Satu...

147 14 6
                                    

Author's Pov

Kring,kring,kring. " akh berisik banget udah tahu masih ngantuk!" celoteh shasya saat mendengar jam lekernya berbunyi. "Shasya, Shasya bangun sayang udah jam enam nanti kamu telat" Alisha membangunkan putrinya dari meja makan. "iya ma bentar lagi ini juga Shasya lagi nyiapin baju" dusta Shasya yang baru beranjak dari tempat tidur. Beberapa detik kemudian pintu kamar Shasya terbuka, ternyata sang mama yang membuka pintu kamarnya.

"aduh Shasya ini udah jam enam lewat masa kamu belum mandi, nanti kalo kamu telat kamu marah-marah sama mama" Alisha membereskan selimut putrinya.

"yaampun mama ini masih jam enam pagi, kenapa mama heboh banget sih bangunin aku?" decak Shasya setelah melihat jam.

" kamu lupa apa gimana sih? Tadi malam kemu kan pesan sama mama minta dibangunin pagi karena kamu ada mata kuliah pagi"

"yaa tapi gak sepagi ini juga kan?"

"yaudah gapapasih, lagian mama tuh tau kamu itu kalo mau berangkat kuliah pasti rapih-rapihnya lama."

Shasya yang mendengar sang mama bicara seperti itu hanya bisa memasang wajah merenggut, ia kesal karena ia selalu saja kalah kalau sudah berdebat dengan Alisha. "udah gak usah merenggut gitu mukanya sekarang kamu mandi terus siap-siap dan langsung turun kebawah. Papa dan Tian sudah dibawah, kita sarapan bersama" ucap Alisha sambil mengacak rambut putrinya dan barlalu meninggalkan kamar Shasya. Shasya pun segera ke kamar mandi untuk melakukan ritual paginya, mandi.

Setelah rapih shasya langsung kemeja makan menemui orangtua dan kakak laki-lakinya. "pagi semua, udah pada lama ya nunggunya?" ujar shasya sambil duduk dibangku sebelah Calva.

"nggak lama-lama banget kok lagi pula kita juga masih punya banyak waktu" papa David berkata sambil mengambil satu buah roti.

"kak Calva, nanti kakak pulang jam berapa?" Shasya bertanya kepada sang kakak.

"kayaknya sih jam limaan sya soalnya nanti kakak mau ketemu partner kerja kakak di daerah kemang. Emang kenapa sya?" balas Calva sambil memasukkan roti kedalam mulutnya.

"gapapa sih kak Cuma aku ada tugas yang gak aku ngerti tentang menajemen keuangan, ka Calva kan ahlinya hehe." Jawab Shasya sambil cengengesan. Yap Shasya mengambil kuliah jurusan bisnis. Ia ingin bekerja di kantor.

"yaudah nanti kakak usahain pulang cepat deh buat adik kakak tersayang" seketika saja Shasya merasa malu mendengar ucapan Calva.

papa dan mama hanya tersenyum melihat kedua anaknya yang sedang berbicara. Walaupun Shasya dan Calva saudara tiri mereka sangat akrab dan saling menyayangi. Seperti adik kakak yang lainnya.

"Shasya kamu jangan terlalu sering ngerepotin Tian dong, kan kasihan dia kerjaannya banyak dikantor. Lagian kamu kenapa sih gak ikutin saran mama aja untuk ikut bimbingan belajar?" Alisha memandang kedua anaknya bergantian.

"ih mama aku itu sibuk tau" balas Shasya dengan setengah mencebik.

"udah lah ma gapapa ko, lagian hari ini Tian ga terlalu sibuk" Calva menengahi adu mulut mama dan adiknya. Sarapan mereka pun berlanjut dengan sesekali menggoda Calva dan Shasya apa mereka sudah memiliki pacar. Mengingat umur mereka yang sudah cukup untuk menjalin hubungan. Terutama Calva di umurnya yang sudah hampir 27 tahun ini belum ada perempuan yang kecantol dengannya. Calva bukan seorang player ia tidak seperti pria zaman sekarang apalagi dia sudah mapan ganteng pula.

"masa sih Tian belum punya kekasih, anak mama kan udah mapan,baik, ganteng pula masa gaada yang ngelirik" ujar Alisha sambil tersenyum kearah Calva.

" yang ngelirik sih banyak ma, cuman ceweknya kayak gitu semua lenjeh dan centil aku geli ngeliatnya" jawab calva

"HAHAHA, lucu banget sih anak kita pa. Ada mah dimana-mana cowo malah seneng cewe yang begitu" Alisha ketawa lalu memandang wajah suaminya. Calva tidak menanggapi lagi ucapan sang mama ia hanya meminum susunya. Sedangkan Shasya sedari tadi hanya diam sebagai pendengar yang baik. Tiba-tiba saja ia merasa senang mengetahui bahwa Calva belum punya kekasih. Shasya memang sudah lama memendam rasa terhadap Calva lebih tepatnya ketika ia duduk di bangku SMA. Awalnya Shasya menyangkal perasaannya itu ia hanya menganggap perasaannya hanya sekedar rasa kagum seorang perempuaan terhadap pria. Namun seiring berjalannya waktu perasan itu mulai tumbuh dan terus tumbuh. Ia merasa sering deg-degan berada di dekat Calva dan ia selalu malu apabila Calva menggodanya

So ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang