"Tangkap, tangkap! Maling, maling!!!" Di malam yang gelap gulita itu terpecahlah kesunyian oleh suara teriakan-teriakan di atas dan di bawah rumah gedung Thio Wan-gwe (hartawan Thio).
Sesosok bayangan hitam melayang ke atas genteng dengan gerakan yang luar biasa gesitnya. Bayangan ini bertubuh sedang dan agak tinggi kurus, pakaiannya serba hitam dan pada mukanya terdapat kedok terbuat daripada saputangan sutera hitam yang menutup bagian muka dari bawah mata ke bawah. Matanya yang tidak tertutup mengeluarkan sinar tajam, melirik ke sana ke mari. Di punggungnya nampak gagang sebuah pedang. Dan pada saat itu ia menggendong dua buah kantong kain yang besar dan berat.
"Tangkap! Tangkap maling!!" Terdengar lagi teriakan dan beberapa orang penjaga gedung Thio Wan-gwe yang memiliki kepandaian silat tinggi mengejar ke atas genteng dengan pedang atau golok di tangan.
Akan tetapi, baru saja mereka menginjak genteng, maling itu telah mendahului menyerang dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk memegang dua kantong besar yang digendongnya di pundak. Gerakannya cepat dan tak terduga hingga seorang penjaga kena hantam dadanya hingga roboh di atas genteng, menyebabkan beberapa buah genteng pecah dan menerbitkan suara hiruk-pikuk. Kawan-kawannya yang berjumlah lima orang segera mengepung, akan tetapi sebelum mereka dapat menggunakan senjata untuk menyerang, maling yang berkepandaian tinggi itu telah melompat ke atas wuwungan.
Dua orang penjaga cepat mengeluarkan senjata piauw, lalu menggerakkan tangan mereka. Empat batang piauw menyambar ke arah punggung maling yang melarikan diri itu. Akan tetapi sungguh mengagumkan, tanpa menoleh lagi, bagaikan di punggungnya terdapat mata yang melihat datangnya senjata-senjata rahasia itu, si maling mengelak ke samping dan ketika sebatang piauw menyambar dekat, ia gerakkan tangan kanannya menangkap piauw itu tanpa melihat! Betapa tinggi ilmu silatnya, serta ketajaman pendengarannya!
Sebatang piauw menyambar lagi dan kini maling itu memperlihatkan kepandaiannya yang benar-benar hebat. Ia ayunkan piauw dari tangannya, yakni piauw yang ditangkapnya tadi ke arah piauw yang melayang ke arah dirinya hingga kedua batang senjata rahasia itu saling berbenturan dan jatuh di atas genteng!
Sebelum para penjaga itu dapat menyerang lagi, si maling yang hebat ini telah dapat melompat jauh dan menghilang dalam gelap! Para penjaga masih mencoba untuk mengejar dan mencari-cari, tetapi malam sangat gelap hingga tak mungkin mereka dapat mengejar seorang maling yang memiliki kepandaian demikian tinggi itu. Terpaksa mereka kembali ke gedung Thio Wan-gwe dan mendapatkan hartawan itu masih berdiri gemetar di dalam kamarnya sambil memandang ke arah sebuah lukisan di atas dinding.
Lukisan itu adalah lukisan sebuah pedang tajam dan dibuat dengan tinta hitam dan dilukis mempergunakan jari telunjuk saja. Biarpun demikian, namun pedang itu nampak indah hingga mudah difahami bahwa pelukisnya mencoba untuk melukis sebuah pedang putih, baik gagang maupun pedangnya. Inilah tanda dari Gim-kiam Gi-to, si Maling Budiman Berpedang Perak! Tanda ini sudah banyak dikenal orang terutama golongan orang-orang hartawan yang banyak menumpuk harta benda.
Yang paling mengherankan adalah tempat di mana maling itu menggambar, yakni di dinding sebelah atas yang tingginya tidak kurang daripada dua tombak! Orang-orang biasa takkan dapat menduga bagaimana orang dapat melukis di tempat setinggi itu tanpa mempergunakan tangga atau alat pemanjat lain, akan tetapi seorang ahli silat tinggi akan dapat mengerti dan mengagumi bahwa orang yang melukisnya tentu memiliki kepandaian Pek-houw-yu-chong (Cecak Bermain di Tembok). Dengan ilmu kepandaian ini, si pelukis dapat merayap di tembok seperti seekor cecak! Dan ilmu kepandaian ini hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli lweekeh yang memiliki lweekang dan khikang tinggi!
Melihat tanda gambar ini, para penjaga gedung Thio Wan-gwe diam-diam bersyukur karena pencuri yang sangat terkenal itu tidak melakukan kekejaman kepada mereka dan yang kena dirobohkannya hanya seorang saja, itupun tak sampai mendapat luka parah. Baru mereka percaya bahwa pencuri itu terkenal sebagai Maling Budiman yang jarang sekali mau melukai orang, kecuali kalau terpaksa sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maling Budiman Berpedang Perak (Gin Kiam Gi To) - ASKPH
Ficção GeralSiok Lan teringat dan wajahnya berseri. Ia tidak merasa malu lagi setelah mendengar Tan Hong bicara kepadanya. Ia lalu mengangkat muka memandang kepada ayahnya dan Ong Kai dan berkata, "Ayah, sebelum aku menyatakan pesan keluarga Lai, terlebih dulu...