"Halo?"
"Camy? Ini Ms. Evans. Kamu dimana? Aku tunggu di depan pintu masuk ya"
"Aku masih di coffee shop nih. Iya tunggu aku yaaa"
Aku langsung menuju tempat dimana Ms. Evans menungguku. Setelah cukup lama menemukan Ms. Evans (karena banyaknya orang disana), finally i found her waving at me. Aku langsung memelukknya.
"Ahh look how much i miss you Camy!" kata Ms. Evans melepas pelukannya.
"Lebay deh haha" balasku sambil memelukknya lagi.
Cara ngomong kita berdua udah biasa kaya gitu. Ms. Evans itu umurnya sekitar 27. Jadi cara ngomongnya masih kaya anak muda. Kadang-kadang kita juga curhat satu sama lain
"Udah yuk kita pergi. Kamu nggak sabarkan ngeliat flat yang bakal kamu tempatin?" ucapnya mengajakku ke dalam mobilnya.
"Iya! Nggak sabar banget"
Setelah perjalanan 2 jam, aku sampai di flat sederhana yang dikelilingi bunga lili disekitarnya.
"Oh my god...." aku terkesiap dengan pemandangan sekitarnya. Well, ini memang London tapo tidak semua tempatnya bertengger gedung-gedung pencakar langit.
"Welcome Camy!" Ms. Evans greeted me as we came in to my new house.
"Im sorry. I can't bought you the luxurius one. Aku cuma bisa bantuin kamu ini" kata Ms. Evans memberikanku kunci rumah yang akan kutinggalin 3 tahun kedepan. Maybe more.... who knows?
"Nggak apa-apa kok. Ini juga udah bagus. Makasih udah bantuin banyak banget. Aku nggak tau harus bales pake apaan"
"Aw baby. Kamu nggak perlu ngasih apa-apa. Ngeliat kamu kuliah disini udah cukup"
"Really. I can't thank enough! Thank you so much." I run to her for a hug. A really long one.
"Nah Camy, barang-barang kamu sampe besok pagi. Terus uang bulanannya mulai bulan depan kamu yang bayar sendiri ya" ucap Ms. Evans setelah melepaskan pelukannya.
"Okeeee"
"See ya later cupcakes. Ini kuncinya. Di halaman belakang ada sepeda. Kamu bisa jalan-jalan pake sepeda itu. Jangan sampe nyasar!"
Mobil Ms. Evans mulai berjalan menjauh. Saat itu pula aku mulai menyeret koperku ke dalam. Mungkin itu nggak bisa juga dibilang flat. Soalnya di rumah itu cuman ada dua tingkat. Dua tingkat? Berarti ada temennya dong? Yay!
Aku segera masuk ke dalam rumah itu. Di lantai pertama ternyata cuman ada ruang tv didepan, dapur di sebelah kiri dan mesin cuci disebelah kanan.
Aku menuju ke lantai dua. Ada dua kamar disana. Aku masih bingung kamar yang mana yang bakal aku pake?. Aku asal membuka pintu di sisi kananku.
"ASTAGHFIRULLAH!" aku kaget setengah mati.
"OH GOSH! Im sorry! I though you're a thief or something 'cause i heard someone tiptoe-ing"
Aku masih mengambil nafas panjang, menetralkan rasa kagetku. Siapa yang nggak kaget coba pas kita buka pintu ada orang yang bawa tongkat baseball?
"Ah you must be Camy right?" kata cewek berambut pirang yang tadi hampir membuatku pingsan.
"Nah ya. Aku juga minta maaf. Aku kira ini kamar aku"
"Its okay haha. I'm Allison. Ally for short" kata Ally sambil mengulurkan tangan.
"Im Camy"
"I already knew you silly!" ucapnya sambil tertawa.
"Oh ya kamar kamu kan masih berantakan, malem ini kamu tidur dikamarku. Besok pagi aku bantuin kamu beres-beres. Ayo masuk."
"Okay. Terus aku taruh koper dimana?" tanyaku seraya memasuki kamar bernuansa pink ini.
"Taruh aja disebelah pintu"
Setelah menaruh koper, Ally menceritakanku banyak hal. Mulai dari pacarnya yang aku dengar namanya Zayn, lalu fakta kalo kami berdua akan melanjutkan pendidikan di universitas yang sama. Tapi sayangnya kami di fakultas yang berbeda. Ally mengambil jurusan kedokteran.
Lalu Harry teman satu flat yang dulunya tinggal di kamar yang akan aku tempati besok pagi. Kami berdua bertukar cerita. Aku juga menceritakan tentang Niall. You two will meet eachother soon! I can smell it! kata Ally setelah mendengar ceritaku.
Aktivitas yang kami lakukan terhenti setelah aku mendengar suara.
"Sorry, itu suara perut aku" kata Ally sambil nyengir.
"Aku masakin ya?"
"Aku lupa beli bahan. Yuk ah ke minimarket" ucap Ally menggandeng tangaku menuju ke bawah.
Kami menuju ke sebuah pintu dekat dapur yang aku rasa pintu menuju ke halaman belakang. Aku melihat di sana ada dua sepeda berwarna ungu dan pink.
"Kamu pake yang ungu, aku yang pink" ucapnya setelah kami sampai di depan pagar.
Ally menuntunku ke sebuah supermarket. Dengan kecepatan sedang, Ally juga menjelaskan tentang beberapa toko disekitar flat. Setelah sekitar lima menit, kami sampai di depan supermarket. Tertulis disana Mama's Bag.
"Namanya kok...."
Sebelum melanjutkan apapun, Ally menyeretku masuk. Disana ada wanita sekitar 50an yang sedang menata-nata toples yang sepertinya baru dicuci.
"Mama!" sapa Ally ke wanita itu.
"Hey Alice!"
"Ally not Alice. How's doing?"
"All good. Who's this cute girl beside you?" ucap wanita itu tersenyum hangat ke arahku.
"Namanya Camy. Dia teman flatku yang baru" jelas Ally ke wanita itu lagi.
"Oh. Im Trisha but you just call me Mama okay?"
"Yes Mam" jawabku tersenyum.
Ally mengajakku ke stack sayuran. Aku memilih untuk membuat sup ayam. Sekalian ngenalin masakan Indonesia nggak ada salahnya kan?.
Kami beralih ke stack snack. Aku mengambil oreo, pringles, hershey, ice cream dan popcorn masing-masing dua bungkus. Saat di stack snack aku terus mendengar celotehan-celotehan Ally yang mengeluh. Aku cuman bisa senyum aja.
"Camy, kamu kok bisa tetep kurus sih. Padahal kan kamu makannya banyak. Look at those bag. Oreo, pringles, chocolate. Wait! Two bags popcorn and-"
"Ouch!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Half A Heart (Niall Horan Fanfiction)
FanfictionKetemu orang asing sekali udah biasa. Kalo dua kali mungkin kebetulan. Tiga kali? Kata banyak orang sih mereka bakal jodoh. Tapi kalo orang yang ngealamin itu Camy sama Niall kira-kira mereka bakal percaya kaya gituan nggak ya? Atau bahkan pertemuan...