Chapter 8

3.1K 199 10
                                    

Naruto menguap bosan memperhatikan tiap penjelasan Guru Kakashi didepannya. Jika bukan karena Sasuke, Naruto sangat malas mengikuti kegiatan belajar mengajar. Walau sedari tadi ia hanya diam terduduk seraya menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan, tetap saja Naruto merasa bosan.
DRRRTT DRRTTTT
Getar pada ponsel di saku celananya, menarik perhatiannya dari memandang langit biru diluar jendela. Matanya berbinar antusias, mendapati sebuah nama yang tertera dilayar ponselnya. Namun, binar kesenangan itu segera lenyap, seiring ia melihat isi pesan tersebut. Bibirnya tanpa sadar menyebik kesal. Kenapa Sasuke membatalkan niatnya untuk mampir ke rumah Uchiha? Urusan? Urusan apa, huh?
Diacaknya kesal surai blonde berantakannya. Naruto tidak terima dengan penolakan Sasuke yang melarangnya datang kerumahnya. Setidaknya, ia akan meminta penjelasan pada Sasuke selepas bel istirahat nanti. Jika alasannya karena wanita bubble-gum itu, Naruto menolak untuk menerima penolakan itu.
"Heuh, Aku harus meminta penjelasan Sasuke" gumamnya, mendengus bosan. Yang lalu kembali melakukan kegiatannya sejak beberapa menit yang lalu. Jika saja sekarang bukan jamnya Kakashi, sudah dipastikan Naruto segera menghampiri kelas Sasuke, dan menyeret pemuda emo itu untuk dimintai penjelasan.
.
.
.
Sesuai niatnya tadi, Naruto segera melesat menuju lantai dua. Dimana kelas Sasuke berada. Bel baru saja berbunyi beberapa detik yang lalu. Namun, Naruto dengan semangatnya langsung keluar begitu saja, mengabaikan teriakan Kakashi yang jengah dengan sikap tidak sopannya.
"Ha'ahh, anak itu" desah Kakashi, melihat Naruto yang sudah melesat jauh menuruni tangga.
Langkah kakinya terhenti begitu sampai didepan pintu masuk kelas Sasuke. Dengan sabar Naruto menanti guru bagian Bahasa Jepang itu keluar dari kelas. Kedua matanya memincing tajam, mendapati Sakura terlihat berbicara malu-malu pada Sasuke yang terlihat tidak menanggapi ucapan Sakura.
Naruto sedikit menundukkan kepalanya, ketika sang guru keluar dan menatap heran akan dirinya yang berada diarea kelas 1. Lalu, disaat banyak murid yang mulai berjalan keluar hendak kekantin, saat itu Naruto menorobos masuk, membuat seluruh pasang mata disana memfokuskan pandangan kearahnya.
"Sasuke aku ingin berbicara denganmu" katanya, setibanya berada didekat Sasuke yang hanya menatapnya bosan. Naruto bahkan tidak sungkan menarik tangan putih itu untuk diseretnya menuju suatu tempat.
"Hei, lepaskan tanganku, Dobe! Aku bisa jalan sendiri" seru Sasuke, sedikit menghentakkan tangannya, hingga tautan tangan mereka.
"Hei-"
"Keatap sekolah kan?" tanya Sasuke santai, "Ayo, kita kesana" lanjutnya, begitu Naruto hendak protes. Kedua matanya mengerling bosan mendapati cengiran lebar sang blonde. Entah kenapa semenjak mengetahui sosok yang awalnya ia kira brandal urakan itu, nyatanya sahabat kecilnya. Sasuke merasa belum sepenuhnya mempercayai itu. Mengingat seberapa buruknya awal pertemuan mereka, membuatnya sulit menerima sosok sahabatnya itu seperti dulu. Sasuke merasa...
Aneh?
Atau mungkin juga, Canggung?
Entahlah, yang pasti dirinya belum sepenuhnya mempercayai hal itu. Belum lagi mengingat pernyataan cinta pemuda itu, beberapa waktu yang lalu. Sasuke semakin merasa ada sebuah dinding pembatas yang membuatnya tidak sepenuhnya menerima sosok blonde itu sebagai sahabatnya dulu.
"Kau melamunkan apa?" pertanyaan Naruto, sedikit mengejutkan Sasuke dari pikiran anehnya. Dalam hati ia meruntuki pikirannya yang entah kenapa terdengar, seperti penolakan akan wujud 'baru' sahabatnya. Bukankah, jika dipikir ulang, dirinya pun sama saja seperti Naruto? Ia pun tidak menjadi sosok Sasuke kecil yang ceria, melainkan pemuda yang dingin dan acuh? Bukankah ia sama saja?
"Tidak ada" sahutnya santai, berjalan menuju sisi pagar pembatas. Manik sekelam malamnya melirik kebawah, memperhatikan tiap interaksi tiap murid yang sibuk menikmati waktu istirahat mereka, sebelum pelajaran selanjutnya tiba.
Naruto mengerutkan halisnya, "Benar? Kau seperti tengah memikirkan sesuatu" hardiknya, tidak mau mempercayai ucapan Sasuke. "Dan lagi, kenapa kau membatalkan niatku yang ingin mampir kerumahmu? Jangan katakan, kau ada kencan dengan gadis pink itu?" sungutnya, membuat Sasuke menghela nafas lelah.
"Sakura tidak ada kaitannya, Naruto" sanggahnya, "Aku hanya memiliki sedikit urusan privasi dengan seseorang" sambungnya, disambut tatapan curiga manik shapphire itu.
"Privasi? Seseorang? Siapa?" tanya Naruto, penasaran. Siapa sih yang ingin ditemui Sasuke? Urusan apa pula? Wahh, enggak beres nih. Naruto harus menguntit, dan memastikan sendiri jika Sasuke tidak berselingkuh dibelakangnya.
Eh? Selingkuh? Memangnya sejak kapan mereka jadian? Naruto pun menggaruk tengkuknya, merasa bodoh dengan pemikiran absurdnya.
"Kau tentu mengerti jelas dengan apa itu 'privasi', Naruto" imbuh Sasuke, menolak memberitahu pemuda blonde itu. Bukan karena ia takut pada Gaara, hanya saja ia mencoba menepati janjinya sebagai pria. Itu saja.
"Terserah kau saja" desah Naruto, bersikap tidak perduli. Namun, nyatanya dalam hati ia bersumpah, akan menyelidiki lebih lanjut apa yang menjadi alasan Sasuke. Dan lagi, Naruto cukup penasaran. Siapa sosok yang ingin ditemui pria emo itu? Cewekkah? Atau, cowok?
Ha'ahh, meskipun begitu Naruto berharap apa yang ia lihat nanti, bukanlah sesuatu yang menyakitkan mata juga hatinya.
.
.
.
_ My Seme Is Beautiful _
Pairing : SASUNARU Slight Itakyuu
Genre : Romance / Action / Drama
Rate : M
Disclaimer : Masashi Kisimoto
Warning : YAOI, BOYSLOVE, BOYXBOY, AU, OOC , OC, Alur lambat, kekerasan fisik, dll..
.
.
.
/ Tidak Suka? /
/ JANGAN DIBACA! /
.
.
.
~ DrakKnightSong ~
.
.
.
×× Happy Reading ××
.
.
.
_ Universitas Konoha _
Shisui berjalan malas menuju kelasnya. Seusai mengerjakan tugas bersama, mereka pun memilih berpisah. Sepertinya hari ini mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk saling bertukar cerita, sebab, masing-masing dari mereka memiliki tugas tambahan yang diberikan tiap dosen mereka yang berbeda. Shisui pun menghela nafas untuk yang kesekian kalinya.
"Masih pagi sudah menampakan ekspresi bosan begitu" sebuah teguran halus, membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya, dan memandang gadis cantik didepannya yang kini memperlihatkan senyuman lembut kearahnya.
"Ohayou, Shisui-san" sapanya, sedikit menundukkan kepalanya, sopan.
"A-ah, ohayou Shizuka-san" sahut Shisui, sedikit salah tingkah. Mimpi apa ia semalam, bisa disapa gadis populer seperti Shizuka ini? Oh, Kamisama~ rupanya mulai memberinya cahaya kehidupan untuknya~
"Shisui-san ada kelas dengan dosen Ochira-san, bukan? Bagaimana jika kita pergi bersama?" ajakan Shizuka, tentu saja disambut antusias Shisui. Dengan langkah mantap ia berjalan disamping gadis cantik itu.
Oh, man~ Shisui sedikit tidak percaya diri, begitu banyak pasang mata memandang kearah mereka. Mungkin mereka merasa heran sekaligus, kesal? Sebab, pemuda yang biasanya sibuk membuat keributan di Universitas bersama kedua sepupu anehnya, kini tengah berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih. Bukan tanpa alasan ia berkata demikian, melainkan gadis disampingnya bahkan tidak sungkan menautkan lengan kurus dan halusnya melingkar dilengannya yang cukup 'atletis'. Tiba-tiba Shisui merasa sesak nafas, tidak sanggup menerima kebahagiaan ini.
"Aku tidak melihat kedua sepupumu. Kalian memiliki tugas berbeda?" tanya Shizuka, mencoba mencairkan suasana yang entah kenapa menjadi hening. Kedua manik Aquamerine-nya sedikit melirik pria disampingnya, bibirnya sedikit mengulas senyum lembut, menyadari Shisui tengah gugup atau mungkin.. Malu?
"Tidak usah gugup seperti itu, Shisui-san. Seperti bukan dirimu saja" kekehnya, mengusap lembut keringat dingin yang menghiasi pelipis pria tampan tersebut.
"M-maaf.. A-aku ukh! Maksudku, aku sedikit tidak percaya gadis sepertimu mau berdiri disampingku" jelas Shisui, akhirnya memberitahu alasan dibalik sikapnya yang aneh. Seketika Shizuna tertawa, bukan tawaan gadis urakan diluar sana, yang tertawa dengan mulut terbuka lebar, melainkan tawa lembut dan halus. Bahkan, Shisui juga beberapa pasang mata yang melihat nyaris pingsan ditempat, menyaksikan betapa cantiknya Shizuka tertawa.
"Kau ini bicara apa, Shisui-san? Memangnya apa yang membuatmu berkata demikian?" tanyanya, masih dengan tawa halusnya. Shisui pun salah tingkah dibuatnya. Ukh, jika ditanya seperti itu, mana mungkin ia mengatakan, jika ia malu berdampingan dengan gadis cantik juga elegan seperti Shizuka. Bisa hilang harga dirinya sebagai Uchiha.
"T-tidak ada" Shisui meruntuki lidahnya yang mendadak gugup, hingga membuat suaranya terdengar lirih. Sial! Hilang sudah image Uchiha didirinya. Masa menakhlukkan gadis seperti Shizuka saja ia sudah gugup begini. Bisa ditertawakan sama kedua sepupu menyebalkannya nanti.
"Ayo, kita kekelas" ajak Shizuka, mengulum senyum. Tangannya bahkan setia menggandeng lengan Shisui.
.
.
.
_ Mension Uchiha _
Sesuai janji Kushina yang ingin bermain ke kediaman Uchiha, wanita Namikaze itu pun datang, dan disambut antusias sang tuan rumah. Keduanya bahkan saat ini sibuk mengurus keperluan memasak. Setelah mendengar penuturan Mikoto yang mengatakan jika Naruto akan mampir ke rumah Uchiha sepulang sekolah, membuat Kushina senang. Dan dengan antusias, ia berusaha menentukan menu makan siang untuk mereka, agar acara makan bersama itu menyenangkan, terutama tidak membuat putra bungsunya bosan dengan menu hidangannya nanti.
"Sepertinya kita harus mulai berbelanja, Kushi-chan. Bahan makanannya kurang cukup, lalu, daging ayamnya pun habis" terangnya, setelah mengecek bahan masakan yang berada didapur. Langkah kakinya berjalan menghampiri Kushina yang terlihat sibuk membuka-buka buku panduan memasak.
"Baiklah, ayo kita belanja!" ajaknya, menutup buku ditangannya. Mikoto bahkan tersenyum tipis, mendapati wajah antusias sahabat lamanya itu. Dan dengan diiringi obrolan ringan seputar masakan, keduanya pun mulai menjalankan mobil milik Kushina menuju supermarket terdekat.
"Kau sudah memberitahu Itachi, jika kita akan mengadakan makan bersama?" tanya Kushina, seraya memilih sayuran dihadapannya.
"Sudah. Dan Itachi bilang, dia akan berusaha pulang secepatnya. Tugas kampusnya sedang menumpuk. Bahkan, ia jadi pulang larut belakangan ini" jelas Mikoto, mengambil dua kotak telur, lalu memasukkannya kedalam keranjang. "Kau sendiri sudah memberitahu Kyuubi-chan?" lanjutnya bertanya. "Brokoli-nya, yang banyak, Kushi-chan. Sasuke dan Itachi sangat menyukai sayuran itu" pintanya, ketika Kushina melewatkan sayuran hijau tersebut.
"Sudah. Dan Kyuu-chan menyetujuinya" angguk Kushina, menuruti permintaan Mikoto. "Untuk camilannya, aku rasa cake di toko seberang sana cocok untuk pencuci mulutnya" tunjuknya, diikuti tatapan Mikoto yang menuruti arah jari ramping Kushina. Bibirnya segera mengulum senyum, melihat toko kue yang ramai dimasuki anak muda.
"Boleh juga. Setelah ini kita beli beberapa cake disana" setujunya, disambut pekikkan gembira Kushina.
.
.
.
_ Namikaze Corp _
Kyuubi melangkah mantap memasuki kantornya. Sudah beberapa hari ini ia sibuk mengajar, dan hanya mengontrol tugas dikantor melalui email yang dikirim Ritsu, sang assistennya dikantor. Dan kebetulan sekali hari ini ia tidak memiliki jadwal mengajar di Universitas Konoha, membuatnya sedikit tenang, sebab tidak usah bertemu dengan para berandal Uchiha. Yang membuatnya selalu pusing menghadapinya.
"Kyuubi-san" sapa Ritsu, sedikit terkejut mendapati atasannya berada di kantor. Sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan atasan tampannya ini, dan ia cukup terkejut akan kehadirannya.
"Kenapa terkejut begitu, hm? Ah, bagaimana dengan berkas meetingnya? Apa sudah kau siapkan?" tanya Kyuubi, mulai memasuki ruangan pribadinya. Ritsu berjalan mengekor setelah mengambil berkas yang dimaksud Kyuubi, dan menyerahkannya kepada sang atasan.
"Silahkan diperiksa kembali, Kyuubi-san" ujarnya, yang segera diambil oleh Kyuubi, dan memeriksa ulang lembaran penting tersebut. Kepalanya sedikit mengangguk puas, mengetahui kelengkapan berkasnya.
"Seperti biasa, tugasmu selalu memuaskan" pujinya, membuat sang assisten tidak kuasa memerahkan wajah manisnya. Kyuubi terkekeh kecil, merasa senang bisa kembali menggoda assisten manisnya ini. "Berapa lama lagi meeting dimulai?" tanyanya, mengambil pulpen didekat komputernya. Kyuubi pun menandatangi berkas kantor yang sudah berada disana sejak tadi.
"Kurang dari lima belas menit lagi, Kyuubi-san" tutur Ritsu, setelah mengecek ulang jam ditangannya, "Apa Kyuubi-san ingin meminum sesuatu terlebih dahulu?" tawarnya, disambut gelengan pelan pria tampan didepannya.
"Kau bisa kembali ke tempatmu. Setelah waktunya tiba, kita akan berangkat bersama ke ruang meeting" imbuhnya, tersenyum tipis.
"Baiklah, saya permisi dulu, Kyuubi-san" pamit Ritsu, sedikit menundukkan kepalanya. Lalu, ia pun berlalu menuju pintu keluar. Meninggalkan Kyuubi yang kembali melanjutkan tugasnya, menandatangi berkas kantor. Seraya menunggu meeting dimulai.
.
.
.
_ Kagebunshin Markas _
Deidara terlihat duduk santai diatas sofa butut disana. Kedua kakinya bahkan berselonjor keatas meja dihadapannya sedangkan tangannya sibuk menyuapi kripik kentang yang dibawakan Naruto kemarin malam. Hari ini keadaan markas tongkrongannya sangat sepi. Kebanyakan dari teman-temannya tengah sibuk dengan urusan pribadi masing-masing. Saat ini dimarkas hanya ada dirinya juga Konan, yang sibuk berkutat dengan buku tugas kuliahnya. Hei, kalian tidak berpikir mereka kumpulan anak hilang dan terlantar, bukan?
Perlu kalian ketahui, jika mereka merupakan kumpulan anak orang kaya. Sama seperti Naruto, juga Nagato. Hanya saja, mereka membiarkan keadaan markasnya terlihat kumuh, ini hanya akan terlihat disekitar ruang tamu, juga teras depan saja. Sedangkan kamar yang berada disana, juga dapur, itu merupakan tempat yang cukup dikatakan 'memadai'. Jika dibandingkan dengan keadaan ruang tamu, yang diisi sofa butut.
"Dei, kapan Sasori tiba?" tanya Konan, yang rupanya sudah selesai mengerjakan tugasnya. Dan sekarang gadis satu-satunya penghuni markas itu, tengah membereskan alat tulis miliknya kedalam tas sekolahnya.
"Dia sih bilangnya akan kesini setelah tugas kuliahnya selesai. Danna, bilang, ia akan membawakan buku yang kau pinta, Konan" sahutnya, tanpa mengalihkan tatapan matanya dari televisi yang menayangkan acara reality show. Sesekali Deidara akan terpekik tertahan, melihat tayangan didepannya, atau pula, pria itu akan terbahak jika salah satu dari pemain itu melakukan aksi lucu. Seperti sekarang, Konan bahkan dibuat gerah dengan suara cempreng Deidara, yang membuat telinganya sakit.
"Hei, kecilkan tawamu, bodoh! Telingaku sakit mendengarnya" omelnya, melempari gulungan kertas ditangannya kearah Deidara, yang tengah protes akan tindakannya.
"Ish" decak Deidara, menatap sengit Konan yang balik menyorot tajam padanya.
"Daripada kau sibuk menonton, lebih baik kau pergi ke Minimarket depan sana. Beli beberapa masakan, persediaan makanan di dapur sudah habis" tegur Konan, setelah mengecek isi dapur. Kepalanya menggeleng pelan, mendapati pemuda blonde itu malah mengacuhkan ucapannya. "Dei! Memangnya kau tidak ingin makan siang? Cepat pergi berbelanja!" serunya, menghampiri sosok kuning itu, lalu melayangkan pukulan keras dikepalanya.
"Yakkk! Kenapa kau memukul kepalaku!" protes Deidara, mengusap brutal puncak kepalanya yang habis terkena pukulan maut Konan.
"Kubilang, pergi berbelanja!" sentak Konan, gemas juga lama-lama menghadapi sikap pemalas Deidara. Oh, astaga! Konan sekarang merasa sudah seperti seorang Ibu yang memerintah anaknya untuk berbelanja. Aish, Deidara sukses membuat Konan naik darah, yang akan berakibat pada kerutan diwajahnya.
"Dei!" panggilnya lagi, kali ini disertai oleh tarikan brutal pada kedua kaki Deidara, sehingga membuat pemuda itu jatuh terjerembab keatas lantai.
"I-ittai~ yakkk! Tidak harus menarikku juga, kau cukup memerintah saja kan! Ish, ini sangat sakit!" omel Deidara, yang ditanggapi dengusan bosan sang wanita.
"Aku akan memukulmu jika kau tidak juga berangkat!" desis Konan, tidak main-main. Kedua tangannya saling meremas gemas, bersikap seakan tengah mempersiapkan energi/? dikepalan tangannya. Deidara menelan ludahnya susah payah. Tidak ingin terkena pukulan maut sang gadis, dengan segera Deidara pun melesat pergi meninggalkan Konan yang tersenyum puas.
"Dasar bodoh!" gumamnya, berlalu menuju dapur. Mempersiapkan bahan makanan yang sudah ada sebagian didapur.
.
.
.
_ Konoha Senior High School _
Tengg Tengg Tengg
Bel berbunyi tanda pelajaran berakhir terdengar nyaring. Sorak sorai bahagia segera mengiringi bunyi tersebut. Bukan tanpa alasan juga mereka lebih terlihat antusias dari biasanya. Sekolah memulangkan para muridnya lebih awal tiga jam dari yang seharusnya. Dengan alasan tiap guru diharuskan mengikuti rapat dengan dewan sekolah. Membuat semua murid pulang lebih awal.
Naruto mendesah lega, bersyukur akan kepulangan awalnya. Dengan sedikit tergesa, Naruto memasukkan tiap alat tulisnya kedalam tas. Sebenarnya ia tidak melakukan apapun, sekalipun peralatan sekolahnya berada diatas meja. Buku juga pulpen itu hanyalah pajangan saja, agar terlihat seperti pelajar rajin. Bahkan ia tidak menyentuh sedikit pun buku tulis tersebut. Naruto sejak tadi sibuk menatap kearah luar jendela, memandangi langit biru diluar sana.
Selesainya merapihkan peralatan sekolahnya. Naruto bergegas keluar kelas, dan melesat menuju kelas Sasuke berada. Namun, disaat ia akan berbelok ditikungan dekat kelas Sasuke, Naruto bertabrakan dengan Sakura yang terlihat berjalan tergesa. Ringisan kesakitan keluar dari bibirnya, ketika merasa sakit pada bagian pahanya yang seakan habis tertusuk sesuatu.
"S-senpai! M-maafkan, aku" panik Sakura, menundukkan kepalanya berulang kali. Kedua tangannya meremas sesuatu yang ia sembunyikan dibalik badannya. "S-saya terburu-buru. M-maaf!" dan tanpa memperdulikan kondisi Naruto yang mengusap perih pahanya, Sakura berlalu meninggalkan Naruto menuju suatu tempat.
"Sial! Kenapa pahaku terasa pegal" gumamnya, memijat pelan pangkal pahanya. Namun, ketika kedua matanya melihat sosok raven yang mulai berlalu menjauhi lantai dua, Naruto pun menghiraukan perasaan tidak nyaman ditubuhnya, guna mengejar Sasuke yang mulai menjauh.
"Sial! Jangan sampai aku kehilangan jejak dirinya!" makinya, berlari mengejar sosok raven itu. Kedua halisnya terpaut bingung, melihat Sasuke yang berjalan menuju belakangan gedung sekolah. Mau kemana dia? Apa Sasuke memiliki urusan dengan salah satu murid disini? Ck, sial! Ia semakin penasaran saja!
"Ah, itu dia-" Naruto menghentikan ucapannya, disaat langkah kakinya mulai melambat. Kedua matanya terbelalak lebar, menyaksikan Sasuke yang tengah sibuk memagut bibir Sakura. Atau, itulah yang ia tangkap oleh penglihatannya. Kedua tangannya segera mengepal erat, ketika emosi didalam dirinya mulai menguasainya.
"Kau.. Bedebah, teme" gumamnya, berlari menghampiri dua sosok itu untuk ia pisahkan.
.
.
.
DRTTT DRTTT
Sasuke mendesah kesal, mendapati pesan masuk yang diberikan Gaara. Ck, Sasuke benar-benar habis kesabaran. Kenapa juga pemuda panda itu mempunyai nomornya? Ck, benar-benar merepotkan.
"Uchiha-san?" panggilan sang guru, mengalihkan perhatian Sasuke dari ponsel ditangannya. "Kemana Haruno pergi? Bukankah, ia duduk denganmu?" ingin sekali Sasuke mendengus sinis, mendengar pertanyaan bodoh sang guru. Mana ia tahu, mau pulang juga, itu bukan urusannya. Pikir Sasuke, nyaris merotasikan kedua matanya.
"Seingat saya, dia sedang pamit kebelakang, Sensei" sahutnya, acuh tak acuh. Sang guru pun mengangguk pelan, yang lalu meninggalkan kelas tersebut untuk mengikuti kegiatan rapat yang akan dilakukan sebentar lagi.
Dengan langkah pelan, dan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana. Sasuke mulai berbaur bersama para murid yang berjalan ditengah lorong kelas. Setelah menerima pesan yang berisi perintah agar bertemu dibelakang sekolah. Sasuke pun melangkahkah kakinya menuju tempat yang dimaksud.
PRANNNKKK
Sasuke sedikit tersentak kaget, mendapati Sakura tengah berdiri didekat gudang yang berada dibelakang sekolah. Terlihat jelas tubuh gadis itu basah oleh keringat, serta bergetar hebat. Seakan tengah merasakan sesuatu disekujur tubuhnya.
"S-sasuke-kun-hhh-t-tolonghhh" Sasuke tidak kuasa mengerutkan kedua halisnya dalam, mendapati suara desahan sang gadis didepannya. Diliriknya pecahan botol kecil yang berserakan tidak jauh dari Sakura berdiri, Sasuke pun berdecak kesal. Menyadari situasi yang dihadapinya saat ini.
Sial!
Ia tengah dijebak oleh Gaara!
"S-sa-sukehh-kunhh" desah Sakura, mulai menghampiri Sasuke yang berdiri mematung didepannya. Sebelah tangannya yang ia sembunyikan dibelakang tubuhnya, menyembunyikan sebuah alat suntik berisi cairan perangsang. Kedua pipinya bersemu merah, keringat dingin membasahi tiap sudut kening bermake-up itu. Sasuke meringis jijik melihat air liur menetes dari sudut bibir Sakura, tangannya terkepal erat menangkap pergerakan tangan sang gadis yang menunjukkan jarum suntik kearahnya.
"Singkirkan benda itu, Haruno!" peringatnya, berdesis sinis. Ck, masa bodoh dengan keadaan Sakura, lebih baik ia pulang saja. Pikirnya, hendak berlalu pergi, disaat Sakura mencengkal kedua tangannya dari belakang. Bersyukurlah, jarum suntik itu terjatuh sebelum berhasil menancap ditubuhnya. Tubuh lemas Sakura pun menabrak punggung tegap Sasuke.
"Hiks, t-tolong a-aku, S-sasuke-kun" gumam Sakura, yang merasa tersiksa dengan rasa panas ditubuhnya. Sebelah tangannya bahkan sudah meraba-raba tubuh bagian bawahnya sendiri, juga meremas alat vital Sasuke, ketika tubuhnya masih bertopang pada Sasuke.
"Katakan, siapa yang memintamu melakukan itu, Sakura?" tanya Sasuke, enggan membalikkan badannya. Kedua tangannya masih terkepal disisi tubuhnya, menahan diri agar tidak bertindak kasar pada gadis dibelakangnya. Sial! Sakura sungguh keterlaluan sudah berani menyentuh tubuh bawahnya. Yang sialnya, kenapa ia mudah terangsang oleh sentuhan lihai jemari itu?
"Engh~ I-ini-" Sakura menggigit bibir bawahnya, gemas. Tubuhnya sudah pada batas pertahanannya, ia butuh pelepasan. Dan tanpa perduli sopan santun, Sakura segera membalikkan badan Sasuke, lalu memagut kasar bibir pucat tersebut. Hatinya berdesir kencang, merasakan tekstur lembut dari bibir pria didepannya. Kedua tangannya melingkar erat pada leher itu, tidak membiarkan sedikit pun untuk sang pemuda melepaskan diri dari dekapannya.
Sasuke melotot horror, mendapati aksi nekad gadis didepan. Dengan kuat Sasuke mencoba melepaskan diri dari pelukan erat Sakura, dan disaat akan mendorong kasar tubuh ramping tersebut. Sebuah hentakkan kuat membuatnya bisa terlepas dari jerat sang gadis. Namun, baru saja Sasuke akan bernafas lega, berpikir telah ada yang menolongnya. Akan tetapi, apa yang terjadi setelahnya, sangatlah tidak terduga sama sekali.
Naruto, pemuda yang merupakan sahabat kecilnya, kini tengah memagut brutal bibirnya. Tidak ada yang lebih mengejutkan, dari apa yang terjadi padanya saat ini. Oh, God! Tiba-tiba Sasuke merasa pusing dan mual. Sial!
Dengan kuat Sasuke mendorong tubuh tan itu menjauh darinya. Kedua matanya menyorot tajam, juga jijik disaat bersamaan. Manik Onyxnya pun sempat melirik tidak perduli pada nasib Sakura yang sedang terduduk lemas tidak jauh darinya. Lalu, tatapan matanya kembali pada Naruto, yang juga dalam keadaan tidak jauh berbeda dengan sang gadis. Sasuke sedikit menelan ludahnya, begitu sadar ekspresi Naruto sungguh menggairahkan dimatanya. Ah, hei! Apa yang baru saja ia pikirkan? Sial! Sasuke rasa otaknya sudah tidak bisa berfungsi baik, disaat tubuh bawahnya setengah ereksi akibat ulah Sakura.
"Kalian benar-benar menjijikkan" desisnya, memilih bersikap rasional. Kedua kakinya hendak berlalu pergi, ketika sebelah kakinya ditahan oleh Naruto. Sasuke meruntuki Naruto yang menahan kakinya, ia juga sebenarnya berada diposisi yang sama dengan kedua manusia itu, akan tetapi ia tidak mungkin melakukannya dengan salah satu dari mereka. Dan Sasuke lebih memilih bermain solo daripada harus bersama salah satu dari keduanya.
"Teme, tubuhku terasa terbakar. Tolong, a-aku" pintanya, wajahnya sudah memerah dengan keringat dingin mulai membasahi kening, belum lagi deru nafasnya terdengar tidak teratur, ketika rasa panas ditubuhnya kian membakar. Shapphirenya memincing tajam gadis pink dibelakangannya, "Jadi, yang kau tusukkan dipahaku itu cairan peransang?" tanyanya, dengan susah payah mengotrol nada bicaranya. Sakura hanya menunduk malu, tidak mengira jika suntikkan ditangannya sempat menancap diatas paha senpai tampannya. Pantas saja jumlah cairan yang tadinya penuh mengisi suntikkan, tersisa setengah. Rupanya sebagian cairan itu sudah masuk kedalam tubuh Naruto saat tabrakan di lorong tadi. Dan lagi..
Blush!
Sakura nyaris pingsan ditempat, melihat ekspresi seksi yang dikeluarkan Naruto saat ini. Rupanya jika Naruto dalam keadaan hard, wajahnya semakin tampan dan seksi. Rasanya Sakura ingin menyentuh kulit tan yang dipenuhi keringat itu.
Sasuke mendengus sinis mendengar nada permohonan yang dikeluarkan Naruto, "Kenapa kalian tidak saling memuaskan satu sama lain? Bukankah, posisi kalian sama-sama saling membutuhkan pelampiasan?" ujarnya, sukses membuat Sakura memerahkan wajahnya hingga ke telinga.
Naruto mengepalkan tangannya emosi, tidak suka dengan ucapan Sasuke yang seakan menjual dirinya pada Sakura. Ish, melihat Sakura saja rasanya Naruto sudah ingin muntah, apalagi harus menyentuhnya. Ck. Berdesis kesal, Naruto pun bangun dari duduknya, lalu menghampiri Sasuke dan menarik tubuh itu untuk ia tarik menuju sebuah gudang, tidak jauh dari sana. Sasuke memberontak marah, sebelah tangannya yang bebas sibuk memukul marah Naruto.
Bruk!
Dihempasnya kasar tubuh Sasuke, Naruto langsung mendaratkan bibirnya begitu saja, lalu melumatnya penuh nafsu bibir lembut tersebut. Kedua tangannya menahan pergerakkan Sasuke yang ingin menghindarinya.
Sial! Bagaimana mungkin tenaga Naruto yang sedang hard sangat kuat? Dan lagi, apa-apaan ini? Jangan bilang, ia yang akan dijadikan submisive olehnya? Wah, enggak bener nih. Masa iya harus merelakan diri diperuke oleh Naruto, yang sudah jelas dulunya seperti apa? Sasuke tidak terima!
Dorong!
Tubuh Naruto pun terjerembab keatas lantai, dan ia sedikit mengaduh kesakitan akibat bokongnya yang menghantam kasar permukaan keras itu. "Apa yang-" belum saja Naruto mengeluarkan protesannya, ia harus dikejutkan oleh tindakan tiba-tiba Sasuke padanya.
Apa ini? Sasuke mencium dirinya? Sasuke menciumnya? Serius? Manik shappirenya menatap lurus manik onyx yang juga tengah menyorot tajam padanya. Merasa dewi fortuna berada dipihaknya, Naruto lantas balik melumat penuh nafsu bibir Sasuke. Kedua matanya nyaris melotot disaat tidak sengaja lututnya menyentuh sesuatu yang mengeras ditengah selangkangan Sasuke. Pemuda emo itu hard hanya dengan ciuman? pikirnya, mengira Sasuke hard karena ulahnya.
Sejujurnya Sasuke belum pernah melakukan hal seperti ini dengan siapapun. Bahkan menonton video porno pun ia tidak pernah. Ia terlalu sibuk belajar untuk pelepasan rasa stressnya dari memikirkan dimana sahabat lamanya berada. Dan apa yang ia lakukan saat ini hanyalah menurut instingnya saja. Sasuke pun berbangga diri begitu mendengar lengguhan lirih keluar dari pemuda tan dibawahnya. Merasa tangannya membutuhkan sesuatu untuk disentuh, secara perlahan jemarinya mulai meraba lembut niple Naruto dari balik baju seragamnya.
"Enghh~" lengguh Naruto, kedua matanya sudah sayu, menikmati sentuhan lembut dan terkesan canggung dari Sasuke, entah kenapa membuat Naruto serasa terbang kelangit ketujuh. Walau sebagian tubuhnya memberontak akan tindakan Sasuke yang mengendalikan tubuhnya dengan seenaknya, akan tetapi entah kenapa Naruto enggan mendorong Sasuke untuk menghentikan kegiatannya. Naruto malah semakin merapatkan tubuhnya dan mendekap erat tubuh diatasnya.
"Sasuke" panggil Naruto, sesudahnya pagutan itu terlepas. Deru nafasnya semakin terdengar cepat, seiring rangsangan yang diberikan Sasuke ketubuhnya, membuat dirinya kian terbakar nafsu.
Glek
Sasuke kembali menelan ludahnya, dan secara tiba-tiba ia menghentikan segala sentuhannya pada tubuh tidak berdaya itu. Ia bahkan sudah berdiri dan memandang canggung akan kondisi Naruto dibawahnya.
"K-kenapa berhenti?" tanya Naruto, sedikit menggertakkan giginya. Sial! Naruto sudah tidak kuat menahan sakit pada tubuh bawahnya! Dan tidak sadarkah perbuatan Sasuke tadi telah sukses membuat penisnya semakin mengeras. Lalu, kenapa Sasuke dengan bodohnya menghentikan kegiatannya? Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya dijamah oleh Sasuke, disaat dirinya terbiasa menjamah tubuh submisive-nya.
"Sial, Sasuke! Kenapa dihentikan! Astaga! Penisku sudah sakitttt" sentaknya, berusaha memperlihatkan tatapan tajamnya, yang sialnya tidak bisa ia lakukan disaat tubuhnya sudah terbakar libido.
"Ck, dobe! Kau bermain solo saja sana!" tutur Sasuke seenaknya, ia bahkan mengabaikan rasa sakit dipenisnya sendiri yang juga sudah mengeras.
"Jangan bodoh! Memangnya a-aku, ukh! Tidak tahu jika kau sedang ereksi juga, hm?" tuding Naruto, membuat Sasuke tersentak pelan. Oh, sial! Jadi Naruto sudah mengetahui kondisinya?
"Tidak ada ruginya juga untukmu melakukan ini padaku, bukankah kau akan merasa lebih puas jika langsung dilakukan bersama?" lanjutnya, berusaha mengontrol sebaik mungkin nada suaranya. Sial! Ia sudah tidak kuat! Dan tanpa memperdulikan rasa malu, Naruto mulai membuka resleting celananya, lalu mengeluarkan penisnya begitu saja untuk ia sentuh. Sasuke sampai tersedak air liurnya sendiri, menyaksikan perbuatan nekad Naruto. Apalagi ekspresi kenikmatan yang diperlihatkan Naruto saat mulai menaik turunkan tangannya diatas alat vitalnya sendiri. Sasuke berkeringat dingin menyaksikannya.
"Nghh~ S-seharusnya Gaara ada disini.. D-dia bisa kugunakan, ohh~" gumaman Naruto, entah kenapa terdengar menyebalkan ditelinganya. Kedua tangannya bahkan sudah terkepal erat, dan ia pastikan akan membungkam bibir pink itu jika berani menyebut kembali nama manusia yang sudah membuatnya berada dikondisi seperti sekarang.
"G-Gaara~" lirih Naruto, tidak menyadari aura tidak menyenangkan yang kini memenuhi sekeliling tubuh Sasuke.
Menggertakkan giginya kesal, Sasuke pun menepis kasar tangan tan itu untuk menjauh dari penis Naruto. Tidak memperdulikan protesan sang blonde, Sasuke yang mulai dihantui perasaan tidak suka atas nama yang disebutkan Naruto, segera menaik-turunkan tangannya diatas penis Naruto.
"A-auhhh~ Shhh~ S-sasukehh~" Naruto menggelinjangkan tubuhnya merasa sakit juga nikmat atas sentuhan Sasuke. Meski ia sangat ingin protes akan sentuhan kasar sang pemuda, Naruto memilih membiarkannya. Punggungnya melungkung keatas, begitu Sasuke semakin mempercepat tempo permainan tangannya. Meski kasar, Naruto yakin sebentar lagi ia akan mencapai puncaknya. Desahan juga lengguhan kenikmatan terus keluar dari bibir pink Naruto, yang tidak lama setelahnya dibungkam oleh lumatan penuh nafsu dari Sasuke.
Damn it! Naruto tidak tahu jika dilayani seperti ini sangatlah nikmat, pantas saja para submisive-nya begitu ketagihan akan sentuhan tangannya. Nyatanya, disentuh itu lebih nikmat daripada menyentuh.
"Hmmpph~" lengguh Naruto, mencengkram erat pundak diatasnya, ia bahkan sudah meremas seragam Sasuke sampai kusut. Bisa ia rasakan sesuatu yang dahsyat hampir meledak, jika saja Sasuke tidak melepaskan genggaman tangannya pada penisnya.
Sasuke menyeringai keji, mendapati tatapan protes yang dilayangkan Naruto. "Tidak secepat itu, Dobe" ujarnya, seraya menarik lepas celana seragam Naruto. "Buka kemejamu" titahnya, menarik-narik kemeja seragam Naruto. Sasuke sedikit terkekeh mendengar gerutuan dari bibir membengkak itu.
"Kau memang sialan, Teme! Ukhh-tubuhku sudah panas~" keluh Naruto, telah selesai membuka seragamnya. Kini tubuhnya benar-benar dalam keadaan tanpa busana. Dan saat akan menyentuh penisnya, sebuah tepakan kasar mengenai tangannya. "Hei!" protesnya, mengelus sakit pukulan Sasuke.
"Jangan sentuh" peringat Sasuke, yang rupanya sudah menanggalkan celana seragamnya, sedangkan kemeja sekolahnya masih melekat rapih ditubuh atletisnya. Sasuke merendakkan tubuhnya, lalu menghapit Naruto dalam kukungan tangannya. Ditatapnya tajam manik shapphire yang sudah diliputi kabut nafsu, Sasuke pun menjilat lembut ujung bibir Naruto, yang turun menuju leher berkeringat itu.
Bukannya jijik, Sasuke malah merasa suka dengan aroma manis yang keluar dari tubuh Naruto. Ia pun segera menenggelamkan wajahnya guna mengendusi, juga menjilat leher berkeringat itu. Sebelah tangannya sudah kembali mengerjakan tugasnya, yaitu meremas gemas twinsball/? Naruto layaknya bola karet. Sasuke sampai menutup kedua matanya, menikmati aroma manis, serta desahan sexy Naruto. Penisnya sudah sangat sakit, dan ia, sedikitnya bingung melakukan seks dengan sesama pria itu seperti apa? Apa dengan saling menyatukan penis dan dikocok bersamaan? Atau... seperti apa?
Damn it!
Sasuke tidak tahu kelanjutannya!
Sasuke hampir saja menghentikan kembali kegiatannya, saat jemarinya tanpa sengaja menyentuh sesuatu yang berkedut dibawah sana. Sasuke pun sejenak menghentikan kegiatannya dalam membuat tand disekitar leher Naruto. Kedua matanya terfokus pada jemarinya yang masih betah diam dilubang berkedut. Entah kenapa, Sasuke merasakan gelenyar aneh didalam perutnya. Berulang kali ia menelan ludahnya, yang entah kenapa terasa sulit untuk ditelan.
T-tidak mungkin kan, lewat situ?
Pikirnya, merasakan denyutan lembut dari lubang berkedut itu.
"K-kenapa diam? K-kau-unghh~ h-harus melakukan foreplay pada anusku. S-sebab, ini yang pertama buatku" bisik Naruto, diakhir kalimat. Kedua matanya menatap kearah lain saat Sasuke balik menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Foreplay, ya?
Bisiknya dalam hati.
Melakukan sesuai instingnya, Sasuke berharap apa yang dilakukannya ini benar. Ia pun kembali merendahkan tubuhnya, lidahnya sudah terjulur dan menyentuh lubang berkedut itu. Sasuke seharusnya merasa jijik dengan tindakannya, bagaimana pun yang ia jilat adalah lubang anus, yang dimana merupakan alat pembuangan kotoran. Akan tetapi, tidak bis dipungkiri jika ia menyukai sensasi lembut dari denyutan manja lubang tersebut. Sasuke bahkan sampai menenggelamkan wajahnya diantara bokong Naruto yang sudah mengangkang lebar.
"A-ahhhh~ Enghh~ S-sassukehhh~" lengguh Naruto, mengenggam erat kepalan tangannya sendiri. Kedua tangannya bahkan sampai memutih, karena terlalu erat kepalan tangannya. Gila! Sasuke sampai menenggelamkan wajahnya seperti itu. Ia saja jika sedang melakukan foreplay dengan para submisive-nya, Naruto hanya menggunakan jemarinya saja. Bahkan tidak sekali-duakali juga ia yang meminta submisivenya untuk melakukan foreplay sendiri pada anusnya. Ohh~ ini benar-benar membuatnya nyaris meleldakkan sperma, karena terlalu nikmat akan sentuhan sensual lidah Sasuke. Lidah itu terlalu lihai untuk sebagai pemula sepertinya, Naruto tidak tahan-
"AGHHH~" dan Naruto pun berhasil mengeluarkan spermanya dengan deras, yang dimana mengotori wajah Sasuke yang memang berada didepan penisnya. "M-maaf, Teme" sesalnya, hendak mengapus spermanya, saat Sasuke menyingkirkan tangannya. Lalu, melumat kembali bibir membengkaknya.
Selagi melumat bibir yang menjadi candu baginya, Sasuke yang sudah melepaskan celana dalamnya, segera mengarahkan penisnya mendekati anus Naruto yang berdenyut tidak sabaran. Secara lembut dan hati-hati Sasuke menekankan penisnya agar memasuki lubang perawan itu. Sebelah tangannya mengelus lembut pipi bergaris Naruto, saat merasakan pemberotakan Naruto yang merasa sakit pada area bawahnya. Lidahnya pun semakin gesit mengajak bertarung lidah Naruto, dan Sasuke senang sebab Naruto bisa melupakan rasa sakit dibawahnya. Setelahnya, dengan sekali hentakkan kencang, Sasuke mendorong penisnya hingga berhasil masuk.
"ARGHHH! Sakit teme!" erang Naruto, melepaskan begitu saja pagutan bibirnya. Astaga! Anusnya terasa terbakar! Sial! Ini sangat sakit, damn it! keluhnya dalam hati.
"Maaf" ujar Sasuke, yang sama sekali tidak merasa bersalah. Ohhh, ini sangat nikmat. Remasan kuat dari anus Naruto sukses membuat libido kian naik. Sasuke tidak mengira akan menbobol lubang sahabat kecilnya sendiri. Yang ternyata, sangatlah sempit dan hangat. Ah, Sasuke tidak sabar untuk menggerakkan penisnya.
Dan dengan gerakan pelan, Sasuke menarik mundur penisnya, diiringi suara erangan kesakitan dari Naruto. Sasuke sedikit merasa kasihan dengan kondisi tersiksa Naruto. Tapi, ia juga gak mungkin membatalkan kegiatannya ini, dan bukankah banyak orang yang bilang, melakukan seks diawal memang sakit, akan tetapi jika sudah lama maka kenikmatan akan tercapai. Dan ia kali ini ingin melakukan sesuai dengan perkataan orang-orang diluaran sana. Maka dari itu, Sasuke pun dengan pelan mendorong kembali penisnya memasuki anus Naruto.
