Hanbin x Sana

588 42 6
                                    

Buat Hanbin, Sana yang paling sabar, lucu, dan berisik. Buat Sana, Hanbin yang paling pengertian, baik, dan penyayang. Biarpun Hanbin sering ngaret dan lupa janji sedangkan Sana sering ngambek dan banyak maunya, mereka tetap saling sayang.

Hanbin baru aja sampe di gedung flat tempat tinggalnya dan buru-buru naik lift agar cepet masuk flat. Dari tadi ia menghabiskan waktunya berteduh di halte bus, sempit-sempitan sama yang lainnya karena Seoul diguyur air hujan kurang lebih dua jam. Ga ada pilihan lain buat Hanbin yang pengendara motor.

Tapi begitu sampe di depan pintu flatnya, Hanbin kaget sampe melotot.

"SANA?!"

Iya, Minatozaki Sana, pacar Kim Hanbin tersayang itu sedang duduk meringkuk di depan pintu flat Hanbin dalam keadaan basah kuyup dan menggigil.

Otomatis Hanbin jongkok ngecek keadaan Sana yang sekarang tutup mata dan diem aja.

"Sayang? Kok kamu ujan-ujanan?! Astaga, sampe panas badan kamu ini! Ayo masuk.. ehㅡ"

Hanbin yang lagi nempelin tangan di kening Sana langsung terdorong.

Di dorong lebih tepatnya.

Sana akhirnya buka mata, natap Hanbin daleeeeeeeeem banget. Sorot matanya itu loh; ada kilat marah, kesel, pengen maki, pengen bunuh Hanbin, semua jadi satu.

Dan yang di tatap?

Aduh matanya ngeri bener

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aduh matanya ngeri bener

Salah gue apaan?

Lah khawatir salah apa yak?

Ini kenapa dah?

Sana masukin tangannya di saku jaket Hanbin buat ngambil kunci flat dan berdiri buat buka pintu. Mau ga mau yang punya flat ikut berdiri.

"Kamu kenapa yang?" tanya Hanbin agak was-was.

"Naik ke atap gedung gih, Bin," kata Sana datar sambil masuk rumah. Hanbin ngintilin dari belakang.

"Ngapain? Kamu jemur sesuatu?"

"Kamu terjun dari sana. Biar mati."

Jleb.

Ga bener ini.

Sana ngambek.

Tapi pertanyaannya, salah Hanbin apa?

Sana yang biasanya bawel dan ngajak Hanbin ngomooooooooong terus sekarang diem aja. Hanbin tau banget ini Sana lagi marah plus ngambek, tapi dia gatau musti gimana.

Ya iyalah orang tau salah apaan aja engga?

"Marah ama aku ya, yang?" tanya Hanbin lagi, masih mencoba peruntungan.

"Pikir sendiri."

Mampus.

Sana masuk kamar Hanbin buat ngambil kaos sama celana pendek pacarnya dan jalan ke kamar mandi.

Hanbin langsung dapet ide.

Sebelum Sana masuk, Hanbin udah duluan ke kamar mandi.

"Bentar ya yang, aku nyalain water heater duluㅡ" dia nengok sebentar buat ngeliatin Sana yang berdiri di depan pintu dengan wajah datar, "ㅡmau mandi air hangat kan?"

Dan Sana ngangguk sebagai jawaban.

Hanbin senyum lalu lanjut nyalain air hangat buat nona Minatozaki. Sana udah nganggukin kepala menanggapi pertanyaannya, artinya ada peluang buat dia bujukin Sana untuk maafin dia.

Walaupun dia sendiri masih gatau apa salahnya.

Hanbin pun buru-buru ganti baju, masak air buat bikinin coklat panas untuk Sana dan dirinya, lalu ngambil handuk kecil dan duduk di atas senderan sofa seraya nungguin Sana selesai mandi. Menurut prediksinya, sang kekasih pasti keramas.

Dan benar saja, Sana keluar dengan rambut basah serta terlihat tenggelam dengan pakaian Hanbin yang kegedean di tubuh mungilnya.

"Sini aku keringin rambutnya," ujar Hanbin dengan senyum manis.

Sana manut, dia berjalan dan duduk di Sofa, di antara kaki Hanbin. Tangan Hanbin dengan cekatan mengeringkan rambut basah Sana memakai handuk kecil.

"Diminum cokelatnya, sayang, biar ga masuk angin."

Lagi-lagi Sana manut.

Hanbin udah lega banget, tinggal sedikit lagi langkah yang harus dia ambil dan Sana yang bawel akan kembali. Biarpun Hanbin kadang pengen nutup mulut Sana yang kebanyakan nyerocos, tapi dia lebih suka Sana ngomong daripada diem begini.

Auranya itu loh, mengintimidasi banget.

"Maafin aku ya," ucap Hanbin pelan, masih ngeringin rambut Sana.

Sana ㅡyang menggenggam cangkir agar hangatㅡ ga geming. "Emang kamu salah apa?"

"Gatau....."

"Mati aja gih, Bin."

"Sayaaaaang~" Tangan Hanbin berhenti ngeringin rambut Sana, sekarang ia memeluk Sana erat-erat tepat di bahunya dan menyandarkan dagu di situ. "Maafin aku ya......"

Sana menghela napas panjang lalu meletakan cangkir di meja. Ingin rasanya nyiram Hanbin pake coklat hangat tapi kalau udah begini, Sana bisa apa selain luluh.

"Kamu inget ga aku minta di jemput di halte bus depan kampus?" tanya Sana tenang.

Mata Hanbin langsung membesar pas inget.

Sumpah, dia beneran pengen terjun dari atap gedung.

"Yangㅡ"

"Apa? Lupa kan? Kamu tuh kebiasaan tau ga sih, Bin! Tiap kali di minta tolongin lupa, kalo ga lupa berarti datengnya ngaret, aku tuh capek tau nunggu kamu! Aku basah kuyup juga karena nerobos ujan biar bisa cepet ke flat kamu tapi kamunya ga ada. Beneran lupa aku, kan? Inget yang lain tapi aku ga diinget, kan?!"

"Bukan gitu, yang... tadi tuh aku ke rumah Bobby hyung terus di ajak ngobrol sampe lupaㅡ"

"Iya berarti lupa aku, kan?! Aku capek nunggu-nungguin kamu terus, Bin! Aku iri sama Momo yang kalo pulang kuliah selalu ditungguin Ka Jinhwan, ga pernah telat dijemput. Kamu bahkan juga tetep telat kalo kita kencan. Capek aku, Bin! Capek! Kamu tau ga sih?!"

Hanbin segera mengeratkan pelukannya pada Sana dan mengecup lembut pipi gadis itu. "Maaf, Sana..."

Sana lagi-lagi menghela nafas.

"Lain kali kalo kamu telat, aku minta tolong Wonwoo ajalah buat jemput."

"Ya jangan lah! Masa Wonwoo?!"

"Mending sama Wonwoo ajalah, pasti ga ngaret, baik lagi. Ga bakal dilupain akunya. Ga capek."

Hanbin membuat Sana menoleh ke arahnya dengan lembut sebelum memberikan ciuman di bibir cherry gadis itu.

Sana hanya diam, tapi tidak lama sampai ia membalas ciuman Hanbin.

Mereka hanya berbagi sedikit kehangatan.

Dengan lembut.

Dengan romantis.

"Aku sayang kamu," ucap Hanbin begitu menyudahi kontak mereka. Matanya menatap Sana serius, sama sekali tidak main-main.

"Aku juga sayang kamu," balas Sana, kali ini dengan senyuman tipis. Hanbin ikut tersenyum.

Relationship GoalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang