KASUS I PART III

87 6 0
                                    


Tidurku di pagi hari terganggu akibat suara bisik di luar kamar. Karena tidak tahan—benar-benar berisik dan terdengar suara langkah kaki berulang kali—aku memutuskan untuk keluar kamar melihat keadaan.

"Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" tanyaku saat melihat semua orang mengerubungi sesuatu.

Mereka semua minggir, memberikanku kesempatan untuk melihat.

"Astaga, bagaimana mungkin ini terjadi!? Padahal kemarin kami baru saja membahas makalah bersama!" seruku tak percaya. Bagaimana tidak, yang sedang kami kerubuti saat ini adalah mayat Nana.

Ku lihat Mikoto menangis, begitu pula dengan yang lainnya. Mayaka menangis sesenggukan yang ditenangkan oleh Tanaka.

"Sebaiknya kita melapor ke polisi. Agar kita segera menangkap pelakunya!" Kou mengambil ponselnya kemudian langsung menelpon polisi.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku tak tau bagaimana ini bisa terjadi." ujar Mikoto pasrah. Kulihat keadaannya acak-acakan. Rambut kusut, serta mata merah berair.

Saat kuteliti mayatnya, ada yang aneh. Posisi tangannya telungkup seperti menyembunyikan sesuatu. Ku ambil peralatan praktek kriminal lapanganku. Segera memakai masker juga sarung tangan untuk menghindari sidik jari tertempel di barang bukti.

Kuangkat tangan Nana, dan ternyata dia menyembunyikan kode kematian. Aku bersyukur, setidaknya dia meninggalkan jejak siapa yang membunuhnya.

Kodenya seperti ini:

Saat semuanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing—menangis meratapi hal ini; berdiri layaknya mayat hidup; bingung sendiri dengan ponselnya— sambil menunggu pertolongan datang, aku mencoba untuk memecahkan kode yang ditinggalkan Nana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat semuanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing—menangis meratapi hal ini; berdiri layaknya mayat hidup; bingung sendiri dengan ponselnya— sambil menunggu pertolongan datang, aku mencoba untuk memecahkan kode yang ditinggalkan Nana.

Aku mencoba mengingat apa yang semua orang lakukan kemarin malam, seperti saat Mayaka pergi ke kamar mandi tengah malam, atau Kou yang sampai jam 2 dini hari masih terjaga karena menonton pertandingan sepak bola. Juga tentang Mikoto dan Tanaka yang berdebat mengenai hasil skor club sepak bola jagoannya.

Kebetulan kemarin aku dan Nana membahas tentang makalah kriminologi. Singkatnya aku dimintai bantuan Nana untuk mengoreksi tugasnya; disuruh untuk membuat kode kematian.

"Sebentar, sepertinya kode itu pernah kulihat sebelumnya." Aku memutuskan untuk kembali melihat kode yang ditinggalkan Nana.

Dan benar tebakanku, kode itu sama seperti yang dibahas kemarin malam. Kode kematian yang Nana buat untuk makalahnya.

————————————————

"Lihatlah, jika kodenya seperti ini, mungkin clue yang tepat, 'Aku adalah matahari, pancaranku berarti 1, badanku merupakan kelipatan 5', dan ini juga contoh katanya."

Dia menyodorkan selembar kertas, yang didalamnya terdapat kode yang dia buat.

Dia menyodorkan selembar kertas, yang didalamnya terdapat kode yang dia buat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana menurutmu, senpai?" tanya Nana antusias.

"Kau benar, seperti ini juga tidak apa. Kurasa cukup mudah untuk dipecahkan dengan clue seperti itu." kulihat tulisan itu serius.

"Nee, coba tebak arti kode itu, senpai." Nana menantangku, terlihat dari sorot matanya yang berkilat. Setelah berpikir cukup lama, aku mencoba menebak.

"Bukankah, seperti ini?"

"Kenapa begitu cepat kau pecahkan, senpai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa begitu cepat kau pecahkan, senpai. Mouu, aku mengaku kalah padamu, senpai." Nana cemberut, mungkin dia kesal karena dengan mudah nya aku dapat memecahkan kode yang dia buat.

"Terimakasih atas saran dan kritikannya, senpai! Umm, sudah jam 2, sebaiknya kita segera tidur. Kurasa Mayaka sudah tidur." ujar Nana terburu-buru.

Aku membantu membereskan kertas dokumen juga makalah yang sudah Nana buat. Mengatur dengan rapi, kemudian memasukkannya ke dalam bag-file.

Karena tidak ada hal yang akan dilakukan lagi, kami pun segera menuju kamar masing-masing.

"Oyasumi, senpai" ujar Nana sambil tersenyum sopan.

"Ya, oyasuminasai."

————————————————

"Aku sudah mengetahui siapa pelaku sebenarnya." kataku memecah keheningan.

Semua pandangan tertuju ke arahku. Dari wajah mereka terpancar berbagai ekspresi- senang karena pelaku sudah ditemukan, sedih karena Nana meninggal dengan cara yang tak wajar, juga takut akan ketahuan, eh?

"Pelaku sudah aku dapatkan, clue juga berhubungan langsung dengan pelaku. Saat ini tinggal mencari motif  pembunuhan dan barang bukti pelaku yang hilang."

Tuturku panjang-lebar. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, aku segera memulai pencarian barang bukti.

————————————————

tbc.


Yang penasaran, review dan vote :)) Nanti akan ada bonus pembahasan masalah disetiap akhir kasus.

Saat solved kasus I, cerita dibuat private untuk menghindari adanya copy dari pihak lain yang tidak bertanggungjawab.

Kritik dan sarannya sangat ditunggu!

Ayo, yang tau arti kode nya bisa nebak. Siapa tau tebakan beruntung:v

Review and vote for fast update.
Sankyuu:))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Chronicles of Detective RyheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang