Chapter 7

2.3K 149 6
                                    

"Uchiha-san" Itachi menghentikan langkahnya. Membalikkan badan, lalu menatap pria paruh baya berkacamata, dengan halis mengerut penuh tanya.
"Ya, sensei?" tanyanya, sopan.

"Sudah mau pulang ya?" tanya pria yang menjabat sebagai guru olah raga itu. Itachi mengangguk meng-iya-kan. "Saya minta bantuan sebentar, bisa?"

Itachi terlihat ragu untuk meng-iya-kan permintaan dosennya itu. Namun, ketika melihat tatapan memohon itu, membuatnya tidak tega, dan memilih menghilangkan ego-nya.

"Bisa, Sensei" sahutnya, membuat pria tersebut menghela nafas lega.

"Tolong masukkan bola-bola ini ke ruang peralatan olahraga dibelakang. Sepertinya mereka lupa merapihkan kembali" katanya, mengeluhkan perilaku jorok anak didiknya.
Menganggukkan kepalanya, setelah dosen itu pamit undur diri. Itachi mengedarkan pandangannya menatap beberapa bola basket, yang tergeletak berantakan dilantai.
Itachi sedikit berdecak sebal, mengingat kedua saudara sintingnya yang pulang duluan. Jika saja ia tidak lupa membawa tugas dosen killer-nya, ia tidak akan mendapatkan waktu tambahan sebagai hukumannya. Butuh dua jam lamanya, Itachi harus terkurung didalam kelas, dengan setumpuk soal-soal memusingkan. Dan ketika ia sudah terbebas dari jerat rumus-rumus itu, sekarang ia harus kembali meluangkan waktunya untuk bola-bola menyebalkan ini.

"Hari yang berat" keluhnya, mulai mengambil satu persatu benda bulat tersebut. Setelah dengan susah payah mengangkut semua bola, Itachi segera melangkahkan kakinya menuju ruangan yang berada dua puluh meter dari lapangan tempatnya berdiri sekarang. Ia sudah tidak sabar untuk merebahkan diri diranjang empuknya.

Bruk Bruk Bruk

Itachi menepukkan kedua tangannya, ketika semua bola itu berhasil ia masukkan kedalam keranjang. Dengan senyum mengembang dibibirnya. Itachi melangkahkan kakinya, meninggalkan ruangan itu.

Ceklek Ceklek

Uchiha sulung itu tidak kuasa mengerutkan kedua halisnya, begitu pintu didepannya sulit ia buka. Tangannya kembali mencoba menggoyang-goyangkan engsel tersebut, dan hasilnya nihil.

Sial! Sepertinya engsel pintu ini rusak. Oh my god! Jangan katakan jika ia akan terkurung disini seharian?

Itachi bergidik ngeri membayangkannya. Bukan karena ia takut hantu, atau berbau mistis lainnya. Itachi hanya tidak mau terkurung disini, disaat ia sendiri sangat butuh asupan makan. Sudah cukup ia melewatkan jadwal makan siangnya, dikarenakan dirinya ditawan oleh dosen killer itu. Dan sekarang?

"Aku rasa Kami-sama sedang mempermainkanku" gumamnya, merana. Kedua tangannya tidak berhenti menarik-narik, dan menggoyangkan gagang pintu itu. Berharap engsel pintu itu patah, sehingga ia bisa keluar dari ruangan gelap ini.

"Sial!" decaknya, setelah hampir selama lima belas menit tidak ada kemajuan apapun. Kedua matanya segera mengedar ke sekeliling, berharap menemukan sesuatu, seperti jendela misalnya, agar ia bisa keluar dari sini.

Namun, lagi-lagi Itachi harus merenggut kesal, mendapati ruangan ini hanya memiliki ventilasi udara berukuran kecil, dan sebuah pintu rusak.

"Ck, Aku harus menghubungi dua idiot itu, daripada harus terkurung disini" ujarnya, mulai merogoh saku celana, dan setelah mendapati benda yang dicarinya. Itachi langsung mencari nomor salah satu saudaranya, dan ketika nomor Obito muncul pertama, segera Itachi menghubunginya.

"Maaf, sisa pulsa anda tidak mencukupi. Mohon untuk-"

Klik

"SIALLLLLL!! Bagaimana mungkin hari ini secara terus menerus aku mendapatkan kesialan?? Oh, Kami-sama, apa salahku?" ujarnya frustasi, mengacak surai ravennya. Ia baru sadar bahwa pulsanya habis dipakai nelpon oleh Shisui kemarin, dan bocah itu belum mengganti pulsanya.

My Seme Is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang