Genangan air mulai terbentuk. Aku, Dera Wirdereni, sengaja melompat di setiap genangan air yang kulewati. Cepyak! Cepyak! Hujan tak sanggup melunturkan kebahagiaanku hari ini. Aku kangen sekali dengan Sac, sahabat lelaki masa kecilku yang selalu kuhabiskan hari2ku bersamanya. Rambutnya yang hitam tebal, senyumnya yang manis dan sikapnya yang lembut membuat aku meleleh jika membayangkannya.
Sambil memegang kalung merah pemberian Sac 4 tahun yang lalu, aku berlari ke rumah lamaku. Rumah itu sudah kutinggalkan selama 4 tahun. Aku sudah meninggalkan rumah itu sejak aku kelas 2 SMP dan aku sekarang sudah kelas 2 SMA. Aku langsung mengingat semuanya setelah aku melihat taman di depan rumahku, ketika aku dan Sac berlari bersama dan memetik bunga dandelion distu. Memori lama tentang Sac terasa hangat di dadaku.
"Bagaimana ya, kabarnya sekarang?" pikirku sambil tersenyum.
Kriek..
Terdengar pintu terbuka. Keluarlah wanita tua dari sebuah toko roti. Aku ingat! Itu kan nenek penjaga toko roti! Neneknya Sac! Nenek masih hidup!!!"Nenek Rim!" kataku sambil berlari ke arahnya.
Nenek menoleh, "Siapa ya?"
"Dera nek, Dera! Dera Wiredeni!" kataku sambil tersenyum lebar.
"Hah? Dera Wiredeni? OOH!!! Ibu yang memesan 50 roti untuk arisan, ya?" tanya nenek dengan wajah senang karena mengira dia sudah mengingat dengan benar.
"Bukan, nenek.. Ini Dera! Dera! Dera yang kecil dulu, yang suka makan roti abon sama Sac!" kataku. Wajah nenek yang tadinya gembira itu berubah langsung mengerut. Apa aku salah ngomong?
"Ada apa nek?"
"Sac.. Oh, Sac," kata Nenek sambil menunduk.
"Oh Sac, dimana dirimu nak? Dera telah kembali..." kata Nenek Rim lagi.
"Nek?" tanyaku.
"Sac tidak seperti dulu lagi, Der."
"Ma.. Maksud nenek?" tanyaku. Nenek segera menyuruhku masuk ke tokonya.
"Ini," kata Nenek sambil menunjukkan sesuatu.
Sac-ku sudah berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Memories with You
RomanceAku belum mengucapkan salam perpisahan. Saat aku kembali kepadamu. Mengapa kau meninggalkanku secara diam-diam?