Aku, Umaisya Az-Zahra putri dari Bapak Zulkarnain dan Ibu Maysarah. Aku dilahirkan pada 13 Agustus 1999 di RS Marinir Cilandak, Jakarta Selatan. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Fityan Ramadhan yang berbeda 2 tahun denganku. Ayahku berprofesi sebagai TNI-AL sedangkan ibuku adalah ibu rumah tangga yang selalu setia pada agama dan negara. Aku tinggal di sebuah desa kecil di Kabupaten Bogor, rumah kami sangatlah sederhana berbatas sawah dan kebun nan hijau yang terhampar luas. Tak jauh dari rumahku, terdapat satu rumah sederhana milik teman kakakku.
Muhammad Ali Kahfi namanya, Ia seumuran dengan kakakku. Ibunya bernama Lina Maysarah dan Ayahnya bernama Imran Shadiqin. Ayah dan Ibunya adalah seorang petani. Seusai sholat subuh berjamaah di Masjid Desa, Ayahku dan Ayah kak Afi sering berbincang sejenak sebelum akhirnya berpisah untuk bekerja. Kak Rama dan kak Afi adalah sepasang sejoli yang tidak dapat dipisahkan. Mereka selalu bermain bersama dengan teman yang lain di desa. Namun, di desa ini jarang ada anak perempuan yang seumuran denganku. Akibatnya, aku selalu ikut bermain bersama dengan kak Rama dan Kak Afi.
Keluarga kami sudah sangat dekat, sudah seperti saudara sendiri. Bahkan setiap hari libur kami sering pergi bertamasya bersama. Ibuku tidak terlalu jago dalam hal memasak, biasanya Ibu Kak Afi yang memasak makanan-makanan lezat saat hari libur datang. Kami biasa mengunjungi taman wisata yang bernuansa alam untuk berpiknik bersama. Ayah dan Ibu kak Afi sudah seperti Ibu dan Ayahku yang ke-dua karena keakraban keluarga kami yang memang begitu dekat.
***
"Kak Afi!! Uma gamau disuapin kak Rama!! Uma maunya sama kak Afii!!", teriakku.
"Umaaa!Sini kakak suapin!",teriak kak Rama.
BRUKK^ aku memeluk erat kak Afi, membenamkan wajah manisku di dadanya agar kak Rama tak berhasil menyuapkan makan siangku. Aku memang seperti itu, Ibu bilang sejak kecil aku selalu ingin dekat dengan kak Afi bukan kak Rama yang notabenenya kakakku sendiri.
"Iya iya, sini Kak Afi suapin.",jawab kak Afi.
"AaaaAAAaaaaa, hmmmm enyaaakkk",tuturku.
"Kenapa elu sih Fi, Uma kan ade guee!",kata kak Rama Kesal.
"Nggggggg, gue juga gatau Ram. Adelu yang nemplok ke gue, sabar ya!", jawab kak Afi santai.
Dengan muka imut, aku julurkan lidahku meledek kak Rama yang masih cemburu melihat keakrabanku dengan kak Afi.
"Wleeeekkkk!! wkwkwk", tawaku meledek kak Rama.
Ketika itu mataku terpejam sambil menjulurkan lidah, tiba-tiba terasa pelukan erat kak Rama yang hangat diantara kita ber-tiga. Saat itu juga, Kak Rama menuturkan sebuah kalimat yang selalu terngiang.
"Fi, Uma satu-satunya adik gue yang manis. Gue cemburu liat lo deket sama Uma, tapi gue juga sayang sama lo. Plis bantu gue jaga adik gue yang manis ini ya, jangan pernah lu bikin Uma nangis. Gue sayang banget sama Uma, gue selalu menantikan kehadirannya buat jadi temen gue sebelum gue kenal elu. Ini tugas kita berdua Fi! Jaga Uma sama-sama. Bantu gue! Lo sahabat gue kan?",ucap kak Rama
"Mmm, iya Ram InsyaAllah",jawab kak Afi tegas.
***
Masih selalu terngiang peristiwa itu. Peristiwa itu tidak pernah terlupakan untukku, pipiku selalu merah ketika mengingatnya. Aku memiliki 4 orang laki-laki yang amat menyayangiku. Ayahku, Ayah kak Afi, Kak Rama dan Kak Afi. Bagiku, mereka adalah tameng dalam hidupku yang selalu mengawal hari-hariku dengan kesan yang indah. Tawa, duka, akan membuat patah hatiku, tapi mereka akan selalu jadi obat penenang untuk menyembukan hari-hariku yang terlampau bahagia ataupun menangis duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelari Utama
SpiritualSaat ini bukanlah nyata, melainkan sebuah fatamorgana untuk masa nanti. Tersimpan rapat dalam hati, jika saat itu tiba akan menjadi yang paling dinanti. Jika tidak, biarkan rasa ini diketahui oleh-Nya saja. Dalam diam ku lukiskan, semua yang ku ras...