Bab. 6 : Menumpas Pengkhianat (TAMAT)

1.6K 35 4
                                    

Lo Cin Ki dan ketiga anak muda itu mematuhi perintah ini, maka mereka lalu menggali dua lubang dan mengubur dua jenazah itu baik-baik.

Kemudian, setelah penguburan itu selesai, Cin Cin Tojin berkata kepada Tan Hong dan Siok Lan, "Tan Hong, dan kau Siok Lan, aku dan sute telah membuat persetujuan dan rasanya tidak ada salahnya apabila pinto memberitahu kalian di sini juga, oleh karena sifat orang-orang ksatria tak perlu malu-malu membicarakan urusan yang baik. Ketahuilah, kami berdua orang tua telah bermufakat untuk menyandingkan kalian sebagai suami isteri."

Baik Tan Hong maupun Siok Lan ketika mendengar pernyataan yang demikian terus terang dan tanpa tedeng aling-aling ini keduanya menunduk, tanpa berani mengangkat muka, bahkan sedikitpun tak berani berkutik!

Untuk sesaat keadaan menjadi sunyi, dan tiba-tiba Cin Cin Tojin tertawa senang. "Tan Hong, bukankah kau seorang laki-laki? Jawablah, bagaimana pendirianmu?"

"Suhu yang mulia, teecu adalah seorang yang tidak mempunyai sanak famili yang patut ditaati dan dijunjung tinggi selain suhu seorang. Maka, mengenai diri teecu, mati atau hidup teecu serahkan seluruhnya kepada suhu." Suara Tan Hong terdengar mengharukan ketika ia mengucapkan kata-kata ini oleh karena pemuda itu teringat akan keadaan dirinya yang sebatang kara.

Cin Cin Tojin memandang ke arah muridnya dan melihat pakaian Tan Hong yang penuh tambalan serta keadaan tubuh pemuda itu yang kurus, ia merasa amat kasihan. "Tan Hong muridku, biarpun pinto maklum akan ketulusan dan kebaktian hatimu terhadap gurumu, akan tetapi pinto sekali-kali tidak akan memaksa atau memerintahkan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak hatimu sendiri. Apalagi dalam soal perjodohan, karena bukan pinto yang akan menjalani, akan tetapi kau sendiri. Maka sebelum mendapat jawabanmu yang menyatakan setuju, pinto takkan merasa puas."

Tan Hong mengerti bahwa kata-kata suhunya ini bukan dimuksudkan untuk menggodanya, akan tetapi desakan ini berdasarkan rasa kasih sayang yang timbul dari keinginan hati orang tua itu untuk melihat ia berbahagia. Maka biarpun ia menjadi makin malu dan menundukkan mukanya makin dalam, ia menjawab juga, "Suhu, kalau suhu menghendaki ... baiklah, teecu setuju dan teecu merasa amat bangga oleh karena diri teecu yang tidak berharga ini mendapat perhatian dari susiok. Tak lain teecu hanya menghaturkan beribu terima kasih!"

Terdengar Lo Cin Ki dan Cin Cin Tojin tertawa puas dan senang, "Bagus, Tan Hong, demikian seharusnya sikap seorang ksatria, jujur dan terus terang, tak usah malu-malu lagi," kata Lo Cln Ki.

"Dalam hal perjodohan tak perlu memandang keadaan calon menantu, yakni maksudku keadaan kekayaannya. Yang terpenting adalah keadaan batinnya. Eh, Siok Lan bagaimana dengan kau? Setujukah kau? Seperti juga Cin Cin suheng, ayahmu inipun tidak mau mempergunakan hak sebagai seorang ayah untuk memaksa anaknya. JawabJah, setujukah kau?"

Siok Lan adaJah seorang wanita, maka daJam hal ini tentu saja amat berat baginya untuk menjawab. Biarpun di dalam hati ia merasa girang dan setuju, akan tetapi mulutnya tak sanggup menyatakannya. la hanya menunduk dengan muka merah dan menggunakan jari telunjuknya untuk menggurat-gurat tanah. Sampai lama keadaan menjadi sunyi oleh karena semua orang menanti jawaban Siok Lan yang tak kunjung keluar.

Tiba-tiba Ong Kai teringat akan godaan kedua orang muda itu dulu ketika terjadi peristiwa di rumah keluarga Lai, tertawa dan ingin membalas godaan mereka. "Suhu," katanya sambil tersenyum, "sudah tentu saja sumoi setuju sekali! Hal ini kiranya tak perlu dijelaskan lagi, bukankah begitu, sumoi?"

Siok Lan menggerakkan kepalanya dan memandang kepada Ong Kai dengan marah. Tapi Ong Kai tersenyum saja dan mengedip-ngedipkan mata seperti hendak menyatakan bahwa mereka telah "tahu sama tahu!" Melihat hal ini, Lo Cin Ki dan Cin Cin Tojin tertawa bergelak-gelak.

"Lanji, kalau kau tidak setuju dengan pendapat Ong Kai, katakanlah!" Akan tetapi ia diam saja tanpa berani berkutik. Tan Hong merasa kasihan sekali kepada "tunangannya" dan tiba-tiba ia teringat sesuatu, maka untuk membantu Siok Lan, ia lalu berkata kepada gadis itu dengan suara perlahan, "Sumoi, dulu kau berjanji akan menceritakan sesuatu mengenai keluarga Lai setelah kita berhasil menunaikan pembalasan dendam kita."

Maling Budiman Berpedang Perak (Gin Kiam Gi To) - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang