Chapter- 07

325 29 3
                                    

Terlihat puluhan mayat Rongues tergeletak tak bernyawa di atas tanah dengan darah nya yang sudah tercetak dimana- mana. Puluhan Rongues itu mati dengan kepala yang sudah terpisah oleh badan nya.

Wolf Adrian, Wilson. Mata nya yang masih terpancar hitam serta bulu nya yang terdapat noda darah Rongues. Serigala itu melolong, suara nya bercampur antara perasaan marah dan sedih.

"Auuuuuuu...." lolongan Wilson panjang.

Kemudian serigala itu berjalan ke arah pohon dan bersembunyi di sana.

Tak lama setelah itu seorang laki- laki keluar dari balik pohon itu berjalan menjauh dari puluhan mayat Rongues.

Adrian duduk di tepi danau dengan keadan yang kacau. Penampilan nya sudah seperti orang yang tak pernah mengurus dirinya sendiri.

Sedangkan tak jauh dari tempat Adrian duduk, Jack melihat nya lalu menghampiri Alpha nya itu.

Jack berdehem lalu memanggil Alpha nya yang tak kunjung menoleh kearah nya. Ia menghela nafas.

"Apa Alpha akan seperti ini terus?" tanya Jack.

Adrian tak menjawab. Ia terus memandangi danau itu.

Adrian memang seorang Alpha. Seorang yang terlihat tegas dan berwibawa. Namun jika sudah menyangkut dengan mate nya, maka itu semua tidak ada apa- apa nya.

"Menjauhlah Jack. Aku lelah. Biarkan aku untuk istirahat sejenak, jangan ganggu aku jika kau tidak ingin mati untuk sekarang." ucap Adrian tanpa menoleh kearah Jack.

"Aku akan pergi. Kumohon jangan bertindak diluar batas mu. Semua masih membutuhkan mu termasuk dia, Emely." ingat Jack lalu pria itu pergi.

Kini tinggal Adrian sendiri. Ia memejamkan mata nya berusaha menghilangkan amarah nya.

"Hei Wilson, apa kau tidak ingin berbicara dengan ku?." tanya Adrian.

Tidak ada jawaban dari Wilson. Wolf nya masih marah dengan dirinya belum lagi tadi ia memaksa untuk mengambil alih tubuh nya saat Wilson hendak mencari Rongues lagi.

"Aku minta maaf Wilson." Adrian berbaring di atas rumput hijau.

"Kau sangat bodoh Ad." ucap Wilson di tubuh Adrian.

"Aku kira kau marah." ucap Adrian.

"Aku memang marah, apa kau bodoh ha!." kesal Wilson.

Adrian terkekeh. Ia berusaha menghibur dirinya sendiri dengan melupakan hal itu.

"Ya. Aku memang bodoh." akuh Adrian.

Tidak ada lagi jawaban dari Wilson lalu Adrian kembali berucap, "Bodoh karna melukai perasaan nya."



* * * * *

Emely mengerjapkan mata nya. Ia bangun sambil memegangi kepala nya yang terasa pusing.

Terdengar suara kenop pintu yang terbuka. Seorang perempuan paruh baya memasuki kamar itu lalu berjalan kearah Emely.

"Hai sayang, kau sudah bangun rupanya." ucap perempuan paruh baya itu.

Dia Ibu dari Adrian, Sintia. perempuan yang pernah Emely temui sebelum nya saat kejadian itu belum terjadi padanya.

Sintia duduk di samping Emely lalu mengelus rambut indah milik Emely.

Ada rasa nyaman yang Emely rasakan. Ia teringat dengan Ibu nya dulu sewaktu masih bersama nya. Ibu nya yang selalu mengelus rambut Emely.

"Aku tau kau marah dengan anak ku Emely." ucap Sintia.

Emely masih diam tak menjawab.

"Dia melakukan itu karna dia sayang padamu Ly. Dia tersiksa saat kau menjadi marah padanya." ucap Sintia. Perempuan itu merangkup wajah Emely.

"Dengar. Aku yakin kau bisa memaaf kan nya. Dia adalah mate mu, pasangan mu yang akan mendangpingi mu sayang." jelas Sintia.

Emely menatap mata Sintia. Perempuan itu nampak sedih karna dirinya yang belum bisa memaaf kan Adrian.

Sintia berdiri dan mengelus kembali kepala Emely. Perempuan paru baya itu pergi keluar meninggalkan Emely.

Emely sekarang justru membayangkan Adrian. Pikiran nya terfokus kepada pria itu.

Ia memegangi dada nya kaget lalu memekik.

"Adrian! Aku harus mencari nya."

















Lanjut? Voment Please




Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang