WANITA KUAT
setelah selesai menunaikan sholat aku berencana untuk lari pagi.
"pagi undaa" sapa gadis kecil di depanku dengan senyum sumringahnya.
"pagi Nami cantik.. mau ikut unda jalan pagi gak?" Nami mengangguk antusias.
Nami adalah salah satu semangatku untuk terus membuatnya tersenyum. Nami tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar. Dia mengerti keadaan sekelilingnya. Dia tidak pernah menuntut keluarga yang utuh.
"Nami jangan jauh-jauh dari unda sayang" panggilku saat dia berlari menjauh.
"undaaa ayookk.. Nami mau maen ayunan di taman" sejak umur 2 tahun memang Nami sudah aktif berjalan dan bicara, bahkan dia terkenal sangat cerewet. Hanya huruf R yang masih menjadi sampai sekarang.
"yaudah sini unda gendong aja, unda takut kamu jatoh sayang" akupun menggendongnya dan menciumi pipi gempalnya.
Sampailah kami di taman komplek, Nami berlari menuju ayunan kecil yang memang tersedia disini.
"mbakk" seseorang mengagetkanku.
"astagfirullah ku kira siapa La, kamu kok disini sejak kapan?"
"aku ngikutin mba sama Nami dari tadi.. hehe"
"aneh-aneh aja kamu ini Sella"
Akupun duduk di kursi taman yang tak jauh dari Nami bermain ayunan, suasana pagi yang segar.
"mba.. aku mau ngomong sesuatu sama mba" ucap sella sambil duduk di sampingku.
"ngomong yaa ngomong aja La" aku masih focus melihat Nami bermain sambil sesekali melihatku dan memamerkan senyuman manisnya padaku.
"emm.. aku mau kerja mba" ucapan sella yang membuatku bingung, selama ini dia tidak pernah keluar rumah selain kepasar itupun kalo tidak di temani aku ya di temani bu sujiatin.
Aku memang sangat hawatir tentang sella, karna kondisi psikologisnya bisa saja kembali terguncang.
Sella mempunyai kenangan kelam dengan banyak laki-laki. Sella anak tunggal ayah kandungnya sering memukulinya saat masih kecil sampai saat dia berumur 12tahun ayahnya meninggal dunia, lalu ibunya menikah lagi dengan seorang pemabuk, selang beberapa tahun ibunya juga meninggal karna sakit, setelah sella tinggal dengan ayah tirinya hidupnya hancur, dia di setubuhi dengan ayah tirinya sendiri bahkan sella di jual untuk menjadi pelacur, sampai dia mencintai seorang laki-laki yang telah menghamilinya dan berjanji akan menikahinya tapi laki-laki itu malah menghilang begitu saja, hal itu membuatnya sangat membenci laki-laki bahkan dulu setiap dia melihat laki-laki dia akan menangis meraung-raung. Sella menjalani perawatan saat hamil 4bulan, aku sendiri yang menangani kondisi psikisnya. Berkali-kali dia mencoba bunuh diri, karna memang aku tidak memberinya obat karna takut mempengaruhi janinnya. Sampai pada usia kandungannya 8bulan dia mampu berinteraksi seperti biasa. Namun sampai saat ini aku sangat membatasi ruang ligkupnya, karna takut kondisinya akan berubah lagi nantinya.
"mbaa.. kok malah bengong" Sella tetap tersenyum memandangku.
"mba masih gak setuju kamu keluar rumah La.. soal kebutuhan kamu sama Nami kamu gak usah hawatir, mba sanggup kok"
"bukan gitu mba.. aku kaya gak tau diri aja kalo numpang terus tanpa bantu apa-apa mba.. lagian Nami anak aku mba, aku pengen dia tumbuh dari jerih payah aku sebagai mamanya"
"jadi kamu udah gak nganggep aku kakak kamu lagi?"
"bukan gitu mba, aku pengen kita berjuang sama-sama untuk kebahagiaan kita semua mba..aku pengen bantu mba" kali ini tatapan sella menuju Nami, bibirnya mengulas senyum tulus."aku juga pengen tau kehidupan dunia seperti orang normal yang lain mba, aku pengen lepas dari bayangan masalalu aku"
"kondisi kamu gimana?" akhirnya aku mencoba untuk mengguncang sedikit emosinya.
Sella menghembuskan nafas berat. "aku akan berusaha sembuh mba" kini dia menatapku yakin. "seperti yang mba bilang.. aku gak akan sembuh tanpa kemauan dari diri aku sendiri" senyumnya kembali merekah.
"oke.. lalu Nami?"
"Nami mau aku masukin PAUD mba, pulang dari PAUD Nami di jemput bu Atin. Yang ngasih aku kerjaan juga bu Atin mba"
"jadi kamu kerja di Restaurantnya bu Sujatin?"
"iya mbaa" Sella tersenyum riang. "gimana mba? Mba bolehin kan?"
"yahh.. asal itu baik buat kamu sama Nami aku sih iya aja" tanpa di duga Sella memelukku.
"makasih yaa mbaa" ucapnya masih memelukku dengan erat.
"mungkin salah mba juga selalu ngurung kamu"
"Sella tau kok mba.. mba ngelakuin ini karna mba sayang sama sella, makasih yah mbaa"sella memelukku penuh sayang.
"mamaaa sama unda ngapain malah peluk-pelukan sih" suara lucu Nami membuat aku dan Sella tersentak.
"sini Nami mama peluk jugaa" Sella menghampiri puteri kecilnya lalu menggendong sambil memeluk erat tubuh mungil Nami.
"emm.. bau kecut banget sih anak mama, ayok kita pulang terus mandi"
"iihh mamaa.. Nami masih mau main"
"nanti main lagi sekarang mandi dulu princess"
"bukan plincess mama.. tapi snow white"
"iya deh frozen"
"mamaaaaa"
"kan sama-sama bersalju"
"tapi aku sukanya snow white"
"okee..okee Rapunzel"
"mama ngeselin"
"iihh belajar dari mana tuh ngomong ngeselin, iya deh snow whitenya mama yang cantik"
Pemandangan seperti ini yang selalu membuatku semakin ingin menemukan kebahagiaan sejati. Bersama seseorang. Seperti bunda yang menemukan ayah, Sella yang mempunyai Nami. Akupun ingin memiliki kebahagiaan milikku sendiri yang memang di takdirkan untukku.
Jujur saja umurku bukan lagi di katakana dewasa atau matang, tapi memang sudah sewajarnya aku menikah. Namun mungkin Allah benar-benar menyayangiku karna sampai saat ini jodohku masih di rahasiakan olehNya. Semoga saja jodohku kelak bisa membimbingku menuju syurga, hanya itu impianku.
"mbaa, kok ngelamun.. ayok pulang" Pangggil Sella mengagetkanku.
"ciee.. undaa pasti lagi ngelamunin pangelan yaa" kini giliran Nami yang menggodaku.
"ehh anak kecil iseng banget sih" aku menghampiri mereka dan mengambil alih menggendong Nami.
"beneran bau kecut ya La anak kita"
"iya mba.. kaya mangga muda di depan rumah"
"iihhhh... mama sama undaa tuh yang bauu aceemmm"
"iihh Cinderella marah"
"undaa aku itu snow white! Se-now wa-it!"
"siapa sih yang ngajarin ngomong bahasa inggris aneh gitu?"
"mamaaa"
"pantess"
"aku bener mba ngomongnya.. Cuma Nami aja ngomongnya di aneh-anehin"
"mamaa gak usah alesan deh"
"hahaha dasar bocahh"
.
.
.
TBC
Terima kasih yang udah baca. Jangan lupa voment-nya yaaa :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Humairaa [COMPLETE]
RomanceCinta. Aku sudah sangat lelah dengan kata itu, aku seperti muak berulang kali merasa cinta menjalin hubungan lalu terlalu mencintai dan akhirnya berakhir karna bosan. aku memang mudah bosan dengan yang di bilang pacaran. Sekarang aku benar-benar mua...