Christian

60 4 0
                                    

"Saya mau kedua orang tua kamu datang kesekolah. Saya bingung kamu mau dihukum apa, udah semua hukuman saya jatuhin ke kamu. Tapi gak ada yang mempan." Kata Pak Samuel dengan berat hati.

**BadQuinn**_

Seminggu berlalu disekolah gue yang baru, gue memang sering dipanggil "Troublemaker". Karena, dimanapun dan kapanpun gue berada pasti ada aja masalah yang muncul. Gue aja sampe heran.
Kali ini masalah yang gue buat adalah hal yang sebenarnya tidak cukup penting. Gue bertengkar lagi sama Geng Serigala itu, dan kali ini gue babak belur. Gue akan ceritain gimana gue bisa babak belur seperti sekarang.

- 2 hari yang lalu -

Gue lagi ada di kantin bawah, biasa kalo udah istirahat bawaannya laper. Oh ya, gue udah punya temen satu namanya I'is. Lucu sih, gue belum pernah nemu orang yang punya nama I'is. Gue sama temen gue ini beli nasi bungkus dibawah, eh ternyata nasi bungkusnya udah di rombong sama Geng Serigala itu. Gue gak terima dong, mana gue udah laper.

"Eh, bu! Intinya saya mau makan nasi bungkus, masa ibu mau jual semua nasi ke mereka?!" Tanya gue sambil menunjuk golongan tersebut.
"Ya gimana lagi non, mereka udah mesen dari tadi pagi." Jawabnya.
"Mangkanya, kalo mau makan mesen dari pagi! Kalo gak ya gak kedapetan bego!" Ketus salah satu anggota geng tersebut.
"Biasa aja dong! Gak usah emosi!"
"Udah, udah Qui. Gak usah marah-marah." Kata I'is yang ingin menahan emosiku.
"Bodo amat!" Sahutku, sambil berjalan kembali ke kelas.

Saat gue berputar badan, tiba-tiba sebungkus nasi dilemparkan dan mengenai baju nasional yang hari itu gue pake. Semua saos, kuah-kuah nasi, sampe kremesan ayam jatuh ke baju gue. Dan gue tau sapa yang ngelempar.

"Eh, sorry. Gue ngotori baju elo ya? Hahahaha." Tertawalah salah seorang anak yang bernama Rizqy, gue tau darimana? Gue tau dari bet namanya!
"Eh gila lo! Tau ada orang jalan, malah mancing masalah! Mending mancing ikan sono di empang, biar cocok sama muka lo. Cocot lo aja udah kayak ikan koi!" Balasku secara tajam.
"Cantik-cantik berani ya, lo! Salut gue, hehe" Dia pun melandaskan kepadalah tangannya ke pipi gue.

Fuck! Gue ditampar sama anak gila ini. Gokil anjing, gue gak salah apa-apa.

"Apa?! Lo gak bisa ngomong kan sekarang?"

Setelah ditampar gue jatuh di lantai, jujur gue gak punya tenaga kali ini. Gue ngeliat kesekitar gue, dan gue hanya bisa melihat sekumpulan orang yang mengasihini gue tapi gak bisa nolongin gue, karena mereka takut sama ni anak.

"A-aa-pp-aa, lo-o bi-bi-bil-laa-ang?! Guu-ee ma-ma-sii-sih ku-ku-aa-at!" Gue mencoba untuk berdiri lagi.
"Kuat? Cih, sok tegar lo!" Dengan begitu dia menendang pergelangan kakiku, yang kemudian membuat gue berlutut dihadapan tu anak. "Nah, sebenernya lo disini itu buat ngehormati gue! Berlutut dihadapan gue!"

Gue bener-bener gak bisa ngangkat kepala gue saat itu, hanya ada bayang-bayang rasa malu yang menjerumus ke otak gue. Gue gak meninggalkan Australia, dan MDC untuk berakhir disini.

CHRISTIAN! hanya itu yang terlintas dipikiranku saat gue ngeliat dia berjalan menuju gue dan ni anak. Gue berharap dia bakal nolongin gue, setidaknya gue butuh minum.
Please, gue aus bang.

Wait, what?! Dia gak nolongin gue? Oh, gak ada yang lebih buruk dari ini. Dia bener-bener pura-pura gak kenal sama gue? Shit.

"Hmm, minta maaf sekarang juga sama gue!" Bentaknya.

Gue pun memutuskan untuk mengangkat kepala gue, menatap matanya, dan mulai tersenyum.

"Kenapa lo gak sekalian habisi aja gue disini, biar semua orang liat betapa hebatnya seorang Rizqy Hirarki!" Teriakku dari posisi berlutut ini, gue udah bener-bener menyerah.
"Hah?! Ngehabisi nyawa lo? Dengan senang hati gue bakal ngelakuin!"
"Lakuin aja!" Gue membalas dia dengan senyuman.
"Lo gak takut? cih, sok gentle. Make senyum-senyum segala, mending lo minta maaf aja. Dan mengakui kekalahan lo sama gue." Tawarnya.
"Sorry, gue bukan serendah tikus! Gue tau lo itu gak pernah diperhatikan sama yang lain, jadi lo berubah menjadi anak yang abal-abal! Lo itu gak lebih dari sampah!" Balasku yang diakhiri oleh senyuman.

Gue tau bahwa kata-kata itu hanya bisa mempersulit keadaan, tapi entah kenapa kalo gue lagi kepepet. Kata-kata seperti itu lah yang keluar dari mulut gue secara spontan.

"Wah, gila ni cewek! Ngganggep gue lebih rendah dari sampah!" Katanya sambil mengangkat kerah bajuku. "Kalo emang lo mau mati, gue persilahkan." Lanjutnya.

Dengan kata-kata itu gue menutup mata, mempersilahkan dia untuk menghabisi gue. Selagi gue berdoa agar tidak merasakan kesakitan, tetapi nyatanya gue gak ngerasain apa-apa. Gak ada kepalan tangan yang menghantam perut gue.

"Kalo mau main kasar, sama cowok!" Kata laki-laki itu. Dan gue hafal sama suara dia. Gue terlalu takut untuk membuka mata, dan melihat siapakah orang yang berani menolong gue.
"Mending lo mundur deh, jangan macem-macem. Daripada gue habisin juga lo!" Bentak Rizqy kepada laki-laki tersebut.
"Lepasin dia, dan gue janji buat gantiin posisi dia." Kata lelaki tersebut.

Gue merasakan genggaman pada kerah baju ini terlepas, dan lengan seseorang mulai memegang pinggul ini. Gue mencoba untuk melirik, dan yang gue lihat adalah langkah kaki si Rizqy yang makin lama kian menjauh.

"Lo gak papa kan?"
"Hah? Chris?! Gak salah kan?!"
"Hmm, iyaa gue Chris!"
"Ngapain lo, eh maksud gue ada apa?"
"Gak usah pura-pura bego, ayo ikut gue." Ajaknya ke suatu tempat.
"Gue fine-fine aja, Chris. Percaya."
"Gue gak yakin."
"Tuh liat kan, arghh.." Sakit, kaki gue sakit. Entah kenapa tiba-tiba jadi sakit banget. "Bangsat..." bisikku kepada diriku sendiri.
"Nah, liat kan lo pincang. Sini gue bopong." Lengannya pun langsung mengangkat lenganku, membawa diri ini menuju suatu ruangan yang dipenuhi harum obat-obatan. Mana lagi kalau bukan UKS.

-UKS-

"Eh, Chris.. ada apa?" Tanya salah satu pegawai itu.
"Ini bu, temen saya ada yang bonyok." Dia pun meletakkanku di salah satu kasur di UKS.
"Mau ibu bantuin?"
"Gak usah, Christian aja yang obati." katanya sambil tersenyum.

"Eh, eh lo mau ngapain?" Tanya gue pada saat dia menyodorkan antiseptic kepada bekas luka gue.
"Gue mau ngobatin lo."
"Udah gue bilang, argh-" Gue meraung kesakitan saat, antiseptik itu mengenai bekas luka tonjokkan anak bajingan itu.
"Ini yang disebut baik-baik aja?" , "gue gak ada niatan buat ngebunuh lo." Katanya sambil meniup bekas luka gue itu. So sweet sih, tapi caranya cool banget.

Kemudian, gue melihat Chris dengan lihai memakai seluruh obat-obatan yang ada di UKS. Dia tau tentang semua obat, dan dimana letak mereka. Terbukti waktu dia segera menemukan, plester untuk menutup luka gue.

"Erghm, gue mau nanya. Lo kenapa kok bisa lihai banget?"
"Gue pernah ikut penyuluhan."
"Oh jadi kayak 'PMR' gitu?"
"Ya, semacam itu."
"B'rarti lo bisa nyembuhin banyak orang dong. Seru kalo gitu, gue s'lalu ngebayangin gimana nolongin orang banyak."
"Hmm.." , "kenapa lo nanya?"
"Ya gapapa, gue lihat lo udah terlatih banget. Kayak dokter ahli." Balasku dengan senyuman.
"Gue gak sehebat itu." Katanya sambil mengobati luka terakhirku. "Kamu boleh istirahat sekarang. Gue mau balik ke kelas, jangan macem-macem. Kaki lo masih belom sembuh total, nanti pulang sekolah gue yang anterin."
"Tapi, gu-"

Belom aja sempet ngomong, tu anak udah ngilang. Hmm.. Sempet kesel juga sama anak kayak gitu, misterius banget. Care sama kita, kalo baper dikirain terlalu alay. Kalo gak baper, dianya itu malah memperlakukan seperti kita adalah salah satu orang yang paling penting. Shit, gue ngomong apa sih.

**BadQuinn**_

BadQuinn [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang