Bonus part (3)

4.4K 161 0
                                    

"Unda.. Juna juga mau sekolah kaya kak Nami" ucap Juna setelah melihat Nami berpamitan denganku dan pergi kesekolah dengan pak Eyes.

"Juna sekolahnya nanti kalo udah tinggi kaya kak Nami yaa.. Sekarang Juna mandi sama mba Yani yaa" jawabku lalu menyuruh Juna mandi dengan baby sister.

Karena perutku sudah makin membesar aku agak susah melakukan banyak hal. Bahkan tadi pagi aku kesusahan mencari sandal karena melihat kebawah terhalang perut.

Perutku saat hamil ke2 memang tampak lebih besar dari Juna dulu. Tapi kehamilanku ini tidak terlalu mual seperti Juna dulu sampai mau mbrojol masih mual.

Hamil juga harus dinikmati biar berkah. Aku merasa bahagia sekali dihidupku, punya keluarga yang bahagia saling menyayangi.

Meskipun kadang bertengkar dengan Drian. Yah, hanya bertengkar kecil karena sifat dinginnya. Tapi sekarang sudah mulai mencair sejak ada Nami dan Juna.

"bi.. Dina kemana? Kok gak keliatan?" tanyaku pada bibi asisten rumah tangga.

"mba Dina pagi-pagi tadi udah pergi Bu.. Katanya mau ke perpustakaan gitu"

"oh.. Yaudah.. Makasih ya Bi"

"Ibu gak mau sarapan dulu biar saya siapin"

"Nanti aja Bi.. Saya bangunin Drian dulu"

"iya Bu.."

Aku berjalan menuju kamarku dan Drian. Melihat Drian masih meringkuk dikasur setelah sholat subuh tadi.

Semalam dia tidak tidur, entah mengerjakan apa didepan leptop katanya penting.

Aku sebenarnya tidak tega membangunkan nya.

Tapi.. Apa dia tidak kerja.

"Sayang.. Bangun.. Udah pagi" aku duduk di kasur samping Drian tidur dan menggoyangkan tubuh Drian.

"jam berapa Sayang?" tanya Drian masih dengan memejamkan mata dan melingkarkan tangannya diperutku.

"jam 9" jawabku

"aku berangkat siang sayang jam 12 bangunin aku yaa nanti"

"yaudah nnti lanjut tidurnya.. Sekarang sarapan dulu"

"aku belum laper sayang"

"yaudah lepasin, aku mau sarapan"

"nanti aja sarapannya.. Aku masih pengen peluk kamu"Drian merebahkan aku pelan.

"aku laper Dri"

"nanti sayang"Drian malah memelukku erat.

"anakmu laper nih dalem perut"

"Hay anak cantikku.. Tunggu sebentar yaa.. Yayah masih kangen Unda" Drian mengelus perutku.

Aku tersenyum karena sikap Drian.

"sayang kenapa tanganku sekarang sulit memelukmu?"

Aku mengerutkan dahi. "maksudmu?"

"kamu naik berapa kilo sayang?"

"kamu mau bilang aku gendut gitu?"

"kamu seksi sayang.. Aku makin jatuh cinta"

"halah gombal"

"beneran deh.. Yuk"

"Yuk apa?"

"aku pengen ketemu sicantik diperut"

"apaan sih masih pagi tau"

"suasana mendukung sayang.. Lagi mendung" Drian membuka cardigan yang kupakai.

"Drii.. Serius?"

"suruh siapa kamu menggoda?"

"aku gak ngapa-ngapain padahal"

"udah diem sayang"

Pagi itupun juga penuh cinta Drian dan Humairaa.

.
.
.
.
.

Dina pov

Setelah sembuh 3tahun lalu aku memutuskan untuk hidup seperti orang lain.

Aku kuliah dan sekarang sedang mengerjakan skripsi. Sebenarnya cukup terlambat di usia 30tahun aku skripsi. Tapi yasudahlah, aku hanya ingin merasakan kulaih seperti orang lain.

Aku ingin segera lulus dan bekerja.

"pagi-pagi udah nongkrong disini" ucap seseorang mengagetkanku.

Dan ternyata Arza, salah satu lelaki hebat dalam hidupku, selalu sabar dengan moodku yang sering berubah, dan selalu mengerti yang aku inginkan.

"Haii" sapaku.

"cup.." Arza mengecup kepalaku.

"kamu gak praktek?" tanyaku karena dia tidak berpakaian formal seperti biasa.

"lagi pengen nemenin kamu" Arza selalu manis dan sempurna untukku.

Entahlah kenapa dia bisa bercerai dengan dirinya yang sempurna ini.

Arza cerita dia pacaran sama mantan istrinya sejak SMA selama 9 tahun. Dan sebelum Arza lulus jadi psikiater pacar Arza ingin menikah. Setelah 2tahun menikah, mereka bercerai karena Arza sibuk saat itu jarang pulang bahkan saat praktek dirumah sakit.

Mantan istrinya mungkin kesepian dan memutuskan untuk bercerai. Selama 2tahun pernikahan mereka dikaruniai anak perempuan. Sekarang usianya 11 tahun. Kami sering bertemu kalau Arza mengajakku mengunjunginya.

Namanya Allisa, anaknya cantik dan pintar seperti Arza. Juga tidak menganggapku jahat seperti calon ibu tiri di sinetron.

Umurku dan Arza beda 8tahun. Dia berusia 38tahun. Arza melamarku 3tahun lalu. Tapi aku kembali berfikir, aku tidak ingin buru-buru mengikat diriku dengan pernikahan. Dan Arza mengerti. Dia juga masih ingin mengenalku lebih jauh, agar pernikahannya tidak kembali gagal.

"aku pusing" keluhku

"cari udara seger dulu yuk.. Dari pada setres"

"kemana?"

"ikut aja"

Aku membereskan barangku lalu mengikuti Arza menuju mobilnya.

.
.
.
.
.
.

Selamat datang kembali dalam kisah Humairaa dan Drian :)
Jangan bosan yaa.. Aku juga mutar-mutar otak lagi nih untuk bonus part berikutnya.. Hehe

Jadi gak ada yang nanya nih kenapa aku bikin bonus part??? :D

Duhh ngarep ditanya aku.. Wkwkwk

Yaudah kalo gak mau tanya.. Aku tidur aja.. Hehe
Semoga gak mager yaa untuk lanjutin bonus berikutnya hehe

Humairaa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang