekaligus teman curhat wanita itu. Cerita bahagia nan berbunga-bunga bagi wanita itu saya serap dengan berpikir positiv agar cemburu tidak menyelimuti perasaan saya. Saya dengarkan segala cerita demi cerita baik secara langsung atau via chat WA. Bahkan tak jarang dia mengirim foto saat wanita itu bersamanya atau skrinsut chat mereka berdua. Tapi saya sadar bahwa sebagai manusia biasa, saya tidak dapat membendung rasa cemburu. Tapi saya harus bertahan untuk membuktikan apakah dia pantas untuk saya pertahankan?

Sampai saat ini saya juga menahan diri untuk tidak memberi kabar kepadanya. Toh, chat saya yang terakhir tidak ia balas. Bukan saya gengsi seperti yang dia pikir selama ini, hanya saja saya ingin tahu pantaskah dia untuk saya pertahankan? Saya tidak ingin lebih kecewa dari yang saya rasakan sekarang. Jika memang dia tak pantas untuk dipertahankan, saya pun akan belajar untuk melepaskan. Seperti katanya, dia tidak mau mengejar hal seperti ini, begitu juga dengan saya, tapi saya berusaha menjaga komitmen saya dan dia. Tapi jika ternyata pernyataannya tidak sesuai dengan keadaan yang ada, saya pun semakin tak ingin berlarut penuh harap dengan hal yang akan membuat saya semakin kecewa. Sampai sejauh ini saya masih bertahan, karena keadaan sekarang membuat saya semakin malas untuk memulai hal serupa dengan orang lain, orang yang baru lagi. Tapi jika pada akhirnya dia tak pantas untuk dipertahankan, saya tak akan bertahan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalau Jodoh Gak KemanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang