unexpected events

211 38 25
                                    

Kringggg....

Suara nyaring dari speaker berwarna hitam, tertempel di atas dinding, mengisi keheningan kelas sebelas Ipa 3 yang sedang mencatat materi pelajaran Ips di papan tulis.

"Baik anak-anak, kita lanjut minggu depan" setelah mengatakan itu, guru itu melesat pergi.

Anak-anak bersorak bahagia dan bergegas pergi ke kantin.

"Yeay, akhirnya selesai juga" sorak Alvina lega.

Cewek berbola mata coklat terang itu merenggangkan kedua tangannya yang terasa pegal karena menulis.

"Hai!"

Suara berat dan serak seseorang seketika membuat Alvina dan Cindi menoleh ke sumber suara. Ternyata orang itu adalah Alden yang kini cowok itu tersenyum manis kearahnya dan Cindi. Seketika membuat Cindi ingin teriak histeris.

Yeah memang begitulah Cindi, selalu histeris kalau dirinya disapa oleh cogan.

"Hai!" "H--hai!" Jawab mereka bersamaan.

Alvina menjawab dengan logat biasa. Entah kenapa? Kalo melihat Alden, Alvina teringat obrolannya tadi pagi, kalo cowok itu mengatakan bahwa ia tidak mengalami ketidaksengajaan tabrakan.

Aneh.

"Kalian enggak kekantin?"

"Den! Ayok kekantin"

Suara itu menginterupsi Alden untuk ke kantin. Ya, yang ngomong teman-temannya. Entah lah, sepertinya Alden tipe cowok yang cepat bergaul. Buktinya cowok itu sudah mempunyai teman, walau dirinya masih dibilang anak baru. Tetapi Alden menolak dengan mengatakan "duluan, nanti gue nyusul"

"Oh ya! gue kok bego. Enggak paham. Alden kan pengen e'hem"

"Emang, lo kan bego Do!"

"Eh, anjirr! sialan lo" tangan Aldo menoyor kepala Ghiffary yang kebetulan berada disebelahnya.

Seketika membuat keempat temannya tertawa terbahak bahak. Termasuk Alden. Cuman Alden cuman tertawa biasa. Alasannya karena menjaga image di hadapan Alvina dan Cindi.

Cindi juga tertawa. Cuman mulutnya ditutup oleh tangannya. Sehingga tawanya itu terpendam dalam dekapan tangannya. Sementara Alvina. Dia hanya tertawa kecil.

"Eh, orang lagi pacaran juga! jangan diganggu, begok!" celutuk salah satu temannya Alden. Yang Alvina tau bernama Ghibran. Cindi mendengar itu seketika merah padam alias blushing.

Alvina heran, padahal belum tentu orang itu meledek Alden dengan Cindi. Bisa aja kan, temannya meledek Alden dengan dirinya. Memang Cindi terlalu pede.

Yah begitulah Cindi. Pasti kalo ada cogan yang deketin dia atau menyapa nya, atau pun ada yang meledeknya dengan seorang cogan, pasti ia akan blushing atau salah tingkah.

Maklum, Cindi kan penggemar Cogan allert.

"Yaudah, Den! kita semua duluan ke kantin" ucap salah satu temannya, yang Alvina tau bernama Ray, langsung diberi anggukan setuju oleh teman-temannya. Tetapi mereka semua belum beranjak pergi juga. Mereka semua masih berdiri diambang pintu.

"Udah lo semua sono, hush! hush! hush!" tangan Alden mengibas ngibas keudara, bermaksud mengusir.

"E buset, parrahh! kita diusir. Jahat kamu Den, sama aku hiks... hiks... hiks.." kata temennya Alden--Aldo, yang mukanya di drama-drama in sedih.

Seketika semua tertawa terbahak-bahak. Terkecuali Alvina. Alvina hanya tertawa kecil, seperti biasa.

"Hahaha... Gila lo, Do" tangan Ray menjitak kepala Aldo yang kelakuannya miring. Sementara Aldo meringis, dan mengusap ngusap kepalanya.

A PulseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang