"Keep your dreams up and try to make them to be real"
Hari ini adalah hari kelulusanku. Aku sudah merencanakan kuliahku untuk 4 tahun kedepan. Tapi ini juga hari terakhirku berkumpul dengan teman-temanku dan juga keluargaku.
Besok aku akan berangkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju ke Heathrow. Untuk beberapa tahun kedepan aku akan melanjutkan pendidikanku di Inggris. Negara yang sudah ku impikan sejak masih kecil.
Aku juga sudah mempersiapkan semuanya. Termasuk baju, apartement dan mobil, yang akan mempercepat waktuku nantinya. Biaya kuliahku sudah dibayar lunas oleh guru yang selama ini membimbingku.
Namanya Ms. Evans. Dia sangat baik. Bahkan bisa dibilang terlalu baik. Beliau mengatakan bahwa bakat yang aku miliki tidak boleh disia-sia kan begitu saja. Karena itu, Ms. Evans rela membayar biaya kuliahku.
***
"Camy"
"Ya ma?"
"Kamu udah nyiapin semuanya nak? Ayah udah didepan lho" kata Mama.
"Udah kok ma. Oiya, nanti mama ikut kan nganterin aku?" tanyaku sambil menutup resleting tas yang akan aku bawa nanti sore.
"Mama nggak bisa. Mama harus jaga Micha sama Raschi. Mereka lagi tidur nggak enak mama bangunin" kata Mama yang menungguku didepan pintu.
"Yah mama. Kok jahat sih? Bangunin aja lagi. Masa rela nggak nganterin anak sulung nomer satunya ini sih?" jawabku memasang wajah yang paling melas.
"Besok mereka ada ulangan. Kamu juga nggak kasian kalo gara-gara kamu mereka dapet nilai jelek?"
"Mama nih bisa aja bikin aku nggak bisa ngomong. Yaudah deh ma aku ke kamar mereka dulu. Mau ciumin satu-satu hehehe"
Aku berjalan kamar sebelah yang ditempati dua adekku yang nakal. Tapi mereka bakal paling aku kangenin. Siapa yang bakal jadi korban ledekkanku? Siapa yang bakal nemenin aku pas lagi sendirian?. Aku membuka pintu sepelan mungkin. Nggak mau ngambil resiko buat dimarahin Mama.
"Halo adek-adekku yang nakal tapi gemesin" bisikku sambil berjalan ke tempat tidur mereka berdua.
"Aku bakal ke London nih. Mau belajar. Aku pasti bakal kangen kalian. Kangen kalian pas godain aku. Kangen kalian main sepeda. Apalagi nanti disana aku bakal sendirian. Nggak ada yang bikin ketawa lagi dong" kataku mengelus pelan rambut mereka berdua.
"Nanti disini jangan nakal lho. Oiya, ulangan jangan nyontek ya. Jangan kaya aku dulu. Guruku pernah bilang lebih baik kita jujur daripada nyontek soalnya pelajaran ini nggak bakal digunain lagi pas nanti kita gede. Aku bakal kangen banget banget banget sama kalian. Jangan bertengkar terus. Nanti aku kasih ketek dari London lho. Apalagi ya? Um iya! Nanti pas aku udah selesai belajarnya aku bakal jadi chef yang pinter! Nanti bakal aku bikinin makanan deh. Nggak bakal gosong kaya dulu-dulu lagi kok. Satu lagi jagain Ayah sama Mama buat aku ya"
Aku merasakan sesuatu turun dari mataku. Aku tertawa pelan sambil menghapus air mata yang ternyata sudah sejak tadi menggantung disana. Mencium kedua pipi mereka, membenarkan guling yang terjatuh, lalu menutup pintu tanpa mengeluarkan suara.
Micha mulai membangunkan Raschi yang sedari tadi menahan air mata. Ya dari tadi mereka hanya berpura-pura tidur karena tidak mau membuat kakak tersayangnya melihat mereka menangis. Pasti dia juga ikut nangis batin Raschi. Setelah bangun, mereka berdua menatap satu sama lain. Lalu berpelukan membiarkan air mata turun yang dari tadi ingin menetes. Mereka sudah mendengar semua kata-kata yang diucapkan kakaknya sebelum keluar dari kamar mereka dan berusaha mengingatnya dengan baik.
Jagain Ayah sama Mama buat aku ya tujuh kata yang bakal mereka inget buat bikin bangga kakaknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Half A Heart (Niall Horan Fanfiction)
FanfictionKetemu orang asing sekali udah biasa. Kalo dua kali mungkin kebetulan. Tiga kali? Kata banyak orang sih mereka bakal jodoh. Tapi kalo orang yang ngealamin itu Camy sama Niall kira-kira mereka bakal percaya kaya gituan nggak ya? Atau bahkan pertemuan...