"A-agh! Unhh~" Naruto hanya bisa mencengkram erat kemeja seragam Sasuke, keringat dingin membanjiri keningnya. Sekuat mungkin Naruto mencoba bertahan, disaat pergerakkan Sasuke masihlah terbilang kaku dan canggung. "K-kurasa k-kau Ungh~! B-bisa berg-gerak Akh! L-lebih c-cepathh~" intrupsinya, dengan susah payah. Oh, shit! Naruto benar-benar sakit juga panas pada area bokongnya, dan gerakkan lambat Sasuke hanya akan menyiksa dirinya saja.
Mendengus pelan, Sasuke pun mulai bergerak secara konstan, berawal dari pelan, hingga kencang dan brutal. Sasuke menengadahkan kepalanya keatas begitu perasaan nikmat mulai menyelimuti tiap mili alat vitalnya. Ohh~ ini benar-benar menyenangkan! Damn it! Sasuke tidak tahu akan senikmat ini melakukan seks dengan seorang pria, oh, atau tepatnya bersama Naruto. Ya! Sebab, Sasuke tidak yakin akan mau melakukannya dengan pria lain.
"Shit! T-tubuhmu nikmathh sekali, dobe" runtuk Sasuke, sedikit menggelengkan kepalanya pelan, guna menghilangkan pening. Manik onyxnya memperhatikan tiap ekspresi yang dikeluarkan Naruto, bagaimana tubuh tan berkeringat itu tersentak kencang, seiring gerakkannya yang brutal dan terkesan tidak sabaran. Sasuke pun menelan ludahnya, merasa sosok dibawahnya begitu menggairahkan dimatanya.
"Angh! Engh~ Ohh! S-Sassukehh~" lengguh Naruto, memejamkan kedua matanya. Tubuh lemah dan berkeringatnya tersentak tidak berdaya, pasrah dengan apa yang dilakukan sahabat kecilnya itu. Naruto rasa ia tidak akan menyesali kegiatannya ini, dimana untuk pertama kalinya ia dimasuki oleh seseorang, dan orang itu adalah sosok yang dicintainya. Jika saja ia tidak dalam keadaan pengaruh obat, mungkin Sasuke yang akan berada dibawahnya. Meski begitu, Naruto tidak menyesal dengan ini semua. Dan ia berharap ini bukanlah yang terakhir bagi mereka berdua.
"T-terushh S-sassukehh~ L-lebih ough! Cepathhh!" seru Naruto, mulai ikut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah. Keduanya pun melengguh nikmat dengan hasil yang didapat dari perbuatan Naruto tadi. Sial, Naruto rasa ia akan klimaks sebentar lagi. Dengan tangan gemetar, Naruto hendak meraih penisnya, disaat Sasuke sudah terlebih dahulu menggenggam penisnya. Naruto hanya bisa mendesah dan melengguh keras, menerima perlakuan Sasuke pada tubuhnya.
Dan dalam hentakkan kelima yang mengenai prostatnya, Naruto berhasil menjemput klimaksnya yang untuk kedua kalinya. Sedangkan Sasuke yang belum sekalipun mengeluarkan spermanya, segera membalikkan tubuh lemas berkeringat itu untuk menungging. Bibirnya menyeringai lebar, menikmati pemandangan menggairahkan sahabat kecilnya, yang dengan tubuh tanpa pakaian tengah menungging didepannya, dan lagi anusnya tengah ia bobol dengan brutal. Ohh, Sasuke tidak bisa menghentikan fantasi liar diotaknya. Naruto pun kembali mendesah dan melengguh menerima tiap sodokkan penis Sasuke pada prostatnya.
"U-unghh~ Agh! Ngh! Aouh~" desahnya, lemah. Naruto bahkan sudah menumpukan kepalanya pada lantai, jika saja Sasuke tidak mencengkram erat pinggulnya, mungkin ia sudah ambruk ke lantai. Sial! Tubuhnya benar-benar sudah habis energi, dan Sasuke masih saja anteng menyodoki lubangnya. Dan ia berharap Sasuke segera klimaks, sebab Naruto sudah sangat kelelahan.
Selang lima kali sodokkan, Sasuke pun menjemput klimaksnya, bersamaan dengan Naruto yang kembali klimaks. Sasuke terkekeh kecil, mengetahui Naruto ternyata mudah klimaks. Dan Naruto yang mendengar kekehan kecil itu, segera membalikkan tubuhnya yang lemah untuk menghadap Sasuke. Sebelah halisnya terangkat merasa bingung dengan apa yang membuat sahabatnya tertawa seperti itu.
"Apa yang kau tertawakan?" tanyanya, merebahkan tubuh lemasnya keatas lantai. Naruto bahkan membiarkan begitu saja kedua kakinya mengangkang lebar, memperlihatkan anusnya yang mengeluarkan sperma Sasuke.
"Aku tidak tahu kau mudah klimaks begitu saja" tutur Sasuke, santai. Sebelah tangannya pun mengambil kembali celana dalamnya yang ia lempar didekat kursi usang. Lalu memakainya, diikuti celana seragamnya dengan rapih.
Naruto mendengus kesal mendengarnya. "Kau meledekku?" tudingnya, mulai mendudukkan diri diatas lantai. Tidak ia perdulikan rasa sakit pada bokongnya, manik shapphirenya memperhatikan Sasuke yang sibuk membenahi pakaiannya. "Hei, ambilkan semua bajuku, Teme" titahnya, membuat Sasuke mengerlingkan mata mendengar nada bossy Naruto.
"Aku tidak meledek, Naruto. Aku hanya merasa aneh saja, bukankah kau itu 'seme'? Bagaimana mungkin kau mudah klimaks hanya karena titik terdalamu ku 'sentuh', hm?" katanya, melempar seragam beserta dalaman sang blobde, yang ditangkap baik oleh Naruto.
"Berisik! Coba saja kau ada diposisiku, ku jamin kau pun akan seperti itu" ketus Naruto, mulai memakai pakaiannya. Sesekali ringisan kesakitan keluar dari bibir ranum dan membengkak itu, ketika gerakkannya membuat bokongnya sakit.
Sasuke yang tidak tega melihat keadaan sang pemuda, berjalan menghampiri, dan membantu Naruto memakai celananya dengan perlahan. Walau sempat terkejut dengan tindakkan peduli Sasuke, Naruto merasa senang dengan apa yang sudah terjadi hari ini. Sehingga membuatnya segera menarik lembut dagu sang raven, lalu mulai melumat bibir itu dengan pelan. Sasuke hanya menyeringai kecil, dan ia pun ikut membalas lumatan tersebut tidak kalah lembut dan memabukkannya. Meski untuk pertama kalinya ia mencium bibir seseorang, Sasuke cukup berbangga diri bisa mengalahkan Naruto dalam adu lidah, yang notabennya sering melakukan ciuman dengan para submisive-nya. Disaat sedang asyik-asyiknya mencumbu bibir yang membuatnya ketagihan itu, Sasuke harus menghentikan sejenak pagutan itu, untuk mengangkat panggilan masuk diponselnya.
"Hallo, Kaasan?" sapanya, setelah sebelumnya memberikan seringaian kecil pada Naruto yang merenggut protes dengan ulahnya, yang tadi sempat mencubit gemas niple sang blonde.
"Dasar teme" gerutunya pelan, kembali melanjutkan diri memakai pakaiannya dengan rapih.
[ Sasuke? Apa kau sedang bersama Naruto saat ini? ] pertanyaan Mikoto, membuat Sasuke melemparkan tatapan kearah sang blonde yang sudah rapih dengan seragamnya.
"Ya, Kaasan. Ada apa?" tanyanya, disambut pekikkan gembira dari seberang sana.
[ Bagus jika begitu, cepatlah pulang. Kaasan sudah memasakkan makan siang untuk kalian ] jelas sang Ibu, yang setelahnya mengakhiri sambungan tersebut.
"Bibi Mikoto memintaku untuk menepati janjiku, ya?" tanya Naruto, percaya diri. Sasuke menggelengkan kepala mendengar pertanyaan tersebut.
"Ya. Ayo, ke rumahku " ajak Sasuke, berjalan terlebih dahulu. Walau ia sedikit merasa canggung akibat kegiatan mereka. Sasuke tidak yakin setelah ini mereka akan bersikap selayaknya sebelumnya, atau tidak?
Dengan senyum riang, meski tidak dipungkiri jika Naruto merasa sakit pada bokongnya. Naruto tetap melangkahkan kedua kakinya mengikuti Sasuke yang sudah lebih dulu keluar ruangan. Sejenak Naruto menyapukan arah pandangannya, guna menemukan sesosok gadis pink yang mungkin saja sedang pingsan karena tidak kuat menahan rasa terangsang ditubuhnya. Dan saat tidak menemukan tanda-tanda kehadiran sosok pink itu, Naruto pun menggidikkan bahunya, merasa bersyukur sebab dengan begitu mereka tidak usah repot-repot menolong sang gadis untuk dibawa pulang oleh mereka. Naruto pun semakin melebarkan langkah kakinya, menyusul Sasuke yang sudah cukup jauh didepan. Tanpa menyadari Sakura yang tengah pingsan tidak jauh dari jendela gudang berada. Hanya saja karena terdapat tumpukan kotak dus yang berada disana, membuat tubuhnya tidak terlihat jika tidak mendekati tumpukan tersebut.
.
.
.
_ TBC _
.
.
.
_ Omake _
Sakura yang hendak menuju kamar mandi, dihadang oleh sesosok pemuda berambut merah. Langkah kakinya melambat saat pemuda yang ia duga satu tingkat lebih tua darinya, memberi gestur menghalangi jalannya. Kedua halisnya saling bertaut bingung, bercampur kesal, karena ia sudah kebelet ingin buang air kecil, harus dihadang oleh pemuda yang tidak ia kenal. Oh, atau jangan katakan pria ini ingin melakukan tindakan pelecehan padanya? Seketika bayangan saat dirinya digerayangi oleh preman beberapa hari yang lalu, membuatnya hendak putar balik, jika saja tangannya tidak dicekal oleh sang pemuda. Sakura nyaris berteriak meminta tolong, begitu pemuda dibelakangnya membekap mulutnya dan menyeret dirinya menuju kamar mandi dibelakang tubuh si pemuda.
"Diam! Jangan banyak bergerak, jika kau berpikir aku akan bertindak melecehkan padamu. Kau salah besar, Nona. Aku hanya ingin membicarakan sesuatu yang menarik untukmu" tutur sang pemuda, setelah melepaskan bekapannya, dan memandang meremehkan gadis didepannya.
"A-ah, m-maaf.. A-aku hanya takut kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi" jelas Sakura, sedikit menundukkan kepalanya, meminta maaf.
"Langsung intinya saja. Kau Haruno Sakura, benar? Dan kau mencintai Uchiha Sasuke-" Sakura tidak kuasa membelalakkan kedua matanya, yang disusul oleh memerahnya kedua pipi itu hingga ketelinga. Sang pemuda menyeringai lebar melihat reaksi tersebut, "-aku memiliki cara agar membuat pujaanmu mau menjadi milikmu" lanjutnya, yang seketika disambut tatapan antusias oleh Sakura.
"C-cara seperti apa?" Sakura tidak bisa mengontrol nada suaranya yang kelewat antusias. Jantungnya terpacu cepat, membayangkan sebentar lagi ia bisa memiliki Sasuke sebagai kekasihnya.
"Kau harus tidur bersama dengannya" ucap sang pemuda, santai. Kedua manik emeraldnya memperhatikan ekspresi gadis didepannya yang kini termenung, tepatnya terkejut dengan ucapannya. Namun, apa perdulinya? Ia akan tetap memaksa sekalipun sang gadis menolak.
"T-tidur? M-maksudnya..." Sakura tidak sanggup melanjutkan ucapannya, ketika melihat seringaian lebar menghiasi wajah baby face itu. Sakura menelan ludahnya susah payah, membayangkan hal yang memang sudah jauh hari ia bayangkan sejak bertemu Sasuke. "T-tapi, bagaimana caranya? Sasuke-kun bukanlah pria yang mudah digoda" lirihnya, putus asa. Membayangkan kembali usahanya dalam mencari perhatian sang pujaan, malah berakhir diacuhkan.
Merogoh kantung celananya, sang pemuda memberikan dua buah benda kehadapan Sakura yang memperlihatkan ekspresi penuh tanya akan benda ditangannya. "Ini merupakan cairan perangsang. Botol kecil itu, kau minum. Dan jarum suntik ini kau tancapkan pada tubuhnya, maka selanjutnya bisa kau bayangkan sendiri" tuturnya, Sakura menerima ragu kedua benda itu.
"T-tapi, bagaimana-"
"Aku sudah menentukan tempat yang aman untuk kalian melakukannya dengan aman. Datanglah ke belakang gudang sekarang, pastikan kau yang datang terlebih dahulu daripada dirinya. Sebentar lagi bel tanda pulang berbunyi, segeralah pergi, dan lakukanlah dengan benar. Pastikan kau dimasuki olehnya, hingga kau bisa mengikatnya menjadi kekasih-ah, tidak, tepatnya suamimu" jelasnya, dan seringaiannya semakin melebar mendapati anggukan pelan sang gadis.
"Bagus. Good luck!" ucapnya, berlalu meninggalkan sang gadis yang termenung seorang diri. Membayangkan sesuatu yang sangat tidak pernah dibayangkan olehnya, dimana ia akan melakukan hal yang selama ini ia harapkan. Meski cara yang ia gunakan sangatlah picik, Sakura tidak masalah, yang jelas ia bisa menjadikan Sasuke sebagai miliknya.
.
_ End Omake _
Yuhuuuuu, gimana enjuss lemonnya seger kgak?
kkk~
nah, setelah melihat adegan enjus lemonnya, apa masih ada yang meragukan pairing ini, hm hm hm~? hehehe
dan mohon maaf, kalau disini enjuss nya gak asem, soalnya kan bagaimana pun juga abang sasunya ceritanya masih volos, biasa~ anak sholeh *bisik2/plak
kkk~
nah, yang mungkin juga nungguin moment ItaKyuu, mohon maaf juga aku belum bisa ngasih moment yang hot buat mereka. sejujurnya, aku gak ada ide buat moment mereka =akhirnya ngaku juga) *plak
nah, mungkin aja diantara kalian ada yang mau ngasih ide atau moment yang kiyuttt cem dede naruto buat moment unyuuu itakyuu?
kalau ada, yukkk sumbangin sama qaqa~ *dicekek
udah ah, cuap2nya..
oh ya, satu lagi, apa yang terjadi sama sasunaru diatas itu adalah karena keterpaksaan, dan yang berharap sasunaru cepet2 jadian, kayanya kalian harus bersabar dulu.. bagaimana pun juga bang sasu-nya masih dalam perasaan ombang ambing kambing guling *plak kkk~
oke, sampai ketemu di chap depan~
*boff

My Seme Is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang