cont...

83 4 2
                                    

"Keyyara"
Ia nampak terkejut saat membalik badan setelah membayar belanjaannya di kasir. Aku belum sempat kabur saat melihatnya beberapa detik yang lalu. Lebih tepatnya tubuhku tidak mensupport untuk kabur.
Aku tak menjawab. Lidahku kelu saat tatapnya yang tajam jatuh tepat di bola mataku. Jatungku serasa berdetak lebih cepat.  Buru-buru ku buang muka.

"Apa kabar Key?"
Dia tepat di depanku sekarang. Bagaimana ini? Aku bahkan tak berani Menatap Elang. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang. Elang hanya menggenggam erat tanganku. Tatapan laki-laki di depanku ini kini pindah dari mata ke tanganku yang terperangkap dalam genggaman Elang.

"Sayang, kamu baik-baik saja?"
Selembut apapun Elang mengucapkan, pertanyaannya tetap terdengar menuntut penjelasan.

"It's ok, but i want to go home now" jawabku seraya menarik tangan Elang. Buku yang tadi ingin ku beli  ku tinggal begitu saja di sembarangan rak yang ku lewati.

Sejujurnya, aku menghindar bukan karena takut. Bukan karena laki-laki itu adalah luka lama yang masih menggores di hatiku, lalu aku tak sanggup menghadapinya. Sungguh, bukan karena itu.

Aku sudah melangkah cukup jauh. Untuk ukuran meninggalkan mama dan papa, kurasa ini sudah terlalu jauh.
Bagiku ini sudah cukup, aku tidak akan membiarkannya membuat hal menjadi lebih rumit. Aku tidak akan membiarkannya mengusik hidupku lagi. Aku tidak mau dia melihat mataku. Aku tidak mau dia melihat sesuatu di sana, sesuatu yang ingin ku sembunyikan seumur hidupku yang tersisa.

"Dek, apa kamu baik-baik saja?"
Tanya Elang ketika kami sudah di motor. Ia menjalankan motornya pelan sekali.
"Aku sudah terlihat tidak baik-baik saja bang. Percuma kalau berbohongkan?"
Jawabku apa adanya.

"Aku tidak akan bertanya apapun yang akan membuat kamu tidak nyaman. Kamu bisa bercerita sendiri jika sudah siap. Kamu mengerti kan maksudku?"
Aku hanya mengangguk lemah.

Kamu sudah salah paham bang, aku juga akan begitu jika di posisimu. Semua ini tidak sesederhana yang kamu fikirkan. Tapi aku memang belum siap bercerita. Maaf membuatmu risau. Lirihku dalam hati.

Sesampai di kosan aku langsung pamit dan menyalami Elang. Laki-laki itu sama sekali tidak protes ketika aku tidak menawarinya untuk mampir. Mungkin ia kecewa dengan batalnya rencana kami untuk menghabiskan hari libur bersama. Tetapi Elang, ia adalah laki-laki yang pandai sekali menyembunyikan hal-hal seperti itu.

Selama ini, tiap aku keluar menjadi pribadi yang mengesalkan, entah karena hal apa, maka Elang akan tampil menjadi laki-laki dewasa yang bijaksana.
Itulah kenapa aku nyaman bersamanya.
****

Malam terasa sunyi sekali. Meski suara takbir masih mengalun indah di udara Jakarta. Aku berdiri di teras kamar memandangi langit yang jarang sekali berbintang.

Bumi. Ia membiarkan siapa saja untuk datang padanya. Memilih sendiri tempat ternyaman dalam dirinya. Memutuskan untuk menyukai atau membenci.

Bumi. Ia tidak pernah menolak untuk di datangi. Tidak pernah menjauh untuk di dekati. Menoleh untuk siapa saja yang menyapa.

Bumi. Laki-laki itu bernama Bumi.

"Mamak memintamu untuk Bumi Key."
"Dia akan pulang dari London minggu depan. Mamak ingin kalian bertunangan."
"Key, Bumi akan membawamu tinggal di London"
"Key, di minang, perempuanlah yang harus meminang."
"Keyyara, saya Bumi. Ini kekasih saya Jenny."

Potongan-potongan masa lalu itu memenuhi memory paling rahasia di diriku. Sekian lama aku menguburnya dalam-dalam. Pertemuan tadi siang menyingkapnya begitu saja.

Lupakan dia Key, lupakan pertemuan tadi siang. Bersikaplah biasa Key, seperti tidak terjadi apa-apa. Lupakan Key. Lupakan Key. Lupakan.
Berkali-kali aku mengsugesti diri sendiri. Berharap bayangan yang sangat nyata itu hanya numpang lewat di ingatanku.

Terlambat. Jakarta tidak akan sama lagi ke depannya. Dia di kota ini. Apa yang bisa ku sesalkan? Dia berhak dimanapun dia suka.

Aku bisa saja pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi Bumi, laki-laki itu cukup terkenal dengan ke nekatannya. Tidak akan butuh waktu lama baginya untuk menemukan aku lagi. Dia tidak datang untuk liburan, tidak untuk dinas kantor. Dia datang mencariku. Aku yakin sekali. Dia tidak akan membiarkanku tenang. Setidaknya tidak hingga aku gila.

*Pliss..coment and vote ya.. Biar semangat nerusinnya.. :)

Sekotak Kecil RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang