4. KENALAN

9.7K 899 25
                                    

JACOB

"Kita belum kenalan bener-bener!" Kata Swista.

"You first!" Sahut gue.

"Swista Mary Ames, 22 tahun. Single. Design grafis di salah satu perusahaan penerbit buku."

"Nice intro. Jacob Marvolo Arya. 26 tahun. Single. Professional Chef!"

"Professional chef, yeah? Kapan-kapan kayanya lo harus masakin gue!"

"Udah pernah sekali."

"Oh iyaaa, berarti harus ada kedua kalinya." Sahut Swista.

Kita berdua udah selesai makan, tinggal ngobrol-ngobrol.

"Balik?"

"Oh oke!" Kata gue.

Pas jalan keluar gue liat ada Patrick di dapur. Yaa konsep resto ini emang open kitchen, jadi keliatan semuanya.

"Woy, Jake!" Dia manggil gue. Ini anak jalannya cepet banget, tadi dia ada di dapur eh sekarang udah di luar.

"Hey, kenalin. Swista!" Kata gue.

"Oh hey, Patrick!"

"Swista!"

"Cewe lo, Jake?"

"Apaan sih lo" Kata gue. Swista cuma senyum-senyum aja.

"Udah ah gue balik. Yang tadi masukin nama gue aja yaa." Kata gue dan Patrick ngangguk.

Kita jalan keluar dan Swista berenti di kasir.

"Ngapain?" Tanya gue.

"Bayar laah!"

"Gausah, gue udah bilang Patrick bill nya atas nama gue."

"Lha? Kan gue mau traktir lo!"

"Udah kali ini gue yang traktir. Next dinner baru deh elo!"

"Nice trick to ask me out for second date"

"Lha? Emang yang tadi date?" Kata gue sambil jalan ke parkiran.

Gue nengok ke samping. Dia ga jawab. Cuma pipinya jadi merah gitu. Lucu!

Gue nganterin dia ke tempatnya lagi.

"Mau mampir?" Tanya dia.

"Emang boleh?" Tanya gue.

"Boleh, yuuk masuk. Mobil lo masukin aja. Parkiran dalem luas ko"

Gue pun menuruti instruksinya.

Gue jalan di belakang dia. Kemudian berenti di pintu dengan bacaan 21B. Dia ngeluarin kunci dari tas kecil yang dia bawa terus di buka.

"Ayo masuk" Ajak dia.

Gue ngelepas sepatu dan masuk ke kamarnya.

Yaps, ini kos-kosan. Kamar gede yang dipisah oleh lemari kayu yang isinya buku-buku. Tetep keliatan di mana Swista tidur tiap malemnya karena lemari buku itu cuma sepinggul tingginya. Gue duduk di karpet yang dipenuhi bantal-bantal kecil. Di pojok deket pintu ada rak sepatu kecil tapi penuh. Gue salut, hampir semua jenis sepatu dia punya. Keren.

Mungkin ini didesain jadi ruang tamu sama dia, tapi menurut gue terlalu nyaman karena karpetnya empuk banget. Ada TV ada kulkas juga. Keliatan padet ruangan ini. Tapi rapi dan aseli gue ngerasa nyaman.

"Kenapa diem? Beda banget yaa sama apartment lo."

"Hahaha iya beda, tapi lebih nyaman ini." Kata gue.

"Ngeledek lo ah!"

"Lo ngekos? Asli mana emang?" Tanya gue.

"Asli jakarta. Cuma gamau serumah sama bokap-nyokap!" Katanya.

DESTINY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang