Fucking Boyz

82 4 0
                                    

"halo nama gue-"
"Kalau ingin berbicara, biasakan memakai kata-kata 'saya' dibanding 'gue' atau 'aku'. Coba diulang lagi." Jawab Pria tersebut
"Halo, nama saya Queen. Gu-"
"Erghm, saya!"
"Saya berasal dari Australia,-"
"Yang jujur ngomongnya!" Cetusnya, "gak mungkin jauh-jauh ke sini, kalau kamu dari Australia."
"Emang bapak buta apa?! Liat rambut saya!" Kata gue sambil mengibas-ngibaskan rambut.
"Saya tau rambut kamu warna coklat, tapi gak berarti kamu 'Bule' kan?" Tanyanya, "bisa saja kamu mengecat rambut itu." Lanjutnya.
"Bodo amat!" Kataku sambil berpaling dan kembali duduk.

Gue ngelihat guru pria itu mengambil nafas dalam-dalam, dimana dalam situasi ini gue tau kalo gue itu such a jerk. Tapi bodo amat lah, ngomong sama dia bawaannya berantem!

Tebak gue dimana!

Gue berada di tempat dimana gue seharusnya tidak berada. Sekolah baru, guru baru yang tampang nyebelin, kelas baru, orang yang gak gue kenal, dan adek kelas bajingan. Apa ada yang lebih parah daripada ini semua?! Kalo ada, ya gue termasuk salah satu yang beruntung. pft

*break time*

Gue langsung mengambil bekal, dan Granny cuman membawakan roti lapis. Tanpa berpikir panjang, gue memutuskan untuk pergi ke taman deket sekolah itu. Lah, gue gak punya temen di sekolah ini mau gak mau harus makan sendiri.

"Berasa Jomblo, makan sendiri, duduk sendiri. Apa-apa sendiri" pikirku.

brukk..

damn, roti gue jatuh semua.
"Lo kalo jalan tiati dong! Pake mat-"
"Eh maaf, maafin gue.. gu-gu-e gaa-ak se-se-nga-aja.." katanya gemetaran sambil memungut roti yang jatuh tadi.
"Udah-udah gak usah dipungut lagi," kataku. "Lain kali kalao jalan jangan sambil baca buku! Untung gue yang lo tabrak, coba kalo anak-anak macem mereka." Gue menunjuk ke arah tempat anak Pak RW itu berkumpul. "Abis entar lo." Lanjut gue.
"Eh.. eh, iya-iya. Maafin gue ya," lanjutnya sambil memberikan roti yang jatuh itu.
"Buang aja itu," gue menyuruhnya untuk membuang di tong sampah.
"Erghm, ngomong-ngomong nama gue Aldo. Nama lo siapa? Murid baru ya?"

**BadQuinn**_

"Oh hai, Do.. Oh, lo nanya sama gue?" tanya gue meyakinkan dia.
"Erghm.." dehamnya sambil melihat sekitar, "ya jelas lah. Orang disini cuma ada gue sama lo. Mau siapa lagi yang gue tanya?" Jawabnya.
"Wah, iya yah. Gue gak nyadar, hehe maafin gue ya." Pekikku.
"Iyaa, gak apa-apa."
"Nama gue Queen, Queensia Bellemore." Kataku sambil mengulurkan tangan.
"Oh, queen. Lo kelas berapa? Ntar mau ngambil jurusan apa?" Tanyanya bersamaan.
"Erghm, yang pertama dulu ya gue jawab. Gue itu kelas X1, gue gak ngambil jurusan karna gue cuma 1 bulan disini." Jelasku.
"Oh, sayang ya cuma satu bulan. Gue kira lo bakal setahun penuh disini, lo baik sih." Senyumya, "oh ya ayo keliling sekolah yuk, mumpung istirahat."
"Oh iya. hehehe." Ini terasa sangat canggung.

Saat gue berjalan sama si Aldo, golongan anak Pak RW alias si Bunga itu ngelihatin gue sama Aldo dengan tatapan sinis.

Eh gila tu anak, ngapain ngeliat-liat orang. Pikirku dalam hati, sambil mempercepat langkahku. Tiba-tiba Aldo, mengerem langkahku.

"Kok cepet sih jalannya??" Tanyanya.
Gue cuman bisa menggeleng-gelengkan kepala. Tiba-tiba gue mendengar percakapan dibelakang punggung gue.

"Oh, ini ya kakak kelas kita yang banyak dipanggil Freak?" , "nama gue Bunga." Sambil dia mengulurkan tangannya, "erghm, si Freak ternyata udah punya temen ya?" Lanjutnya sambil berjalan dan melirikku. "Oh, si anak bule ternyata temennya." Pekiknya. "Masuk akal sih, sama-sama Freak -nya jadi masuk akal." Tertawalah dia bersama gerombolannya.

Gue mau gak mau harus menarik tangannya Aldo, ka'rna gue udah gak sanggup nahan emosi.

"Ayo, Do. Kita pergi." Kataku singkat, sambil menarik tangannya.
"Oh, gitu. Gak mau nyapa aku dulu?" Tanya anak songong itu.
"Gak Perlu!" cetusku.

Gue pun meninggalkan gerombolan mereka yang benar-benar cabe, dan berusaha untuk berjalan secepat mungkin. Namun, sekali lagi Aldo memberhentikan langkahku kembali.

"Lo kenapa, Queen? Lo jarang ya diejek-ejek sama orang?" Tanyanya polos, gue serentak bingung mau jawab apa.
"Bukan kok, gu-"
"Udahlah, gue paham kok. Lo kan anak cantik, manis, tinggi, perfect lah dalam artiannya." Lanjutnya lagi.
"Gue gak segitunya kali, Do. Gue itu cu-"
"Gue udah sering kali diperlakukan kayak gitu. Udah kebal mah gue." Jelasnya, "mau dipanggil anak tukang becak, anak penjual jamu, cakwe dan lain sebagainya. Udah biasa!" Tegasnya sambil tertawa.
"Ih, elu mah kok ketawa diejek orang?!" Tanyaku.
"Mau gue ceritain? Ayo sambil jalan." Jawabnya.

"Jadi, ibuk gue itu kerjaannya gak pasti. Kadang jualan jamu, makanan, atau pun gorengan. Gue juga sering ngebantuin nyokap,-"

Baru kali itu gue ngedengerin cerita orang, yang latar belakangnya berbeda jauh sama gue. Gue kira di dunia ini cuma ada orang yang seperti gue dan orang yang lebih kaya daripada gue. Gue akuin pikiran gue tertutup, namun sewaktu mendengar kisah si Aldo. Dia bisa membuka pikiran gue jadi lebih luas. Namun, sesuatu mengganggu cerita kami.

"Eh, elo anak cupu!" Kata laki-laki dengan suara yang rendah, "emak lo masak apa hari ini, beliin gue pisang goreng dong!" Bentaknya.

Gue cuma bisa menundukkan kepala, jelas-jelas gue baru masuk satu hari, dan mau membuat keributan. Gue mending milih ngalah.

"Oh ada cewek baru!!" Serunya, sambil bersiul-siul.
"Manis euy, anaknya. Namanya teh sapa, neng?" Tanya salah satu anak, sambil cubit pipiku.
"Gila lo!" kata gue serentak.
"Buset.. Galak banget, mau di-ademin neng?" Tawanya.
"Nama gue Rizqy." Kata salah satu dari mereka.
"Gue gak peduli." Jawabku singkat, "dan gue gak nanya!" tambahku.
"Nyali juga ni cewek, pacar lo?!" Sentaknya.
"Bu-bu-k-ka-" jawabnya terbatah-batah.
"Ah boong lo! Pake pelet ya" Kata anak yang bernama Rizqy sambil menyentak kepala Aldo.

"Eh, anak ini bener-bener gila! Minggir gak?! Gak usah gangguin gue sama Aldo!" Teriakku.
"Wah, ngajak congoran?!"
"Oh lo mau congoran sama gue?!!!" Tanyaku.
"Udah qui, udah cukup." bisik Aldo kepadaku.
"Gak bisa diginiin, Do. Anak-anak kayak mereka itu cuma sampah!" Tegasku sambil melirik salah satu anak yang sedari tadi diam dan berdiri dibelakang. Tatapannya terpaku padaku.

"Gue tunggu lo, ntar malem. Di belakang sekolah, lapangan!"

**BadQuinn**_

BadQuinn [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang