"Bangsat penculik hina dina!" Dengan gemas Ong Kai menyerang ke arah leher penjahat itu. Terkejutlah penjahat itu dan cepat ia berkelit. Akan tetapi oleh karena ia sedang memondong tubuh gadis itu, gerakannya tidak leluasa lagi dan terpaksa melepaskan tubuh gadis itu.
Ong Kai cepat menyambar tubuh orang yang dilepas ke bawah dan secepat kilat ia menepuk pundak gadis tadi yang lalu dapat bergerak kembali.
Gadis ini lalu berteriak-teriak minta tolong dan mundur sampai ke dinding, melihat pertempuran yang terjadi antara penjahat yang menculiknya dan penolong yang gagah ini. Ong Kai melayani penjahat dengan bertangan kosong, sedangkan penjahat itu yang ternyata masih muda, menggunakan goloknya untuk menyerang penghalang dan pengganggunya.
Sementara itu, teriakan gadis tadi telah membangunkan penghuni rumah dan beberapa orang, termasuk ayah ibu gadis tadi, berlari keluar. Akan tetapi mereka hanya dapat memeluk anak gadis mereka dan selanjutnya menonton pertempuran itu dengan wajah pucat ketakutan.
Penjahat yang telah kepergok itu lalu berlaku nekad dan mengamuk sambil memutarmutarkan goloknya menyerang dengan nekad. Ong Kai berlaku waspada dan hati-hati. Tubuhnya bergerak ke sana ke mari dalam usahanya mengelakkan serangan golok, dan sengaja mempermainkan penjahat itu.
Gadis yang hampir terculik itu beserta kedua orang tuanya dan beberapa orang pelayan, melihat pertempuran dengan mata terbelalak. Selama hidup mereka belum pernah melihat pertempuran sehebat ini dan diam-diam mereka kagum sekali melihat betapa penolong yang tinggi besar dan gagah itu melayani penjahat yang memegang golok dengan tangan kosong belaka!
"In-kong (tuan penolong), pergunakanlah pedangmu!" tiba-tiba gadis itu berteriak kepada Ong Kai. Suaranya merdu dan nyaring hingga Ong Kai tersenyum sambil berpaling kepadanya. Ketika kedua matanya memandang wajah gadis itu, ia tercengang dan dadanya berdebar aneh! Gadis itu memiliki sepasang mata dan mulut semanis mendiang tunangannya! Maka ketika teringat akan tunangannya yang juga tewas karena terculik penjahat-penjahat cabul, timbul marahnya dengan hebat. Dengan menggeram, ketika golok penjahat itu menyerang lagi, ia membalas dengan sebuah tendangan kilat hingga golok itu terlepas dari pegangan si penjahat dan sebelum penjahat itu sempat melarikan diri, sebuah pukulan mampir di pundaknya membuat penjahat itu roboh pingsan!
"Ikat ia, lekas! Ikat dan bawa ke kantor tihu!" Ayah gadis itu memerintah kepada para pelayannya yang segera berlari-lari mencari tambang besar dan beramai-ramai mengikat tangan penjahat itu yang tak dapat bergerak lagi!
Gadis itu lalu menghampiri Ong Kai dan menjatuhkan diri berlutut di depan pemuda ini sambil berkata, "In-kong, budimu sungguh besar dan selama hidupku aku takkan melupakan pertolonganmu ini."
Ong Kai menjadi bingung, Untuk mengangkat bangun ia harus menyentuh pundak gadis itu dan hal ini tak dapat dilakukannya, takut dianggap kurang sopan. Maka dalam bingungnya, iapun lalu berlutut di depan gadis itu sambil berkata, "Siocia! Janganlah kau berlutut kepadaku. Aku takkan berdiri sebelum kau bangun juga."
Gadis itu memandang dengan mata yang bening dan bersinar jujur. Ia makin kagum melihat wajah Ong Kai yang walaupun berkulit hitam akan tetapi cukup gagah. Melihat betapa penolongnya itupun ikut berlutut, ia tersenyum lalu bangun berdiri. Juga kedua orang tuanya lalu menjura dan menghaturkan terima kasih kepada Ong Kai.
"Siapa nama in-kong dan bagaimana dapat melihat penjahat itu?" tanya ayah si gadis yang memandang dengan kagum.
Bingung juga Ong Kai mendengar pertanyaan ini. Ia datang ke situ memang sengaja dan dengan maksud hendak mencuri harta orang yang bertanya kepadanya!
"Siauwte hanya kebetulan saja bertemu dengan penjahat itu dan menjadi curiga melihat gerak-geriknya, maka siauwte lalu mengejarnya dan mengintainya." Walaupun jawaban ini kurang jelas, akan tetapi ia rasa tidak menyimpang dari kebenaran, oleh karena memang secara kebetulan ia bertemu dengan penjahat itu dan memang ia merasa curiga lalu mengintainya! Kemudian ia melanjutkan jawabannya, "Siauwte she Ong bernama Kai dan siauwte sedang merantau bersama-sama dengan seorang sumoi dan seorang suheng yang tinggal di rumah penginapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maling Budiman Berpedang Perak (Gin Kiam Gi To) - ASKPH
Fiksi UmumSiok Lan teringat dan wajahnya berseri. Ia tidak merasa malu lagi setelah mendengar Tan Hong bicara kepadanya. Ia lalu mengangkat muka memandang kepada ayahnya dan Ong Kai dan berkata, "Ayah, sebelum aku menyatakan pesan keluarga Lai, terlebih dulu...